Sinopsis Maiagare! Episode 59: Stars
Takashi menggunakan hari liburnya dan menginap di rumah nenek Mai. Takashi selama ini bekerja di pelabuhan nelayan, peternakan bahkan di perkebunan jeruk saat musim dingin. Takashi mengatakan kalau ia bahkan bekerja menggali reruntuhan tapi dia tidak menemukan apapun.
Mai juga curhat mengenai pekerjaannya yang ditunda selama 1 tahun tapi berkat itu ia bisa membantu nenek di Goto dan ia juga ingin cepat akrab dengan Asahi. Mai mengatakan Asahi anak yang tidak bisa mengekspresikan perasaan dengan baik dan Takashi mengerti akan hal itu. Takashi teringat bagaimana nenek Mai mengatakan padanya dulu kalau ia tak harus cocok dengan orang-orang disekitarnya.
Asahi sedang menyusun sesuatu lagi diatas kain, sepertinya buah sih, mau dikeringkan gitu. Mai memperhatikannya dan kemudian menatap langit yang biru tanpa awan. Asahi kengatakan kalau ada banyak bintang di langit, bahkan saat siang hari. Mai kemudian baru menyadari kalau Asahi menyusun buah bukan sembarangan, itu adalah rasi-rasi bintang. Mai kaget dan bertanya apakah Asahi menyukai bintang dan Asahi membenarkan.
Takashi kemudian datang dan memberikan jeruk pada Asahi tapi Asahi mengatakan ia tidak makan saturnus. Asahi mengatakan kalau Saturnus sangat besar, tapi matahari lebih besar lagi.
Malam itu, Mai menelpon Rinko dan curhat mengenai pekerjaannya. Rinko sepertinya baik-baik saja, tapi pekerjaan Nakazawa juga ditunda selama setengah tahun. Rinko bertanya apakah Mai sudah menghubungi perusahaan dan Mai mengatakan ia bahkan pergi ke sana tapi tidak ada jawaban. Rinko mengatakan kalau ia akan tetap bekerja pada jadwal yang ditentukan tanpa penundaan, hanya saja ia mungkin tidak akan diberikan kesempatan untuk mengendarai pesawat dalam waktu dekat.
Mai dan Rinko saling mengkhawatirkan mengenai krisis ekonomo global yang sedang terjadi.
Pagi harinya, Mai membaca koran dan melihat berita mengenai banyak pekerjaan yang dibatalkan karena krisis keuangan. Takashi yang melihat Mai khawatir mengatakan apakah Mai mau berbagi apa yang sebenarnya ia rasakan? Karena jika hati Mai penuh, Mai akan kesulitan, dengan menceritakannya mungkin akan menjadi lebib ringan.
Malam itu, Mai tidak bisa tidur. Ia teringat kata-kata Takashi dan nenek juga menyadari kalau Mai sedang gelisah. Nenek membawakan sesuatu yang hangat untuk Mai . Mai akhirnya memutuskan curhat pada neneknya. Mai mengatakan sebenarnya ia shock saat menerima surat penangguhan pekerjaannya. Ia ingin menjadi pilot, tak peduli berapa pun waktu yang habis dan sekeras apapun ia berusaha. Tapi sekarang ia khawatir, apakah ia bisa melakukannya setelah 1 tahun penundaan. Bagaimana nanti jika dia lupa prosedur yang sudah diajarkan?
Nenek mengatakan, Ada banyak hari dimana ia tidak bisa mengendarai kapalnya, ia tidak punya pilihan selain diam di rumah. Tapi ia tidak berfikir itu waktu yang sia-sia. Dengan begitu ia bisa istirahat dan memperbaiki barang-barang yang rusak. Ia yakin langit akan cerah untuk Mai suatu hari nanti. Sampai saat itu tiba, ia ingin Mai menghabiskan waktunya dengan baik.
Mai mengerti.
Keesokan harinya, Mai ingin meminjam teropong milik Nenek tapi teropong itu sedang diperbaiki oleh seseorang di galangan kapal. Nenek menelpon orang itu dan kebetulan Itta bekerja di sana, jadi Itta yang mengantar ke rumah Mai. Mai dan Itta reunian setelah sekian lama.
Mai meminjamkan teropong itu pada Asahi dan Asahi senang sekali. Dia tidak mau lepas dari teropongnya bahkan setelah larut malam. Ibu mengajaknya tidur tapi Asahi menolak dan itu membuat ibu marah.
Ibu Asahi kelihatan depresi karena anaknya itu.
Nenek memanggil ibu untuk bicara. Ibu mengatakan kalau sejak kecil Asahi selalu seperti itu, asik dengan dunianya sendiri. Orang-orang bahkan mengatakan kalau ia tidak bisa mengasuh anak dengan benar dan karena itu juga hubungannya dengan suaminya memburuk. Sekarang Asahi hanya punya dirinya jadi ia selalu berfikir kalau ia harus bisa kuat dan tenang membantu puteranya tumbuh. Tapi Asahi selalu seperti itu dan itu membuatnya frustasi, kenapa anaknya seperti itu.
Ibu Asahi menangis.
Sementara itu Mai dan Takashi diam-diam mengintip Asahi di kamarnya. Asahi memasukkan barang-barang ke tas sekolahnya. Mai berfikir jangan-janhan sebenarnya Asahi sangat ingin ke sekolah.
***
Menjadi seorang ibu memang sulit. Apalagi orang suka membanding-bandingkan. Tiap anak itu berbeda, baik itu pertumbuhannya, sifatnya dan lain-lain, kadang banyak yang lupa akan hal itu. Mulut tetangga sih biasanya paking nyinyir dan nggak peduli kesehatan mental ibu.
0 komentar:
Posting Komentar