Seishun 18 x 2: Beyond Youthful Days adalah sebuah movie produksi Taiwan dan Jepang yang rilis pada Maret 2024 di Taiwan dan Mei 2024 di Jepang. Disutradarai oleh Fujii Michihito (The Last 10 Years, Parade, Village), movie ini juga sudah resmi dirilis pada Agustus 2024 di netflix. Movie ini dibintangi oleh Greg Hsu/Greg Han (Someday or One Day) dan Kiyohara Kaya (Day and Night), mengambil lokasi syuting di Taiwan dan Jepang.
Diangkat dari kisah nyata, yaitu sebuah essay yang ditulis di forum
backpacker Taiwan, movie ini mengisahkan tentang pertemanan antara
seorang pria Taiwan dan seorang backpacker dari Jepang.Aku masih ingat saat movie ini pertama kali heboh adalah karena Kiyohara Kaya dan Greg Hsu terlihat syuting bersama. Lalu tak lama kemudian proyek joint-movie ini diumumkan saat Oktober 2023. Banyak yang heboh dan menantikan movie ini sih termasuk aku.
Dan karena aku sangat penasaran seperti apa movienya, aku sempat mencari tahu mengenai essay yang diangkat menjadi movie ini. Kebetulan aku menemukan essay aslinya dalam bahasa mandarin dan setelah diterjemahkan ke bahasa inggris, inti garis besarnya bisa kita dapatkan dari essay-nya. Bagi yang ingin baca essay-nya yang aku review bisa di cek disini [REVEW ESSAY SEISHUN 18 X 2].
Saat aku membaca essaynya, aku sempat menebak endingnya bagaimana dan tebakanku salah, tapi ternyata tebakanku waktu itu malah sama dengan ending di movienya.
Di essay-nya sendiri, menceritakan kisah perjalanan pria Taiwan bernama Jimmy mencari teman Jepangnya Ami, saat kunjungannya ke Jepang. Ami 6 tahun lebih tua darinya dan merupakan cinta pertamanya saat ia berusia 18 tahun. Ia bertemu dengan Ami saat musim panas dimana Ami adalah backpacker yang kehabisan uang dan bekerja sambilan di tempat yang sama dengan Jimmy. Untuk kisah essay-nya sendiri lebih ke perjalanan Jimmy dengan tiket Seishun 18, lebih banyak menceritakan daerah-daerah yang dia singgahi. Sedangkan di movienya, kisah Jimmy dan Ami diulas lebih dalam gitu.
SPOILER ALERT!
Movie ini diawali dengan pemecatan Jimmy (Greg Hsu) dari sebuah perusahaan game karena suatu alasan. Videonya sempat viral di internet. Dia kemudian kembali ke kampung halamannya, sebuah pedesaan di Taiwan dan dia disambut oleh keluarganya. Saat Jimmy kembali ke kamar masa kecilnya, ia membuka sebuah kotak pandora yang di dalamnya ada sebuah kartu pos dari teman Jepangnya, Ami. Jimmy mencium parfum itu dan terasa aroma parfum Ami, lalu aroma itu mengingatkannya pada kenangan musim panas saat dia berusia 18 tahun.
Jimmy yang kehilangan pekerjaannya berangkat ke Jepang untuk bertemu investor gitu ditemani oleh rekannya. Lalu ia melakukan sebuah perjalanan untuk mengenang temannya Ami. Ia menaiki kereta dan memutuskan backpaker ke kampung halaman Ami. Dalam perjalanannya itu, ia bertemu dengan beberapa orang Jepang yang mewarnai perjalanannya. Salah satunya adalah seorang pemilik kedai ramen yang ternyata adalah orang Taiwan. Karena sudah lama nggak bertemu dengan orang Taiwan, jadi pemilik kedai ramen itu mengajak Jimmy minum setelah selesai bekerja. Mereka mengobrol dan pria itu tahu Jimmy akan menemui teman Jepangnya. Hanya saja ternyata tujuan Jimmy itu malah berlawanan arah dengan tempat sekarang. Jadi, Jimmy harusnya ke arah selatan (kampung halaman Ami) tapi dia malah naik kereta ke arah Utara gitu. Dan Jimmy mengakui itu, kalau dia masih belum siap bertemu dengan Ami.
Singkat cerita, Jimmy akhirnya memutuskan benar-benar ke kampung halaman Ami. Dalam perjalanannya itu dia bertemu dengan salah satu solo traveler juga (diperankan oleh Michieda Shunsuke). Traveler itu adalah anak muda yang ceria dan penuh semangat. Keduanya tiba di sebuah daerah yang benar-benar tertutup salju. Itu mirip atau sama dengan lokasi syuting Love Letter dan Jimmy merasa kalau dia benar-benar masuk ke dalam film itu. Film itu penuh nostalgia baginya karena dia pernah menontonnya bersama Ami.
Flashback!
18 tahun lalu, Jimmy adalah seorang pemuda 18 tahun yang bekerja sambilan di sebuah karaoke KOBE
selama liburan musim panas. Ia sedang menunggu pengumuman masuk
universitas. Karaoke Kobe adalah karaoke yang dikelola oleh orang Jepang
yang sudah lama tinggal di Taiwan. Seperti anak laki-laki usia 18 tahun
lainnya, ia tergila-gila pada game dan komik slam dunk.
Suatu
hari, karaoke Kobe kedatangan seorang backpaker asal Jepang bernama
Ami. Jimmy yang pertama kali bertemu Ami saat dia main basket di halaman
karaoke. Jimmy adalah pemain basket sebelum dia cidera. Jimmy juga bisa
sedikit bahasa Jepang karena dia suka membaca komik dan nonton anime,
jadi dia bisa berkomunikasi dengan Ami. Ami sendiri kehilangan dompetnya
saat melakukan perjalanan dan meminta izin untuk bekerja sambilan di
tempat itu. Pemilik karaoke sangat welcome pada Ami, apalagi karena Ami
adalah orang Jepang. Dia memperbolehkan Ami bekerja dan tinggal di salah
satu kamar di karaoke itu. Ia menugaskan Jimmy yang mengarahkan Ami.
Ami
adalah gadis Jepang berusia 22 tahun yang cantik, ramah dan pandai
melukis. Kedatangan Ami disambut dengan baik di area itu. Karaoke Kobe
menjadi sangat ramai sejak kedatangan Ami. Ami sempat memperlihatkan
lukisannya saat mereka mengadakan pesta penyambutan Ami dan Jimmy punya
ide menyuruh Ami melukis mural di karaoke Kobe, karena mural disana
sudah sangat jelek. Pemilik setuju dan menugaskan Ami melukis mural.
Jimmy
kelihatan banged kalau dia jatuh cinta pada Ami. Sejak Ami datang, dia
tidak pernah terlambat bekerja sambilan. Dia juga sangat bersemangat
melayani pelanggan yang ramai sambil sesekali singgah ditempat Ami
melukis untuk memberikan minuman. BTW Karaoke disini berbeda dengan
karaoke biasanya, biasanya kan karaoke itu gedung bertingkat gitu, kalau
disini itu kayak rumah kos gitu areanya, jadi lantai 1 cuma ada
kamar-kamar berda gedung, jadi memang terlihat luas sekali.
Sejak
ada Ami, karaoke Kobe menjadi lebih hidup. Teman-teman sesama pekerja
disana sering menggoda Jimmy yang menyukai Ami. TApi Ami mengatakan tipe
idelanya adalah laki-laki yang usianya 4 tahun lebih tua, sedangkan
Jimmy mengatakan tipe idelanya adalah wanita lebih muda. Tapi mata tidak
bisa berbohong, Jimmy memang kelihatan menyukai Ami dan Ami
mengetahuinya. Jimmy bahkan mengajak Ami nonton film Love Letter yang saat itu sangat populer, berkat tiket yang diberikan temannya.
Tapi
waktu Ami di Taiwan akan berakhir. Dia mengatakan dia memutuskan akan
kembali ke Jepang. Sebenarnya itu secara tiba-tiba dan Jimmy agak shock
juga. Ia sempat marah pada Ami dan nggak mau bicara pada Ami. Ami
mengatakan kalau dia akan tetap tinggal sampai dia menyelesaikan mural
itu. Akhirnya Jimmy luluh juga sebelum Ami pulang, dia mengajak Ami
pergi menerbangkan menerbangkan lampion. Padahal awalnya Jimmy bilang
tempat itu jauh, tapi akhirnya keduanya pergi ke sana dan Jimmy juga
memberanikan diri menggenggam tangan Ami untuk pertama kalinya.
Besoknya
Ami berpisah dengan teman-teman di karaoke Kobe dan dia benar-benar
kembali ke Jepang. Semuanya sedih berpisah dengan Ami, begitu juga
dengan Ami yang berpisah dengan teman-teman Taiwannya.
Aku agak kaget ternyata Jimmy itu udah tau kalau Ami meninggal dunia sebelum perjalanannya itu. Jimmy yang shock menyibukkan diri dengan pekerjaannya, ia kehilangan senyuman dan semangatnya. Kayaknya setelah 2 tahun kematian Ami, saat itulah dia dipecat dari perusahaan yang adalah awal dari movie ini.
Kembali ke masa sekarang....
Meski agak sulit mencarinya, Jimmy akhirnya tiba di kampung halaman Ami. Dia diantar ke rumah Ami oleh pria yang mengenal Ami dulu. Ibu Ami mengenal Jimmy sebagai pacar Taiwan Ami dan Jimmy hanya tersenyum dengan hal itu. Ibu mengajak Jimmy ke rumah dan mereka mengobrol sambil membicarakan Ami. Ibu kemudian menyuruh Jimmy memberi salam pada Ami dan Jimmy memandangi sebuah latar disana, yang ada foto Ami.
Setelah itu, Ibu Ami membawa Jimmy ke kamar Ami yang masih sama sejak Ami pergi. Ia juga menyerahkan sebuah diary milik Ami. Ibu ingin Jimmy memilikinya karena dia merasa kalau Ami menulis itu untuk Jimmy.
Jimmy membaca diary itu sambil kembali mengingat kenangannya bersama Ami. Ami ternyata punya penyakit yang membuat hidupnya tidak lama lagi. Impiannya adalah keliling dunia dan meski dilarang orang tuanya, dia tetap memulai perjalanan backpackernya. Negara pertamanya adalah Taiwan dan disana dia juga kehilangan dompet dan akhirnya bekerja di karaoke Kobe. Ami mengaku dia sangat bahagia saat ada disana bersama semuanya. Meski ibunya sering menelpon untuk menyuruhnya pulang karena khawatir akan kesehatannya, Ami tetap mau melanjutkan perjalanannya. Tentu saja selama di Taiwan dia diam-diam meminum obatnya yang sangat banyak.
Ami juga ternyata jatuh cinta pada Jimmy sama seperti Jimmy. Tapi keadaannya membuatnya tidak mau mengakui hal itu. Saat berpisah dia bahkan sangat sedih dan menangis. ternyata Ami pulang karena ingin melanjutkan pengobatannya dan mencoba pengobatan yang baru, karena dia masih ingin terus hidup. Ami dan Jimmy sempat bertukar nomor HP, Jimmy juga sering menghubungi Ami. Tapi Ami selalu mengatakan kalau dia sibuk dan akan traveling lagi bersama pacarnya. Itu mematahkan hati Jimmy. Padahal Ami sebenarnya ada di rumah sakit. Ami padahal serindu itu pada Jimmy, dan sempat menulis dalam diary-nya kalau dia ingin bertemu Jimmy.
Setelah pulang dari rumah Ami, Jimmy melanjutkan perjalanan backpackernya. Ia kemudian kembali ke Taiwan dan melanjutkan hidupnya. Dia ingin memulai dari awal, membuat perusahaan game di sebuah office kecil. Perjalanannya menemui Ami sepertinya membuka hari Jimmy kembali untuk memulai dari awal. Ami akan ada selalu dihatinya sebagai sebuah kenangan indahnya saat ia berusia 18 tahun.
Bagi yang sudah membaca essay-nya pasti bisa melihat perbedaannya dengan movie ini. Misalnya alasan Jimmy ke Jepang. Kalau dimovienya, karena alasan pekerjaan, sedangkan kalau di essay aslinya, alasannya adalah memang jalan-jalan bersama teman-temannya.
Di essaynya, Ami berusia 24 tahun dan Jimmy 18 tahun, tapi di movienya Ami berusia 22 tahun dan Jimmy 18 tahun. Beda jarak usia.
Di essay-nya, Ami tidak sakit saat melakukan backpacker. Setelah kembali ke Jepang, dia melanjutkan mencari pekerjaan, bekerja di perusahaan yang bagus dan menikah dengan rekan kerjanya. Hanya saja, dia mengalami infertility dan meninggal dunia karena sebuah penyakit lain. Beda dengan movienya, dimana Ami memang sakit sejak awal. Meski sama-sama meninggal dunia di akhir, tapi berbeda kisahnya. Di movienya dibuat lebih dramatis dan ini adalah ending yang aku tebak saat membaca essaynya.
Di essay-nya, kayaknya Jimmy memang nggak tau kalau Ami sudah meninggal dunia dan dia beneran ke Jepang untuk mencari Ami dan bertemu Ami. Soalnya dia ada menulis bagaimana wajah Ami sekarang, apakah Ami akan mengenalnya saat mereka bertemu nanti. Dia beneran ingin mencari rumah Ami untuk bertemu dengan Ami. Tapi di movienya, Jimmy udah tau kalau Ami meninggal dunia, Jimmy shock dan butuh beberapa tahun baru dia berani menemui Ami untuk closure dalam kisah cinta 18 tahunnya.
Menurutku movie ini bagus banged, penggambaran apa yang terjadi di essay-nya dan di movienya udah pas meski ada beberapa hal yang berubah seperti yang aku sebutkan diatas. Essay-nya memang lebih fokus ke perjalanan dengan tiket Seishun 18, sedangkan di movienya lebih fokus pada perasaan Jimmy yang menemui Ami.
Kisah cinta 18 tahun saat kamu masih SMA memang luar biasa sih. Bisa saja itu cinta sejatimu, atau cinta pertama, atau cinta monyetmu. Masih ingatkah kalian jatuh cinta masa SMA? Kalau aku pribadi masih ingat dan agak cringe juga kalau mengingatnya. Tapi dalam kehidupanku nggak ada yang dramatis seperti Jimmy sih.
Ami keren banged. Meski dia sakit, dia tetap ingin keliling dunia dan memulai perjalanannya dari Taiwan. Meski pada akhirnya Taiwan adalah satu-satunya negara yang dia kunjungi. Dia menemukan arti kehidupan di sana dan bahkan setelah pulang dia ingin melanjutkan pengobatannya dan mencoba pengobatan baru. Ya karena dia ingin tetap hidup. Ami mungkin ingin sehat kembali baru menyatakan perasaannya pada Jimmy. Dia mengatakan kalau Jimmy pacarnya lebih tua 4 tahun pada keluarganya, meski kenyataannya 4 tahun lebih muda. Memangnya kalau punya pacar atau pasangan yang 4 tahun lebih muda, bagi wanita itu memalukan ya?
Ini mellow movie yang tidak aku sarankan bagi pencari happy ending. Karena ya endingnya memang begitu. Bikin nangis pasti, tapi kalau aku pribadi karena udah tau endingnya jadi nggak terlalu nyesek lah ya. Aku malah berharap endingnya beda dengan essay-nya, misalnya Jimmy ketemu dengan Ami yang masih hidup. Sayangnya apa yang kita harapkan itu jarang jadi kenyataan guys 💔
0 komentar:
Posting Komentar