Sinopsis Come Come Everybody Episode 17: 'Air Raid'
Yasuko mengunjungi rumah keluarganya setelah sekian lama. Ibu menyambut puteri dan cucunya. Nenek sangat bahagia melihat Rui dan ia memasakkan sup kacang merah untuk Rui sambil mengatakan kalau buatannya adalah paling enak. Nenek sedang high spirits dan ibu lega melihatnya. Sejak kakek meninggal dunia, nenek sama sekali tidak bersemangat tapi hari ini karena cicitnya datang, nenek ceria sekali. Ibu kemudian teringat hari dimana Yasuko lahir, ayah sedang memasak pasta kacang merah jadi seluruh rumah ada aroma kacang merah. Saat mendengar tangis bayi, ayah langsung ke kamar dan melihat puterinya untuk pertama kali, ayah terharu karena bayi Yasuko sangat imut. Kakek langsung memasak roti kukus isi kacang merah untuk diberikan pada tetangga sebagai perayaan lahirnya cucunya. Lalu malamnya ia mengundang tetangga untuk pesta minum sake bersama-sama. Itu sungguh hari yang berisik sampai nenek berteriak pada semuanya. Ibu mengatakan itu adalah hari-hari membahagiakan. Saat itu, ayah pulang dengan tergesa-gesa karena ia ingin bertemu cucunya. Padahal ayah bekerja di pabrik tapi kembali ke rumah saat istirahat makan siang demi melihat cucunya. Tapi karena kehadiran ayah yang tiba-tiba membuat bayi Rui kaget dan takut, sehingga Rui menangis.
Sore harinya, Yasuko akan pulang ke rumah keluarga Kijima. Nenek dan ibu memberikan bungkusan untuk dibawa pulang, itu adalah popok Rui yang khusus dijahit oleh nenek. Dalam perjalanan pulang, Yasuko bertemu Kinu-chan di jalan. Keduanya sangat bahagia bertemu setelah sekian lama. Kinu terharu melihat bayi Rui yang imut sekali dan mengatakan mirip Yasuko. Yasuko kaget karena dibilang begitu, biasanya orang-orang bilang Rui mirip Minoru, ia pun berfikir Rui mirip Minoru. Kinu mengatakan pada Yasuko kalau keluarganya memutuskan untuk mengungsi ke rumah keluarga kakaknya yang menikah ke pedesaan. Yasuko mengerti dan sebelum berpisah mereka mendoakan keselamatan dan kesehatan masing-masing.
Malam itu, Keluarga Kijima mendengar di radio kalau terjadi serangan udara di Tokyo sebelum subuh. Hari itu adalah tanggal 10 Maret 1945. Karena serangan udara sudah dimulai, maka mereka yang ada di Osaka juga harus waspada. Suatu malam, Yasuko terbangun karena mendengar suara gemuruh di luar. Sesaat ia terdiam dan hanya mendengarkan suara itu. Lalu terdengar suara ayah mertuanya memanggil dan Yasuko bergegas menggendong Rui. Ia tidak lupa membawa foto Minoru bersamanya.
Serangan udara menghantam Okayama, seluruh warga panik dan menyelamatkan diri ke tempat pengungsian bawah tanah. Keluarga Kijima juga berusaha menyelamatkan diri dan sesaat Yasuko sempat melihat bagaimana kastil Okayama terbakar karena serangan udara. Yasuko dan keluarga Kijima berhasil ke pengungsian bawah tanah, ketakutan mendengar suara di luar. Yasuko mencoba menenangkan Rui dan menggenggam erat foto Minoru bersamanya.
Di pusat perbelanjaan, Kichiemon tersesat sendirian memanggil ibunya dan samar-samar ia mendengar suara ibunya memanggil. Tapi kemudian sesuatu terjatuh menimpanya dan ia pingsan. Saat ia membuka mata, ia baik-baik saja, seseorang melindunginya yang ternyata adalah ayahnya. Ayah memastikan puteranya baik-baik saja sebelum menghembuskan nafas terakhirnya. Kichiemon panik bukan main memanggil sang ayah. Sebelum kejadian itu, ia dan ayahnya sempat bertengkar karena ayah sibuk membeli murah barang-barang mereka yang pergi ke pengungsian di pedesaan, ia berniat menjualnya nanti setelah perang berakhir. Istrinya menegur suaminya dan ayah marah mengatakan kalau nggak suka pergi saja. Kichiemon saat itu mengatakan pada ibunya untuk pergi dari Okayama ke Kyoto untuk mengungsi, ia marah mengatakan pada ayahnya kalau ayah bukan ayahnya.
Subuh harinya, hujan hitam turun di Okayama. Setelah semuanya tenang, ibu bertanya bagaimana Rui dan Yasuko mengatakan Rui baik-baik saja. Yasuko meminta ibu menjaga Rui sebentar karena ia ingin melihat kondisi di luar. Ibu mengerti. Yasuko keluar dari pengungsian dan terdiam melihat kerusakan yang diakibatkan oleh serangan udara. Ia berjalan menuju rumah keluarganya di pusat perbelanjaan, hancur parah. Yasuko tidak bisa mengatakan apapun.
Saat itu ia melihat sosok ayahnya terdiam di depan rumah mereka yang sudah tidak ada, Yasuko langsung menemui ayahnya, bersyukur karena ayah baik-baik saja. Tapi ayah tidak kelihatan baik-baik saja, ia termenung menatap kosong. Yasuko bertanya dimana ibu dan nenek. Ayah terdiam. Saat ia mulai bicara, ayah bicara pelan mengatakan kalau ia meminta ibu dan nenek menunggu di pengungsian. Tapi tempat pengungsian itu diserang dan semua yang ada di dalam meninggal dunia. Ayah menangis saat menceritakan itu, ia menyalahkan dirinya sendiri karena meminta istri dan ibunya menunggu di sana. Yasuko terkejut mendengarnya. Ayah menangis histeris memanggil istri dan ibunya. Ia meminta maaf dan terus memanggil nama mereka sambil berteriak.
***
Ini episode sedih banged sumpah. Meski adegan serangan udaranya nggak nyampe 10 menit, cukup membuat air mataku menetes. Apalagi saat ayah berteriak histeris meminta maaf sambil memanggil nama istri dan ibunya. Yasuko juga menangis shock tapi nggak sehisteris ayah. Begitulah perang mengambil satu per satu orang yang Yasuko sayangi.
Aku pikir seluruh keluarga Yasuko meninggal dunia, tapi untung saja ayah masih hidup. Keluarga Minoru sepertinya juga baik-baik saja.
Tapi nanti kenapa Yasuko pindah ke Osaka ya?
Karena nanti Rui akan dibesarkan di Osaka lho. Apakah akan ada serangan udara lainnya?
Makin lama drama ini makin seru sih menurutku dan entah kenapa aku merasa nggak butuh heroine 2 dan 3. Cukup kisah tentang Yasuko aja aku rasa asadora ini sudah menarik. Misalnya kisah hidup Yasuko setelah perang, membuka kembali cemilan Tachibana sambil membesarkan puterinya, menunggu suami pulang dari perang. Tapi nanti malah jadi mirip Beppin-san dong ya.
terima kasih, kak.. 🙏🏻
BalasHapussama sih, kak.. episode ini menyedihkan banget.
aku sependapat sama kakak, menurutku 1 heroine aja cukup. 😭