How to Make Millions Before Grandma Dies adalah movie Thailand yang rilis pada 1 April 2024. Movie sempat tayang di bioskop Indonesia pada bulan Mei 2024 dan akhirnya rilis di netflix mulai 12 September 2024. Movie ini disutradarai oleh Pat Boonnitipat (Bad Genius) dan naskahnya ditulis oleh sang sutradara bersama Thodsapon Thiptinnakorn (Homestay, May Who?, The Teacher's Diary).
Movie ini dibintangi oleh Putthipong Assaratanakul (One Year, Last Twilight in Phuket, Brother of the Year, I Told Sunset About You), Usha Seamkhum (Uranus 2324), Sanya Kunakorn (One Year, The Up Rank), Sarinrat Thomas (Bad Genius, The Impossible, Coming Soon), Pongsatorn Jongwilas (Pee Mak, Phobia, Homestay), Tontawan Tantivejakul (F4 Thailand Boys Over Flowers, 10 Years Ticket) dan lain-lain. Movie ini mendapat banyak perhatian saat masa tayangnya. Movie ini
adalah movie terlaris Tahiland yang ditayangkan di luar negeri pada
tahun 2024 dan menjadi movie ke-11 terlaris sepanjang masa di Thailand. BTW yang memerankan nenek di movie ini, Usha 'Teaw' Sheamkhun' dipilih
melalui audisi dan ini adalah debut aktingnya. Begitu juga tokoh utama
Putthipong, ini adalah pertama kalinya dia memerankan peran utama dalam
movie.
Movie ini sangat menarik perhatianaku karena banyak yang bilang movienya bagus. Pas tayang di bioskop Indonesia waktu itu, aku nggak sempat nonton karena nggak ada waktu. Dan rilis di netflix juga aku nggak tahu, aku tahunya baru beberapa hari yang lalu (atau mungkin aku lupa). Karena kemaren melihat April Come She Will dan movie ini bebarengan, jadi aku menonton April Come She Will dulu. Baru deh akau menonton movie ini dan sukses membuat aku nangis sampe mata bengkak 😂
Kesalahan terbesarku menonton movie ini, aku menontonnya saat weekdays, jadi besoknya di kantor, mataku bengkak ðŸ˜
Judul movie ini sebenarnya yang awalnya membuat aku tertarik. Bagaimana menghasilkan jutaan sebelum nenek meninggal. Kan kalau kita artikan judulnya seperti itu, yang ada dalam pikiran adalah ini cucunya mau menghasilkan uang sebelum neneknya meninggal, untuk membuat neneknya bahagia. Gitu gak sih?
Sampai akhir aku menonton movienya aku menunggu kapan si cucu ini mulai menghasilkan jutaan itu, dengan apa, bagaimana caranya. TAPI ZONK!!!!!
Tidak ada sama sekali adegan cucunya mencoba menghasilkan uang jutaan itu. Aku jadi mikir kok judulnya jadi nggak nyambung gitu.
Untuk akting dan directingnya bagus, cuma movie ini nggak se-excited harapan aku. Bahkan ada bagian yang menurutku membosankan, cuma karena penasanan gimana cara si cucu menghasilkan uang itu, aku bertahan sampai akhir. Awalnya aku mikir ini movie bakalan slice of life dimana sang cucu menemani neneknya sampai neneknya meninggal. Tapi ternyata ada banyak faktor yang mengesalkan dari movienya sendiri yang sebenarnya itu karena relate dengan kehidupan kita yang sebenarnya. Bagaimana anak-anak akan mulai membicarakan warisan saat orang tua sakit, berebut tanah, menjual peninggalan orang tua. Sedih banged.
SPOILER ALERT!
Movie ini dimulai saat keluarga nenek Mengju yang berziarah ke makam orang tua nenek Mengju. Nenek Mengju punya 3 orang anak, anak laki-laki pertama Kiang, anak perempuannya Sew dan anak laki-laki bungsu, Soei. Itu adalah acara ziarah sekali setahun dan nenek sempat kesal karena istri Kiang tidaka pernah datang ke acar ziarah. Tahun ini alasannya adalah karena anak perempuannya Rainbow sedang sakit. Tokoh utama movie ini adalah M, cucu pertama nenek dan anak dari Sew. M gila game dan dia tidak melanjutkan kuliahnya alias di drop out darai kampusnya. Dia pemalas banged dan bahkan saat diminta menyiram bunga di makam, dia malas-malasan. Nenek yang sudah 79 tahun ini terpaksa menyiram bunga sendirian dan karena hal itu dia tergelincir dan jatuh. Kakinya patah.
Saat dibawa ke rumah sakit, dokter melakukan pemeriksaan mendalam pada nenek dan diketahui kalau nenek mengidap penyakit kanker stadium 4. Hanya anak-anaknya yang tahu. Sew juga mengatakan pada M mengenai hal itu dan meminta M merahasiakan dari nenek karena nggak mau nenek semakin khawatir.
M punya sepupu dari saudara ayahnya bernama Mui yang merawat kakek (dari ayah) sampai akhir hayat. Setelah kakek meninggal dunia, warisan kakek diserahkan semuanya pada Mui. Bahkan anak-anak kakek hanya dapat sedikit. M kagum pada Mui. Mui mendapatkan kepercayaan kakek selama dia merawat kakek dengan sepenuh hati dan akhirnya menjadi nomor 1 mengalahkan anak-anak kakek. Karena itulah Mui mendapatkan semua warisan kakek. Mui mengatakan dia melakukan pekerjaan yang mendapatkan jutaan. M kemudian mendapat ide untuk melakukan hal yang sama dengan Mui, yaitu merawat neneknya dengan harapan dia mendapatkan warisan nenek.
Awalnya M hanya jadi sering main ke rumah nenek dan itu membuat nenek bingung karena M jarang sekali main ke rumahnya. Generasi mereka berbeda dan sangat sulit saling mendekatkan diri, soalnya M jarang main sama neneknya. M suka cara-cara singkat sedangkan nenek suka cara yang biasa saja. Misalnya seperti membuaat persembahan air panas untuk dewa, nenek biasanya memanaskan air sampai mendidih, tapi M memilih menghangatkan dengan microwave aja. Nenek tentu saja marah karena ini untuk persembahan dewa. Saat nenek ingin makan ikan goreng harus dibeli di sebuah tempat yang antrinya panjang banged, M membeli di tempat lain tapi nenek tahu. M akhirnya antri lama banged, tapi begitu kembali, ternyata nenek udah makan ikan yang pertama dia beli. Dia juga membelikan nenek bakso daging atau apa, ternyata dia salah beli karena nenek nggak makan daging sapi. Awalnya lucu banged.
M hampir menyerah pada neneknya, tapi setelah belajar dari Mui lagi bahwa hal yang perlu M ingat, orang
tua itu butuh waktu dan kebahaagiaan, M memutuskan pindah ke rumah
neneknya. Nenek awalnya sangat curiga pada M yang pindah tapi akhirnya M mengatakan
kalau nenek didiagnosis kanker dan dia datang ke sana untuk menemani
nenek. Aku sedih banged saat nenek tahu penyakitnya dan akhirnya
membiarkan M tinggal bersamanya.
Nenek meski usianya 79 tahun, dia masih jualan di tepi rel kereta. Kayaknya jualan bubur gitu dan berangkatnya jam 5 pagi. Awalnya M nggak bisa bangun pagi, tapi lama-lama dia terbiasa dan sampai akhirnya diaa bangun lebih awal dari neneknya. Selama tinggal dengan neneknya, M menyadari banyak hal. Betapa kesepiannya neneknya setelah anak-anaknya menikah dan meninggalkannya di rumah sendirian. Nenek excited kalau hari minggu, mengenakan baju bagus dan sendal bagus, ternyata karena kalau hari minggu anak-anaknya akan berkunjung. Selama ini M tidak datang ke rumah nenek kalau hari minggu, makanya dia tidak tahu. Waktu berkumpul keluarga itu, nenek memberitahu semuanya kalau ia sudah tahu penyakitnya dan anak-anaknya meyakinkan nenek untuk kemo.
Kemo pertama nenek, M yang menemaninya ditemani oleh Mui. Mui mengajarkan M bagaimana registrasi dan bagaimana menemani nenek. Untuk selanjutnya ia ingin M ada disamping neneknya saat kemo dan M melakukannya. M menjadi semakin dekat dengan neneknya tapi neneknya tetap dingin padanya. Apalagi saat nenek tahu kalau M memposting di akun facebooknya kalau rumah yang ia tinggali sekarang akan dijual. Mungkin saat itu nenek sudah merasa kalau pada akhirnya semuanya sama saja.
Suatu hari, paman M, Kiang mengajak nenek untuk tinggal di rumahnya. Ia dan istrinya akan merawat nenek dan ada Rainbow juga yang sangat menyayangi nenek. M mulai curiga dengan pamannya itu karena selama ini pamannya cuek pada nenek, kok sekarang mau merawat. Mereka sempat wisata ke kuil untuk berdoa dan ternyata nenek dulu suka membawa anak-anaknya ke kuil itu untuk berdoa. Disana M juga baru tahu kalau sendal yang dipakai nenek adalah yang dibelikan paman Kiang. Nenek tetap memakainya meski kakinya sakit. Mereka juga membuat permohonan untuk ditempel di kuil dan M kesal sekali karena melihat permohonan paman, istri paman dan Rainbow, nggak ada sama sekali yang mendoakan nenek. Nenek sebenarnya sedih tapi dia tahu karena Kiang sudah menikah, jadi keluarga harus didahulukan. M kesal sekali karena nenek kan keluarga juga. Padahal nenek meminta M menuliskan doanya untuk anak-anak dan bahkan cucunya, sampai kertasnya hampir penuh. M pada akhirnya satu-satunya yang mendoakan nenek agar memenangkan lottre, karena nenek memang ingin menang lotre.
Nenek pada akhirnya menolak tinggal dengan paman Kiang dan tetap tinggal di rumahnya bersama M. M sebelumnya memasang CCTV untuk mengawasi nenek, takut takut nenek pingsan. Jadi, suatau hari uang simpanan nenek hilang dan nenek curiga pada M. Tapi M punya bukti dengan CCTV, mereka melihat kalau pamannya Soei yang mencuri uang itu. M kesal sekali dengan pamannya, karena selama ini nenek menyimpan uang dari hasil jualan bubur yang tidak seberapa. Ternyata Soei punya hutang karena judi dan dia harus melunasinya. Agar paman tidak menganggu nenek lagi, M memberikan perak yang ia dapatkan dari neneknya (dari pihak ayah) untuk melunasi hutang Soei. M kemudian berbohong mengatakan pada nenek kalau dia tidak bertemu Soei.
Suatu hari, nenek membawa M ke rumah kakak laki-lakinya. M baru tahu kalau nenek punya kakak laki-laki yang kaya. Awalnya mereka kelihatan akrab, tapi saat nenek meminta uang jutaan pada kakaknya, kakaknya marah pada nenek. Padahal nenek hanya meminta bagian warisan orang tua mereka yang semuanya waktu itu diserahkan pada kakaknya. Kakaknya memarahi nenek untuk tidak datang menemuinya lagi dan nenek kesal sekali, padahal selama masih hidup dialah yang merawat orang tua mereka saat masih hidup sampai meninggal dunia. Tapi pada akhirnya kakaknya yang mendapatkan semuanya (The harsh reality of a daughter. Orang tua selalu lebih sayang pada anak laki-lakinya meski anak laki-lakinya itu nggak guna).
M bingung kenapa nenek sangat ingin punya uang jutaan. Nenek mengatakan kalau dia ingin dimakamkan di makam yang besar dan cantik. Dengan begitu, setelah dia meninggal, anak-anaknya akan reuni dimakamnya dan tidak akan bosan. M termenung mendengarnya. apalagi kemo nenek ternyata tidak berhasil dan dokter sudah menyerah. Tapi M berbohong mengatakan kalau nenek akan rawat jalan dan diberi obat sesuai dengan gejalanya saja. Sejak itu keadaan nenek semakin memburuk, nenek bahkan sampai dirawat di rumah sakit. Saat nenek masuk rumah sakit, paman Kiang sibuk ingin stempel nenek dan akta kepemilikan rumah. Ibu M, Sew, akhirnya mengatakan dimana tempatnya dan paman Kiang langsung berlari ke rumah. Tapi sebenarnya akta rumah ada pada Sew, ia kemudian memberikannya pada Soei dan menyuruh Soei segera mengambil alih nama kepemilikan,.
Melihat itu, M sangat marah pada ibunya. Kenapa ibu memberikan akta itu pada Soei, padahaal selama ini yang merawat nenek adalah dirinya. Tapi ibunya mengatakan itu adalah keinginan nenek. M sangat marah kenapa dia tidak bisa jadi nomor 1 bagi neneknya. Padahal dia yang merawat nenek tapi malah memberikana rumah pada Soei yang hanya selalu menyusahkan neneknya. Aku kesal banged pada M waktu itu, karena nggak cuma marah pada ibunya, tapi dia juga marah pada nenek.
Paman Kiang yang merasa ditipu sangat kesal dan mengatakan dia tidak akan datang ke pemakaman nenek karena nenek memberikan rumah pada Soei. Sementara itu, ibu M, Sew adalah satu-satunya anak yang nggak menuntut warisan, dia sama sekali nggak peduli dengan warisan. Soei yang akhirnya menjual rumah nenek, malah mengirim nenek ke panti jompo. Dia sama sekali nggak merawat ibunya itu. M sedih banged dan akhirnya menjemput neneknya ke panti jompo. Disini aku menangis banged, saat M mengajak nenek untuk tinggal bersama dengannya dan nenek menggenggam tangan cucunya itu sambil menangis. Sumpah ini adegan sedih banged, aku teringat nenekku.
Sebelum nenek meninggal dunia, seluruh keluarga sempat berkumpul saat imlek di rumah M. Nenek saat itu sudah tidak bisa bicara lagi, dia hanya bisa terbaring. Paman Kiang mengantar istri dan anaknya bertemu nenek, tapi dia tetap menolak bertemu nenek. Saat itulah M mengatakan pada paman kalau nenek pernah cerita paman dulu pernah sakit karena apa gitu, dan nenek berdoa pada dewa dan setelah paman sembuh, nenek seumur hidup nggak mau makan daging sapi (dewanya itu mensucikan sapi gitu). Setelah itu paman luluh dan akhirnya mau menemui nenek.
Tak lama kemudian, nenek meninggal dunia. Upacara diadakan dan nggak banyak yang datang. M mengenakan kemeja putih hadiah nenek untuknya. Nenek pernah menghadiakan M kemeja putih untuk dipakai jika mendapat pekerjaan nanti.
Lalu M mendapat telpon dari bank mengenai tabungan atas namanya. M bingung. Dia mengambil tas nenek yang selalu dia bawa dan disana ada buku tabungan lusuh dengan nama M di dalamnya. M terkejut bingung.
M dalam perjalanan ke bank saat ia mencoba mengingat apa yang terjadi.
Lalau M akhirnya mengingat kapan dia membuka tabungan itu. Itu terjadi saat dia masih kecil, SD kelas 1 kayaknya. Saat itu dia masih sering bersama nenek. Nenek membuatkan tabungan atas nama M dan mengatakan kalau dia akan deposit tiap bulan ke tabungan itu. M mengatakan kalau dia ingin punya uang jutaan dan ingin neneknya melakukannya sampai neneknya meninggal dunia. Nenek bertanya untuk apa uang jutaan itu dan M mengatakan kalau dia ingin membelikan rumah baru untuk neneknya. Aku nangis banged pas adegan ini, ya Allah, segitu sayangnya nenek pada cucu pertamanya itu.
Ada adegan waktu itu M marah pada neneknya dan bertanya kenapa neneknya tidak bisa menjadikannya nomor 1, kenapa malah pamannya yang dijadikan nomor 1 (diverikan warisan) padahal dia yang merawat nenek selama ini. Saat itu nenek diam saja dan setelah M pergi, nenek menangis. Padahal kalau diingat-ingat selama ini nenek sebenarnya menjadikana M nomor 1. Hal itu bisa dilihat ada pohon delima yang ada di depana rumah nenek. Pohon itu sudah berbuah dan saat itu paman Soei mau mengambilnya tapi nenek melarangnya karena itu bukan untuknya. Tapi ada suatu hari dia mengambilkan buah itu untuk M. Ternyata pohon itu ditanam tepat saat M lahir dan usia pohonnya sama dengan M sekarang. Setelah rumah dijual, M membawa pohon itu ke rumahnya.
Pada akhirnya, M bisa menepati janjinya membelikan rumah baru untuk neneknya. Dengan uang deposit neneknya ke tabungannya itu, M membelikan makam besar dan indah untuk neneknya. Aku rasa endingnya adalah 1 tahun kemudiana setelah nenek meninggal, seluruh anggota keluarga datang berziarah ke makam nenek.
Ini movie sebenaranya indah banged tapi agak kesal juga karena niat awal M merawat neneknya itu hanya untuk warisan. Bahkan sampai akhir dia juga kesal karena nggak dapat warisan. Bayangin betapa sedihnya nenek. Dia tinggal sendirian setelah anaknya dewasa. Datang ke rumah cuma sekali-kali. Trus setelah dia sakit malah berebut merawatnya demi warisan. Bahkan dimasa sakitnya dia masih mengkhawatirkan anaknya. Untung saja M akhirnya tobat dan beneran ikhlas merawat neneknya meski udah saat-saat terakhir.
Kenapa nggaka dari awal aja ibu M dan M merawat nenek di rumah?
Itu karena sifat orang tua. Dia nyaman di rumahnya sendiri dan nggak akan mau pindah atau pergi dari rumahnya. Pada akhirnya saat rumah dijual dia baru mau pindah ke rumah Sew. Setidaknya dari semua anaknya, cuma Sew yang awalnya tulus pada ibunya. Tapi tetap saja ibu memilih anak laki-laki daripada anak perempuan. Jadi anak perempuan memang sesusah itu ya guys.
Menonton movie ini mengingatkan aku pada nenekku. Nenekku meninggal dunia saat aku masih kelas 1 SMA. Saat itu belum ada ponsel jadi aku sama sekali nggak punya fotonya dan ingatanku akan wajahnya sudah blur. Aku sedih banged saat menonton movie ini teringat nenek tapi nggak ingat wajahnya. Kami dari keluarga gak punya, jadi album foto pun nggak ada guys. Aku adalah cucu pertama nenekku dan karena ayah ibu bekerja, sejak kecil aku selalu dititipkan di rumah nenekku. Nenekku adalah yang mengajariku membaca. Aku suka banged kalau dia ada ladang dan kami sering diajak ke sana. Bahkan setelah aku sekolah, kalau hari minggu aku excited ke rumah nenek dan pergi ke ladang nenek.
Aku bertanya-tanya apakah nenekku pernah kesepian seperti itu. Dia menghabiskan waktunya bekerja di ladang dan merawat cucunya. Tapi saat itu nenek tinggal dengan salah satu bibiku dan cucunya, jadi nggak sendirian juga sih. Kakekku sendiri jarang di rumah dan nggaak begitu dekat dengan nenek. Nenekku lebih dulu pergi dari pada kakekku, tapi aku deketnya memang sama nenekku.
Masalah warisan kayaknya memang menjadi masalah utama ketika orang tua sudah meninggal dunia. Mungkin itu masalah di Asia kali ya, karena nggak di Indonesia, di Thailand juga ada yang begitu. Saat orang tua masih hidup, mungkin nggak kelihatan, tapi begitu mulai sakit-sakit dan bahkan sebelum meninggal, anak-anakanya sudah mulai membicarakan warisan, pengen warisan dll. Tentu setelah orang tua meninggal, pada akhirnya tanah milik orang tua dijual. Biasanya anak laki-laki yang dapat bagian banyak dan anak perempuan memang selalu tidak diutamakan padahal yang paling sayang orang tua adalah anak perempuan. Ini beneran relate dengan kenyataan, jadi aku yakin yang menonton movie ini pasti sangat emosi. Soalnya aku juga mengalaminya, sebagai cucu. Begitu kakek dan nenek tiada, udah sibuk tuh bagi warisan, bahkan belum 100 hari, udah ada aja bibi yang menjual tanah warisannya. Untungnya anak laki-laki pertama gercep dan punya prinsip kalau tanah warisan tidak boleh dijual kalau bukan ke keluarga gitu.
Dan mungkin karena tanah warisan ini harta panas juga dan orang tuaku juga udah pernah ada diposisi itu, jadi ayahku sebisa mungkin tidak menyetok tanah banyak karena tahu nanti itu akan menjadi hal yang diributkan setelah dia meninggal dunia. Tapi semoga kita adalah keluarga yang tidak akan terpecah belah hanya karena warisan setelah orang tua meninggal dunia.
Kalian yang masih punya nenek, sayangilah nenek kalian. Sering-seringlah berkunjung dan menginap di rumah nenek. Nenek itu sayang banged lho sama cucunya melebihi anaknya. Apalagi sekarang sudah ada smartphone, jadi kayaknya nggak akan menghalangi kalian menghubunginya setiap hari.
Aku merekomendasikan movie ini bagi kalian yang suka movie tema keluarga. Tapi harap tahan emosi sampai 3/4 movienya ya, karena memang bikin kesel. Dan siapkan sekotak tissue ya guys, mungkin juga kalian butuh lebih. Karena movie ini benar-benar membuat kita nangis sesegukan.ðŸ˜
Beneran ga nyangka kalau cerita film itu sangat emosional, kesan pertama waktu baca judul film nya aku kira akan berkutat pada komedi atau aksi, ternyata lebih pada momen ujung kehidupan seorang dan pertobatan anak cucu.
BalasHapus