Sinopsis Okaeri Mone Episode 104
Pagi itu, Mone tiba di tempat kerjanya dan ia langsung menelpon Suganami-sensei. Suganami sepertinya ada shift malam hari itu, jadi ia bisa mengangkat telpon Mone pagi-pagi sekali. Mone menceritakan keresahan hatinya pada Suganami-sensei, mengenai kakeknya yang memutuskan tidak memperbaiki rak tiram dan akan mengakhiri peternakan tiram Nagaura pada masanya, dan karena hal itu semua orang sedang kesulitan. Mone tidak ada di kampung halaman selama bertahun-tahun jadi Ia tidak bisa memberikan saran yang baik, ia juga tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Suganami mengerti, kalau ia juga merasa nggak suka jika orang yang tiba-tiba pulang setelah pergi selama bertahun-tahun datang ikut campur. Mone mengingatkan kalau kata-kata Suganami terlalu dingin. Tapi Suganami mengatakan ia yakin Mone yang paling merasakan perasaan seperti itu. Mone membenarkan, ia pergi dari kampung halaman dan sekarang kembali, sementara yang lain selalu disini seumur hidup mereka. Dalam kepalanya banyak yang ingin ia katakan, tapi ia tak bisa mengatakannya. Ia tahu rasa sakit itu juga tidak akan hilang meski bertahun-tahun. Bahkan saat ia mengatakan sesuatu, mereka pasti mengatakan kalau ia tak akan bisa mengerti. Tapi, jika terus menahan rasa sakit itu, mencoba hidup dengan ceria juga pasti menyakitkan.
Suganami mengerti, ia kemudian memberi saran pada Mone, pertama-tama Mone hanya perlu menunjukkan perasaan kalau dia ada disana untuk mereka. Menunjukkan kalau Mone ingin disana bersama mereka, ia yakin perasaan keluarga Mone akan menjadi sedikit lebih ringan. Mone tidak perlu mengatakan apapun dulu, cukup disana bersama mereka, mendengarkan cerita mereka. Ia yakin nanti Mone akan menemukan sesuatu yang bisa membantu keluarganya. Mone mengerti, ia mengangguk. Mone mengatakan meski kata-kata Suganami kadang terasa menusuk, tapi jika tidak ada Suganami yang memberinya saran ia akan kesulitan.
Suganami kemudian memberikan semangat pada Mone, 'Ganbare!', berharap Mone bisa menyelesaikan masalah keluarganya dengan baik.
Pagi itu Mone memulai siaran radio jam 7 pagi, memberitakan mengenai badai kabut yang sangat indah di pelabuhan. Ia mengatakan bagi yang ada di dekat pelabuhan, datanglah melihat, badai kabutnya sangat indah. Mone juga membahas mengenai mentari pagi yang bersinar hari itu, sangat cerah.
Saat Mone siaran, keluarga Mone mendengarkan dari rumah. Ayah sedang sarapan, kakek sibuk dengan peralatannya dan kelihatan sedikit kesulitan karena ia tak bertenaga lagi, lalu Michi yang bersiap-siap di kamarnya. Mone dalam siaran radionya membahas mengenai udara tekanan rendah yang mulai akan datang ke Kesennuman. Ia mengatakan karena hal itu beberapa orang mungkin merasa berat atau sakit kepala karena tubuh sensitif terhadap perubahan tekanan atmosfer. Ini adalah gejala yang disebabkan oleh perasaan. Pada hari seperti hari ini, rasa sakit yang biasanya dilupakan akan muncul kembali. Bukan hanya rasa sakit fisik, tapi juga hati/perasaan. Mone mengatakan pada semuanya, jika menurut mereka merasa menyakitkan, maka semuanya bisa mengeluarkannya, menceritakannya. Mereka juga boleh datang ke tempatnya dan bicara dengannya. Ia akan mendengarkan semuanya.
Hari itu, Akari-chan datang lagi ke Hamarain. Mone senang sekali melihatnya. Awalnya Mone berfikir kalau Akari datang untuk bercerita padanya karena mendengar siaran radionya tadi. Tapi Akari ragu mengatakan sesuatu pada Mone dan berfikir kalau ia akan merepotkan. Tapi Mone meminta Akari mengatakannya, ia mengatakan nggak apa-apa jika anak-anak bergantung pada orang dewasa, karena dulu ia juga melakukannya saat ia masih anak-anak. Akari mengerti, kemudian ia bertanya Mone adalah seseorang yang muncul di TV kan? Itu artinya kamu adalah puterinya Nagaura-sensei?
Mone bingung, sensei? Kemudian ia ingat kalau ibunya adalah seorang guru SD dulu. Akari mengatakan kalau ia ingin bertemu dengan sensei. Mone mengerti.
Mone kemudian membawa Akari ke rumahnya. Ibu senang sekali melihat Akari-chan, ia bahkan mengenal Akari. Akari juga untuk pertama kalinya menunjukkan senyumannya. Jadi, Akari ini dulu adalah muridnya ibu Mone, tapi saat kelas 3 SD dia pindah ke Hokkaido bersama keluarganya dan baru-baru ini dia kembali lagi ke Kesennuma. Ibu juga tahu kalau Akari bolos sekolah hari ini karena Akari datang masih di jam sekolah dan Akari mengatakan ia hanya melakukannya kadang-kadang. Itu membuat ibu jadi tahu kalau Akari bolos nggak cuma sekali. Suasana pembicaraan mereka sangat hangat dan menyenangkan. Mone tidak mau menganggu jadi ia menunggu di ruangan lain sambil mendengarkan cerita mereka.
Ibu menceritakan dulu saat SD kelas 3 Akari pindah dan ia yakin Akari punya banyak teman disana. Akari kemudian terdiam. Akari agak berat mengatakan kalau sebenarnya ia nggak mau pulang ke Kesennuma, tapi karena orang tuanya kembali ke sini dengan bahagia, jadi ia kembali, tentu saja bukan karena ia membenci Kesennuma. Ia menyukai sekolahnya, Ia juga bisa mendapatkan teman baru. Tapi belakangan ia hatinya merasa agak sedikit sakit/muak/kesal/sesuatu seperti itu. Akari berkaca-kaca saat mengatakan Selama ini ia tidak bisa mengatakannya. Ibu tersenyum dan mengatakan Akari sudah mengatakannya dengan baik mengenai perasaannya. Ibu juga berterima kasih karena Akari datang menemuinya. Ibu mengelus punggung Akari, keduanya tertawa dan Akari menghapus air matanya.
Mone hanya memperhatikan keduanya dari jauh.
Malam itu saat menyiapkan makan malam, ibu berterima kasih pada Mone yang sudah membawa Akari menemuinya. Mone mengatakan kalau ia pasti mengagetkan ibu, tapi ibu mengatakan ia senang sekali. Mone tersenyum mendengarnya. Tapi kemudian ibu terdiam, entah kenapa sepertinya dadanya terasa berat karena menahan sesuatu, ibu kelihatan seperti sesak nafas. Mone terkejut melihat ibunya seperti itu. Ibu tidak mau memperlihatkan dirinya yang seperti itu dihadapan Mone, jadi ia membelakangi Mone. Ia mengatakan kalau mereka (siswa SD ibu dulu) benar-benar masih sangat kecil, lucu sekali, soalnya mereka masih kelas 1 SD pada saat itu. Mone terdiam, ia tahu 'saat itu' yang dimaksud oleh ibu apa, itu adalah saat tsunami terjadi.
Ibu untuk pertama kalinya menceritakan hal ini pada anaknya, Saat itu ia adalah wali kelas 1, kelas Akari dan teman-temannya. Ia berusaha keras melindungi anak-anak pada saat itu, melewati malam yang panjang. Tapi dimalam yang panjang itu, kira-kira 10 menit, ia memikirkan Mone dan Michi. Mone bersama ayah jadi ia pikir Mone akan baik-baik saja. Tapi bagaimana dengan Michi yang sendirian bersama nenek? Bagaimana kalau Mone dan ayah ternyata berpisah? Apakah Michi baik-baik saja? Bagaimana jika Mone dan Michi menangis?
Ibu menangis saat menceritakan perasaannya saat itu. Ia berusaha menghapus air matanya, kemudian ia mengatakan, saat itu tanpa ia sadari ia berjalan meninggalkan sekolah.
Ibu menatap Mone dan mengatakan, ia meninggalkan anak-anak yang lebih kecil dari pada Mone dan Michi. Mone terdiam mendengar cerita ibunya.
***
Mungkin itu adalah rasa bersalah ibu selama ini. Karena sebagai guru ia harusnya memikirkan anak-anak didiknya paling utama, tapi sebagai ibu ia tak bisa berhenti memikirkan Mone dan Michi. Ia saat itu tidak sadar langkah kakinya membawanya meninggalkan sekolah, meninggalkan anak-anak yang lebih kecil dari Mone dan Michi. Tapi tidak pasti sih apakah ibu benar-benar meninggalkan sekolah saat itu, atau kemudian ia sadar ditengah jalan dan ia kembali lagi. Yang jelas itu adalah rasa bersalah ibu yang mungkin membuatnya berfikir ia tidak pantas menjadi seorang guru dan memutuskan berhenti dari sekolah.
Ibu sepertinya tidak pernah mengatakan hal itu pada siapapun di keluarganya, karena kakek juga berfikir alasan ibu berhenti adalah karena merawat nenek. Mungkinkah ayah tahu alasannya?
Ibu yang selama ini terlihat cerita juga menyimpan luka dalam hatinya. Semuanya punya luka tersendiri karena gempa dan tsunami 2011.
BOMBAAAAAAY
BalasHapusðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
BalasHapus