Hari itu radio Hamarain sangat ramai karena kehadiran anak-anak dan beberapa orang dewasa. Mereka ingin membuat pengumuman di radio atau lebih tepatnya ajakan untuk ikut meramaikan festival musim gugur yang rencananya akan dilakukan pada 17 November. Anak-anak-lah yang membuat pengumuman itu meski mereka nggak lancar baca kanji tapi suasananya ceria dan Mone mengajari mereka saat siaran berlangsung. Akan ada banyak permainan dilakukan dan tentu saja banyak makanan juga. Anak-anak mengundang pendengar radio untuk berkunjung ke festival itu.
Setelah siaran selesai, Mone dan Takahashi-san merapikan ruang radio. Mone berterima kasih. Takahashi mengatakan kalau belakangan ini tidak ada yang mau menjadi penyiar radio dan radio jadi jarang siaran, tapi kemudian Mone datang dan menghidupkannya kembali dengan siaran cuacanya. Ia sangat senang mendengar suara Mone di radio. Mone bersyukur mendengarnya. Mone bertanya apakah dulu Takahashi datang kesini sebagai volunteer dan Takahashi membenarkan, sepertinya saat gempa tsunami dulu ia menjadi penyiar di radio Kesennuma dan Mone mengatakan mungkin ia pernah mendengar Takahashi saat menjadi penyiar. Takahashi mengatakan mungkin saja, karena jika Mone ada di Kesennuma, Mone pasti pernah mendengarnya. Mone kemudian mengatakan pada Takahashi alasan ia kembali, bahwa ia ingin melihat wajah bahagia warga disana, mungkin seperti siaran hari ini, seperti itu lah yang ia harapkan. Mone menatap anak-anak yang sedang bermain di luar ruang radio bersama Yuto dan yang lain. Ia tersenyum memandangi mereka. Takahashi hanya menatap Mone dan ada relawan mahasiswa dari Tokyo disana yang juga menatap Mone.
Hari itu Mone sibuk mewarnai peta cuaca dan ia menemukan sesuatu. Ada perubahaan cuaca dalam beberapa hari ke depan, padahal ramalan sebelumnya cerah tapi bisa berubah drastis besoknya. Mone mengecek cuaca di komputer dan pada tanggal 17 November, sepertinya akan hujan. Mone kemudian melihat poster yang dibawa anak-anak waktu itu, festival musim gugur akan dilakukan pada 17 November. Mone memutuskan menemui Takahashi di desa sebelah. Tapi saat Mone pulang, ia menelpon Takahashi lagi dan sepertinya cuaca berubah lagi, ia mengatakan cuaca akan cerah pada siang hari tapi akan mulai berangin pada sore hari. Sepertinya anginnya akan cukup kencang. Karena biasanya difestival akan menggunakan tenda, jadi akan berbahaya. Mone bertanya apakah mereka bisa menunda festivalnya. Takahashi nggak yakin bisa membatalkan acara, meski ia mengatakan pada yang lain, pasti acaranya tetap akan berlangsung. Mone khawatir akan hal itu dan ia mengecek cuaca lagi, anginnya kayaknya memang lumayan kencang hari itu dan Mone kemudian teringat sesuatu.
Setelah siaran Mone selesai malam itu, Takahashi dan beberapa warga desa datang menemui Mone. Setelah Takahashi membicarakan pada warga desa, sepertinya mereka ingin langsung mendengar penjelasan Mone, makanya mereka datang. Jadi Mone mulai menjelaskan mengenai prediksi cuaca yang akan terjadi. Mone menjelaskan kalau pagi sampai siang masih akan cerah, tapi angin akan mulai kencang menjelang sore. Sepertinya tinggi angin akan sampai 15 meter dan itu mampu membuat tenda, bahkan papan kanban terjatuh. Mone kemudian menunjukkan foto dimana ada papan kanban di Sendai yang jatuh dulu, foto dari Yuto saat mereka masih kuliah di Sendai. Melihat itu yang lain juga merasa kalau anginnya akan kencang banged. Mone mengatakan kalau anginnya sudah datang akan terlambat untuk menyelamatkan semuanya. Tapi yang lain merasa Mone melebih-lebihkan dan agak ragu, mereka bertanya berapa % kemungkinan itu, bagaimana jika Mone salah dan hari itu nggak ada angin?
Lalu yang lain mengatakan mereka bisa membereskan tenda sebelum angin kencang itu datang, kalau cuma angin mereka bisa merasakannya.
Mone tidak menyerah dan mengatakan kemungkinan kalau tanggal diadakannya festival akan menjadi hari pembukaan panen abalon. Karena angin akan berhembus kencang, kejernihan air laut akan meningkat dan itu akan menjadi hari yang pas untuk hari pembukaan. Yang lain jadi terdiam karena hal itu, mereka saling melirik, Mone berharap kalau ini akan bisa membuat warga mau menunda festival. Yang lain jadi ragu karena acara besar panen abalon bersamaan dengan hari fastival tidaklah bagus, karena nanti malah nggak banyak yang datang ke festival. Saat itu Takahashi-san bicara, ia mengatakan pada mereka bagaimana kalau festivalnya mereka tunda saja. Pada akhirnya yang lain memutuskan untuk menunda festival itu. Mone lega mendengarnya tapi ia ikutan sedih juga karena semuanya sudah menunggu-nunggu festival, jadi ia meminta maaf.
Pada tanggal 16 November, Mone gelisah di Hamarain. Ia tak bisa tenang karena kalau besok nggak jadi hari pembukaan panen abalon, maka masyarakat bisa kecewa karena festival di tunda. Tapi kemudian Jiro-san muncul dan Mone menunjukkan wajah cerah. Dan benar saja hari itu Jiro-san ke Hamarain untuk membuat pengumuman kalau besok tepatnya 17 November 2019, adalah hari pembukaan panen abalon. Mone lega mendengarnya. Setelah menyelesaikan siarannya dengan heboh, Jiro-san segera pergi karena ia harus melakukan persiapan. Sebelum pergi ia mengatakan pada Mone kalau ia menjadikan data cuaca dari Mone sebagai referensi, meski cuma sedikit. Mone terkejut + bahagia mendengarnya. Jiro-san berterima kasih dan meninggalkan tempat itu. Mone masih shock karena bahagia, ia benar-benar bersyukur, penanggung jawab radio memberikan tepuk tangan pada Mone.
Lalu tanggal 17 November 2019, hari pembukaan panen abalon, pagi itu laut benar-benar jernih. Banyak kapal nelayan yang melaut untuk panen abalon. Hasil tangkapan juga bagus. Dan sesuai prediksi Mone, menjelang sore angin bertiup sangat kencang. Mitsuo datang ke Hamarain untuk berteduh membawa dua orang tua, karena anginnya kencang, mereka sulit berjalan. Takahashi-san juga singgah di Hamarain, membawakan Mone abalon besar sebagai ucapan terima kasih. Ia benar-benar bersyukur karena festival ditunda. Ia juga mengatakan, melihat Mone, ia jadi teringat dirinya dulu, perasaan ingin melakukan sesuatu untuk orang-orang, sama dengan saat ia membuat siaran radio dulu.
Ia menggenggam tangan Mone dan meminta Mone untuk berusaha keras. Mone mengerti.
Mone dibantu oleh Mitsuo dan Yuto, akhirnya menggantung lukisan Udagawa-san di ruang kerjanya. Memandang lukisan itu, Mone teringat sebelumnya Mizuno-san, mahasiswi yang menjadi relawan disana, berbicara padanya, bahwa ia akan kembali ke Tokyo. Ia memutuskan untuk kembali ke universitas. Saat datang kesana awalnya ia berfikir untuk melakukan sesuatu, tapi ia tahu ia tidak bisa melakukan apapun. Padahal penduduk disana baik-baik dan ia juga menyukai kota itu. Ia bertanya-tanya apakah itu karena ia bukan orang yang berasal dari sana. Tapi Mone mengatakan bukan begitu karena ia juga selama ini tidak ada disana. Ia juga memikirkan hal yang sama, apa yang bisa lakukan. Ia adalah seseorang yang pernah meninggalkan tempat itu, jadi sekarang ia kembali dan benar-benar memikirkan apa yang bisa ia lakukan.
Kembali ke masa sekarang, Mone bergumam kalau ini tidaklah mudah.
Mereka masih menatap lukisan Udagawa-san. Mitsuo bertanya-tanya itu lukisan apa, apakah itu laut? dan Mone merasa kalau itu adalah laut.
***
Memang tidak-lah mudah melakukan sesuatu demi orang lain, apalagi kalau sudah terlibat dalam masyarakat. Tidaklah mudah menjadi pribadi yang bisa dipercaya oleh penduduk. Tapi kalau sudah mendapatkan kepercayaan itu maka semuanya akan menjadi lebih mudah. Mone cukup cepat mendapatkan kepercayaan itu dari penduduk setempat, dia bahkan belum sebulan bekerja disana. Prediksi cuacanya yang awalnya diragukan, ternyata benar dan akhirnya Mone melangkah maju selangkah.
Awalnya aku pikir Mizuno-san akan menjadi salah satu tokoh penting dalam drama ini. Tapi sepertinya dia tidak akan muncul di episode berikutnya karena dia akan kembali ke Tokyo. Padahal bagus ada tokoh baru yang mengisi hari-hari Mone.
Minggu depan, Minggu ke-21 Okaeri Mone akan berfokus pada Michi dan kakek Mone.
0 komentar:
Posting Komentar