Hari ini, 07 September 2023, sebuah movie kolaborasi Jepang dan Taiwan berjudul "Seishun 18x2: Kimi e to Tsudzuku Michi" yang dibintangi oleh Greg Han Hsu (Someday or One Day, My Love, Marry My Dead Body) dan Kiyohara Kaya (Sangatsu no Lion, Sen wa Boku o Egaku, Aiuta) telah diumumkan secara resmi. Movie ini disutradarai oleh Fujii Michihito yang dikenal dengan movie Yomei 10-nen, Shinbun Kisha, Day and Night dan lain-lain.
Pengumuman movie ini sudah lama ditunggu oleh fans sejak beredarnya foto Greg dan Kaya yang sedang syuting di Taiwan sekitar bulan Mai 2023 lalu. Sebenarnya saat itu sudah ada spoiler judul movienya yaitu Kimi e to Tsudzuku Michi dan waktu itu katanya mereka sedang syuting masa lalu. Karena masih rumor jadi ya cepat dilupakan dan akhirnya berita ini kembali muncul dengan konfirmasi dari pihak produksi.
Greg Han belakangan ini memang banyak proyek ke berbagai negara. Kayaknya kemaren dia ke Korea dan bakalan ada proyek film Korea juga. Sejak Someday and One Day karirnya memang lumayan, apalagi saat drama itu diremake jadi drama Korea, dia semakin populer. Untuk movie ini sendiri, dia ditawari langsung oleh tim produksi.
*belum sempat nonton Someday and One Day drama + movie
Sementara itu untuk Kiyohara Kaya, ini adalah ketiga kalinya dia bermain dalam film arahan Fujii Michihito setelah Day and Night dan Uchu de Ichibana Akarui Yane. Agensi Kaya memang memilih banged baik itu movie dan drama yang akan dia bintangi dan entah kenapa pasangannya kebanyakan yang lebih tua. Apakah karena yang seumuran dengannya aktingnya kurang atau gimana, tapi memang akting Kaya itu diatas rata-rata, apalagi kalau film sedih.
Movie ini diangkat dari kisah nyata, sebuah essay yang ditulis oleh
seorang pria Taiwan yang melakukan perjalanan ke Jepang untuk bertemu
dengan teman Jepangnya yang dulu ia temui saat gadis itu travelling ke
Taiwan. Sinopsisnya ditulis dengan gamblang di situs berita Jepang,
bahwa ini kisah yang dimulai 18 tahun lalu, saat seorang anak SMA
bernama Jimmy bertemu dengan seorang gadis yang 4 tahun lebih tua
darinya, bernama Ami. Ami adalah backpaker asal Jepang yang melakukan
perjalanan dan kebetulan kehabisan uang di daerah itu. Ia kemudian
bekerja paruh waktu di toko yang sama dengan Jimmy. Keduanya saling
mengenal lebih jauh dan Jimmy jatuh cinta padanya. Tapi Ami harus
kembali ke Jepang. Dan 18 tahun kemudian, Jimmy menemukan kartu pos yang
dikirim oleh Ami 18 tahun lalu. Dan melalui kartu pos itulah ia ingin
kembali menemukan Ami yang dulu ia cintai. Ia melakukan perjalanan ke
Jepang untuk menemui Ami.
Saat searching tentang movie ini, aku menemukan essay asli sebagai referensi untuk movie ini. Essay-nya ditulis dalam bahasa mandarin dan bisa dibaca dalam forum backpackers [klik disini].
Aku tidak tahu bagaimana awal dari movie ini, tapi kalau dari essay-nya sendiri, dimulai dari masa sekarang, dimana sang pria melakukan perjalanan ke Jepang bersama teman-temannya. Alur essay-nya maju mundur dan menurutku sangat menarik.
Seishun 18 ternyata adalah sebuah nama tiket untuk kereta Jepang. Meski namanya bisa diartikan sebagai masa muda 18, tapi nggak ada batasan umur untuk reservasi tiket ini. Dengan tiket Seishun 18, penumpang bebas naik-turun kereta biasa (termasuk kereta cepat) dengan kursi
non-reservasi gerbong biasa pada jalur JR di seluruh Jepang, dari
Hokkaido di utara hingga Kyushu di selatan. Sepertinya kalau punya tiket ini ya kita bebas naik kereta dari Hokkaido sampai ke Kyushu, yang jelas sesuai dengan jalurnya.
Nah, kenapa judulnya Seishun 18, ya karena tokoh utama pria ini menggunakan tiket Seishun 18 ini untuk bertemu dengan sang gadis.
Aku sudah membaca essay-nya dan berikut ini aku berikan SPOILER kisah dalam essay-nya. Kemungkinan besar akan sama dengan kisah essay-nya tapi bisa juga berbeda. Bagi yang nggak suka spoiler bisa si skipπ
SPOILER ALERT!
*Spoiler ini berisi ending dari Essaynya*
*aku akan menggunakan nama Jimmy dan Ami seperti dalam movienya*
Dalam essay-nya, Jimmy merencanakan rencana perjalanan bersama teman-temannya ke Jepang di awal tahun. Saat ia kembali ke kampung halamannya untuk merayakan tahun baru, Jimmy menemukan sebuah kartu pos dari teman Jepangnya, Ami, yang sudah tersimpan selama 18 tahun.
Ia tetap melakukan bersama teman-temannya dan disaat itu ia menemukan informasi mengenai tiket Seishun 18 di internet. Itu adalah tiket terbatas dan kebetulan tiket itu berlaku dimasa tinggalnya di Tokyo. Ia membeli tiket itu dan hari kelima di Tokyo, ia meninggalkan teman-temanya, backpacker naik kereta api menggunakan tiket tersebut. Ia tidak merencakana rutenya, yang jelas kereta itu menuju utara. Saat duduk dalam kereta, ia penasaran dan deg degan kemana kereta itu akan membawanya, orang seperti apa yang akan ia temui dan lain sebagainya. Lalu ia ingat akan teman Jepangnya Ami, yang pernah mengatakan 'Karena kamu tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, makanya itu menarik!'.
Ia kemudian teringat kenangan saat ia masih berusia 18 tahun. Ia baru saja lulus SMA dan bekerja part-time di sebuah toko di kota kecil kampung halamannya sebelum ia masuk kuliah. Disanalah dia bertemu dengan Ami, backpacker asal Jepang yang sedang kehabisan uang dan ingin bekerja di toko itu. Sepertinya sih Jimmy yang membantu Ami mendapatkan pekerjaan di sana dan mereka bersama-sama sebagai kolega selama 2 bulan.
Sejak awal Jimmy tertarik pada Ami karena dia seorang gadis yang tidak malu backpacker sendirian. Ami mengaku dia tidak punya tujuan, hanya jalan-jalan random. Awalnya dia merasa aneh dan agak kesal karena Ami nggak bisa berbahasa selain Jepang dan bahasa Inggris.
Btw, di essay itu Ami 6 tahun lebih tua dari Jimmy tapi di movienya Ami 4 tahun lebih tua dari Jimmy.
Singkat cerita keduanya banyak menghabiskan waktu bersama-sama selama 2 bulan itu. Jimmy mengaku kalau dia pubernya itu terlambat. Saat teman-temannya puber dimasa SMP dan SMA, dia sama sekali tidak tertarik dengan anak gadis saat itu, dia cuma tertarik pada basket. Makanya ia mengatakan kalau Ami ini adalah gadis pertama yang membuatnya tertarik, padahal Ami ini jauh dari tipe idealnya. Karena ini adalah cinta pertamanya, dia juga nggak tau mau ngapain. Padahal mereka sering pergi bersama-sama, dan bahkan nonton film Love Letter bersama-sama.
Saat menonton film itu, Ami menangis tapi Jimmy merasa air mata Ami bukan karena film itu tapi hal yang lain. Dan setelah selesai menonton film itu, Ami mengatakan kalau dia akan kembali ke Jepang besok. Besoknya, Jimmy mengantar Ami di stasiun kereta, keduanya berpelukan sebelum berpisah dan Ami mengucapkan 'sayonara'.
Itu adalah pertemuan terakhir mereka berdua.
Jimmy dimasa sekarang terus naik kereta dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Entah sejak kapan tujuannya berubah mencari kampung halaman Ami dan ia ingin bertemu dengan Ami lagi. BTW Jimmy melakukan perjalanan saat musim dingin, jadi Jepang itu penuh salju dan terasa banged mellow-nya, padahal hanya baca tulisan essay dan melihat foto-foto perjalanannya.
Dengan berbekal selembar kartu pos dari Ami 18 tahun yang lalu, Jimmy tiba di kampung halaman Ami dan menanyakan banyak orang mengenai Ami. Tidak mudah mencari alamat hanya dengan sebuah kartu pos, tapi ia berhasil menemukan rumah orang tua Ami yang menjadi alamat kartu pos itu. Lucunya, saat ibu Ami membuka pintu, dia langsung bertanya apakah Jimmy adalah pacar Ami di Taiwan. Jimmy tentu saja kaget. Ternyata itu karena Ami punya foto Jimmy di kamarnya dan wajah Jimmy sama seperti dulu, makanya ibu Ami mengenalinya. Ami juga dulu selalu bilang kalau punya pacar di Taiwan saat Ami akan dijodohkan, makanya ibunya pikir Jimmy beneran pacar Ami.
Tapi 18 tahun berbalu, Ami tentu sudah tidak di rumah orang tuanya lagi. Orang tuanya mengatakan kalau Ami pindah ke Tokyo dan ibu memberikan alamat Tokyo Ami pada Jimmy. Jadi Jimmy kembali melakukan perjalanan ke Tokyo.
Dalam perjalanan kembali ke Tokyo, ia singgah di berbagai tempat, bertemu dengan banyak orang. Tapi kenangan Ami kembali padanya. Ibu Ami bercerita padanya kalau setelah kembali ke Jepang 18 tahun lalu, Ami akhirnya mendapatkan pekerjaan setelah lulus interview. Ayahnya mulai menjodohkannya tapi Ami menolak dengan alasan dia punya pacar 4 tahun lebih tua di Taiwan.
Ami selalu punya impian travelling keliling dua dengan backpacker tapi setelah bekerja, Ami kemudian bertemu dengan seorang senior dan keduanya jatuh cinta. Ami tidak pernah membicarakan travelling lagi. Setelah pacaran beberapa tahun, keduanya menikah dan pindah ke Tokyo.
Suami Ami berasal dari keluarga dengan latar belakang bagus dan ayahnya sangat bangga. Kehidupan mereka tampak bahagia dan normal tapi suatu hari diketahui kalau ada masalah dengan rahim Ami yang membuat dia tidak akan bisa punya anak seumur hidupnya. Sejak itu Ami kehilangan motivasi hidup.
Jimmy sendiri, setelah Ami pergi 18 tahun lalu, dia disibukkan dengan kehidupan kampusnya dan juga permainan basket yang ia sukai. Ia tidak punya banyak waktu untuk bersedih karena kehilangan cinta pertamaya. Lalu saat itulah kartu pos itu datang padanya. Ia membacanya, sayangnya dia tidak terlalu memikirkan kartu pos itu dan tentu saja Jimmy sama sekali tidak membalasnya. Kartu pos itu tersimpan rapi dalam laci.
Sebelum lulus kuliah dia ikut wajib militer. Lalu disibukkan dengan pekerjaan, menggapai impian, tentu saja pacaran dengan berbagai wanita, jadi Jimmy benar-benar sudah lupa dengan kartu pos itu.
*sedih banged
Dan akhirnya Jimmy yang sekarang tiba dimana Ami tinggal untuk selamanya. Di sebuah pemakaman yang sepi terletak dipusat kota. Setelah didiagnosis tidak akan bisa punya anak, Ami juga didiagnosis dengan penyakit lain dan 7 tahun lalu dia meninggal dunia. Tidak dijelaskan apakah Ami bercerai dari suaminya atau bagaimana, tapi karena makamnya ada di Tokyo dan bukan di kampung halamannya, sepertinya dia tetap bersama suaminya sampai dia meninggal dunia.
Essay ini diakhiri dengan stempel terakhir pada tiket Seishun 18 yang dibawa oleh Jimmy, tanda berakhirnya perjalanannya. Katanya sih setelah pulang dari Jepang, dia butuh waktu setengah bulan agar hatinya tenang dan mulai menulis essay ini.
Btw di essaynya juga ditulis apa isi kartu pos Ami yang memperlihatkan kebahagiaannya bekerja di Jepang. Dia juga mengejek rendahnya gaji part timer di Taiwan dan mengatakan kalau Jimmy mau travelling butuh 10 tahun mengumpulkan uang dan Jimmy mengakui kalau dia memang mengumpulkan uang selama 10 tahun untuk perjalanan ini.
Yang paling sedih dari essaynya adalah saat Jimmy sadar kalau kata 'sayonara' adalah kata-kata terakhir Ami untuknya dan itu terakhir kalinya ia mendengar suara Ami. π
Apakah ending movienya juga akan seperti ini?
Ya kita gak akan tahu sampai movienya tayang pada bulan Mei 2024 nanti. Ada kemungkinan endingnya akan diubah, mungkin Ami dibuat masih hidup diakhir sama penulisnya. Tapi jujur aja kalau endingnya begitu, bakalan kurang terasa nyeseknya. Aku malah membayangkan ending yang sama dengan essay tapi diakhir Ami akan muncul sebagai hantu yang menatap kepergian Jimmy π
Yang buat aku penasaran adalah kenapa Ami tidak menerima perasaan Jimmy ya? Kenapa dia menolak Jimmy tapi pas di Jepang dia bilang sama keluarganya kalau dia punya pacar di Taiwan. Apakah karena beda negara jadi gak semudah itu menerima seseorang?
Awalnya aku pikir Ami udah sakit dari awal makanya dia menolak, tapi berdasarkan essay-nya dia baik-baik saja. Hmmmm. Penasaran.
Btw ini movie konsepnya bagus banges lho. Mengenalkan sebuah destinasi perjalanan wisata di Jepang dengan tiket Seishun 18. Bayar sekali trus bisa naik turun dimana saja selama itu masih jalur kereta JR yang terbentang dari Hokkaido ke Kyushu. Aku lihat banyak komentar yang baru tahu tentang tiket ini dan bahkan asa yang nyoba tiket ini setelah baca essay-nya. Keren.
Aku akan menunggu pengumuman selanjutnya mengenai movie ini dan berharap movienya tayang di Indonesia π
sedih banget......
BalasHapus