Mai menikmati piknik bersama teman-temannya di pantai untuk mencari binatang pantai, kerang, ikan dan lain-lain. Mai juga menikmati waktu makan siang bersama teman-temannya. Mereka saling bertukar menu bekal. Sementara itu, ibu di rumah membantu nenek menempelkan merk untuk selai yang dijual nenek. Tapi ibu tidak bisa berhenti mendesah dan khawatir melihat jam. nenek bertanya apakah ibu sekhawatir itu pada Mai. Ibu membenarkan. Nenek mengingatkan kalau ibu nggak bisa selamanya mengikuti Mai dengan perasaan khawatir seperti itu. Meski begitu ibu tetap khawatir. Nenek mengatakan ibu nggak perlu khawatir karena teman-teman Mai dan orang-orang pulau akan menjaga Mai. Ibu mengatakan tentu saja dia khawatir karena Mai adalah puterinya.
Setelah makan siang, Mai dan teman-temannya lanjut mencari binatang laut. Itta menggunakan kaca mata selam untuk melihat di dalam air. Sementara itu ada satu teman mereka yang melepas sepatu boots-nya dan mengatakan lebih enak nggak pake sepatu. Yang lain jadi penasaran dan membuka sepatu mereka. Mai juga dan merasa memang enak banged nggak pake sepatu di dalam air. Saat itu temannya tadi menginjak sesuatu dan kakinya terluka. Itta panik karena dia yang melihatnya, dia langsung memanggil guru untuk mengatakan kalau temannya terluka. Yang lain juga panik dan memasang sepatunya dengan cepat. Saat ia akan mencoba keluar dari bebatuan, ia tersandung dan jatuh. Mai teringat dulu ia pernah ikut lomba estafet dan terjatuh, tim mereka kalah karena dirinya dan teman-teman Mai kesal padanya dan memanggilnya bodoh.
Ibu dan nenek menaiki mobil untuk mengantar selai. Ibu bertanya kenapa nenek mulai membuat selai dan nenek mulai menceritakan alasannya, yang aku tangkap adalah banyak anak muda yang meninggalkan pulau dan nggak mau lagi melakukan bisnis kecil seperti ini. Saat itu, pantai terlihat dari jalan dan ibu kaget karena anak-anak berlarian dari pantai. Ibu panik dan meminta nenek menghentikan mobil, ibu merasa terjadi sesuatu pada Mai. Ibu langsung berlari dan melihat anak laki-laki digendong oleh guru. Lalu ibu ke pantai dan melihat Mai juga terluka di sana. Guru mengobati Mai dan mengatakan kalau ini cuma tergores saja. Ibu khawatir karena Mai basah dan bertanya apakah ada yang sakit dan Mai mengatakan dia baik-baik saja.
Saat makan malam, Mai kelihatan nggak semangat. Nenek mengatakan pada Mai kalau Mai nggak perlu mengkhawatirkan Kohei (anak yang terluka tadi), dia yakin Kohei sekarang sedang makan bersama keluarganya. Mai bertanya, benarkah?
Ibu lagi-lagi mengkhawatirkan Mai dan membuat nenek semakin mengkhawatirkan hal ini. Nenek akhirnya mengatakan pada ibu untuk kembali ke Higashi-Osaka sendirian. Ibu terkejut. Nenek mengatakan kalau ibj terlalu mengkhawatirkan Mai, sejak datang ke sini, Mai belum pernah mengatakan isi hatinya. Mai terlalu mendahulukan perasaan ibunya daripada perasaannya sendiri. Nenek mengatakan sebaiknya ibu dan Mai berpisah untuk sementara waktu.
Ibu awalnya tidak mau tapi setelah ia berfikir sendirian, ibu akhirnya mengerti apa maksud nenek. Ia pikir ada benarnya, selama ini Mai selalu mengkhawatirkan perasaan ibunya lebih dahuli dari perasaan sendiri. Saat ibu kembali ke rumah, ibu akhirnya bicara dengan Mai dan mengatakan kalau ibu akan kembali ke Higashi-Osaka dan Mai tetap tinggal di sini bersama nenek. Mai terlihat nggak tenang, dia sebenarnya nggak mau tau nggak bisa mengatakannya. Ibu mengatakan kalau Mai pasti akan sehat kalau tinggal di Goto.
Maimengerti. Malam itu, Mai tidur sambil memeluk ibunya.
Keesokan harinya, saat bangun pagi, ibu mengecek suhu tubuh Mai dengan dahinya dan Mai tidak demam. Ibu akan kembali ke Higashi-Osaka pagi itu. Mai dan nenek mengantarnya je. pelabuhan.
Sebelum berpisah, ibu meminta Mai mendengarkan nenek dan yakin Mai akan sehat selama di sana. Kemudian ibu pergi naik ke kapal. Mai menahan air matanya dengan baik dan akhirnha pecah saat ibu sudah masuk ke kapal. Nenek memuji Mai yang bisa menahan dengan baik. Mai mengatakan ia tahu kalau ibunya akan kesulitan karena dirinya yang sering sakit, ia juga nggak mau ibunya kelelahan, karena itu dia nggak bisa mengatakan pada ibunya kalau dia juga ingin pulang. Karena ibunya ingin ia tinggal di sini.
Nenek mengerti dan menghapus air mata Mai, mengatakan kalau Mai mengatakan perasaannya dengan baik.
Dalam perjalanan pulang, mereka singgah di lapangan gitu dan Mai mendengar suara peluit gitu, ia menatap ke angkasa dan melihat layangan besar. Mai bertanya apa itu?
Nenek mengatakan itu adalah Baramon-kite, layangan baramon. Orang-orang goto mengatakan kalau baramon kite adalah penjaga kesehatan anak-anak.
***
Jadi ini yang dimaksud sinopsis awal kalau Mai itu terlalu memikirkan perasaan oranglain daripada dirinya sendiri. Ibunya yang selalu khawatir, Mai lebih mikirin perasaan ibunya jadinya dia juga banyak pikiran untuk ukuran anak-anak, mungkin juga itu sebabnya dia sering sakit. Tertekan perasaan?
0 komentar:
Posting Komentar