Satu bulan berlalu sejak Mai tinggal berdua dengan neneknya di pulau Goto. Kesehatan Mai membaik, dia jarang demam tapi dia tetap tidak masuk kelas olahraga karena nggak boleh terlalu capek juga. Mai menikmati harinya di Goto bersama nenek dan teman-temannya. Nenek menelpon ke Ibu sekali-sekali untuk memberitahu kabar Mai. Suatu hari, Mai pergi ke rumah Itta mengantarkan selai. Ibu Itta yang hamil tua menyambutnya. Tiba-tiba ibu merasa sakit perut dan akan segera melahirkan. Mai panik dan ibu Itta meminta Mai memanggil bantuan. Mai berlari ke rumah nenek untuk memanggil neneknya. Ia juga berlari ke pantai memanggil Itta, Rin dan ayahnya yang sedang di pantai. Hari itu, ibu Itta melahirkan bayi laki-laki dengan selamat. Mai senang sekali ia bisa membantu dan mendapatkan ucapan terimakasih dari keluarga Itta. Mai yang seharian berlari dengan kencang sama sekali tidak demam.
Bulan Agustus, Mai mengirim kartu pos pada temannya Takashi. Ia menceritakan liburannya di Goto, ia pergi ke pantai dan memancing. Takashi merasa Mai bahagia banged di Goto. Kartu pos yang dikirim Mai adalah foto pemandangan pantai di Goto dan ada mercusuarnya.
Suatu hari, Itta mengajak Mai ke gudang untuk memperlihatkan baramonkite yang besar sekali. Di Goto, baramonkite biasanya dibuat untuk merayakan kelahiran bayi gitu, dan menerbangkannya untuk memohon kesehatan bayi. Keluarga Itta akan menerbangkan layangan baramon untuk merayakan kelahiran adik Itta, dan Itta mengajak Mai menerbangkannya bersama-sama. Tapi Mai masih trauma karena merusak layangan Itta dulu, jadi dia menolak, ia tidak bisa menerbangkan layangan berharga itu karena takut merusaknya. Itta kecewa sekali pada Mai padahal dia sudah mengajak Mai. Itta marah pada Mai.
Perayaan obon, nenek dan Mai pergi ke pemakaman untuk berdoa di makam kakek. Saat obon sepertinya ada tarian-tarian gitu dan Mai dan nenek menontonnya. Mai bertanya orang seperti apa kakek dan nenek mengatakan kakek adalah orang yang nggak banyak bicara, tapi sesulit apapun di lautan, kakek bisa mengatasinya. Teman nenek mengatakan pasti kakek senang sekali kalau bertemu dnegan Mai. Rin melihat Mai di sana dan mengundangnya main kembang api tapi Mai menolak karena ia sedang bertengkar dengan Itta.
Malamnya, ada pesta di rumah keluarga Itta untuk merayakan kelahiran adik Itta. Mai juga ada di sana tapi Mai tidak bersemangat karena bertengkar dengan Itta. Malam itu Itta mengumumkan kalau mereka akan menerbangkan layangan baramon untuk adiknya dan yang ikut adalah dia, ayahnya, Sakura-chan, Kohei dan Rin. Semuanya kaget kenapa Itta tidak mengajak Mai. Itta mengatakan kalau dia sudah mengajak Mai dan Mai menolak. Mai diam saja. Semuanya kelihatan khawatir.
Malam itu Mai demam untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Ia bermimpi buruk, teringat saat ia merusak layangan Itta. Pagi harinya, demam Mai sudah turun. Ia menemui neneknya dan curhat. Ia mengatakan layangan baramon itu adalah layangan penting bagi Itta dan dia takut merusaknya lagi. Nenek mengatakan kalau dia juga sering gagal, bahkan ibu Mai juga mengakui kegagalannya. Nenek meminta Mai menelpon ibunya untuk mengatakan perasaannya pada ibunya.
Mai menelpon ibunya dan mengatakan isi hatinya, apakah ia boleh menerbangkan layangan itu. Ibu bertanya bagaimana perasaan Mai dan Mai mengatakan kalau ia ingin bayi tumbuh dengan sehat. Ibu mengatakan lalu kenapa Mai tidak mencoba menerbangkannya?
Mai mengerti.
***
Sebenarnya takut gagal memang kompleks sih. Bagi sebagian orang memang mudah, tapi bagi sebagian lagi perasaan dihantui rasa takut itu sangat sulit untuk melepaskannya. Yang aku heran disini adalah, Mai masih terlalu kecil untuk perasaan itu. Anak kecil biasanya free dan nggak banyak mikir nggak sih. Mereka melakukan apa yang mereka sukai tanpa berfikir sebab akibat,bebas gitu, beda sama orang yang sudah dewasa, banyak pertimbangannya.
0 komentar:
Posting Komentar