Ayah Mone datang ke Weather Experts untuk melihat seperti apa tempat puterinya bekerja. Ayah excited melihat poster Kasairuka-kun dan Kosame-chan, tapi ia lebih excited melihat Asaoka-san disana. Ayah bener-bener deg degan bertemu selebriti. Asaoka sedang mencoba memindahkan sebuah alat yang dipajang di lobi dan ayah menggunakan kesempatan itu untuk mendekati Asaoka, membantunya memindahkan alat itu. Asaoka mengatakan kalau ia bisa melakukannya sendiri dan ayah tetap bersikeras membantunya. Ia mengatakan kalau ia melihat siaran cuaca Asaoka setiap pagi dan ia juga mengatakan kalau ia adalah ayah dari Nagaura Momone. Asaoka terkejut mendengar itu dan mereka saling menyapa. Asaoka terus mengatakan kalau ia tak apa-apa, bisa memindahkan alat sendiri dan ayah Momone tetap bersikeras untuk membantunya. Bahkan ia tak peduli saat Asaoka memangginya Otousan. (padahal pas Suganami manggil Otousan ayah langsung marah XD).
Ayah dan Asaoka memindahkan alat itu ke ruang perlengkapan. Ayah bertanya itu alat apa dan Asaoka mengatakan kalau ini alat yang hebat, ayah pasti terkejut saat melihat beroperasi. Hanya saja alat itu rusak dan Asaoka ingin memperbaikinya tapi ia tak mengerti mesin. Asaoka berterima kasih pada ayah dan mengatakan kalau kantor mereka ada di lantai 2 jika ayah mau menemui puterinya, tapi ayah mengatakan ia tidak berniat bertemu Mone, ia hanya ingin melihat tempat kerja Mone seperti apa. Lagian kalau Mone tahu dia datang Mone pasti marah padanya. Tapi Asaoka mengatakan tak apa-apa jika ayah mau melihat kantor mereka. Ayah kemudian malah menawarkan diri untuk mencoba memperbaiki mesin itu.
Dan ayah mulai memperbaikinya, sepertinya ada bagian yang longgar. Asaoka merasa kalau ayah bagus dalam hal ini, mungkin ayah juga sering memperbaiki kapal. Tapi ayah mengatakan ia tak mengerti apa-apa tentang kapal, ia hanyalah pegawai bank. Ia mengatakan kalau ayahnya membuat dan memperbaiki kapal sendiri, tapi sejak kecil ia sudah melihatnya jadi ia tahu sedikit kalau memperbaiki mesin. Asaoka mengerti, ia mendengar kalau kakek Mone adalah seorang nelayan. Ayah mengatakan kalau kakek juga ikut ke Tokyo bersama-nya, tapi ia khawatir dengan pekerjannya jadi kakek sudah kembali ke Kesennuma. Ayah mengatakan kalau kakek tidak bisa berpisah dengan laut. Asaoka terdiam. Saat itu Mone baru kembali dari stasiun TV dan akan menyimpan barang ke bagian perlengkapan, ia kaget melihat ayahnya disana. Tapi ia tak menganggu mereka, ia bersembunyi dan diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka.
Saat itu Asaoka bertanya apakah itu benar-benar tak bisa dipisahkan? Ayah bertanya dengan laut?
Asaoka mengatakan baik itu laut atau lahan tempat tinggal. Belakangan ia kepikiran dengan pindah dari tempat tinggal. Asaoka meminta maaf karena mengatakan hal ini tapi ayah mengerti. Ayah bertanya apakah Asaoka orang Tokyo asli dan Asaoka mengatakan kalau ia sudah lama tinggal di Tokyo dan sejak ia kecil Ayahnya sering membawanya ke kota-kota lain karena pekerjaan ayahnya. jadi ia tak punya kota yang bisa ia katakan sebagai kampung halaman. Ayah mengerti, dulu saat ia bekerja di Sendai ia juga tak pernah berfikir akan kembali ke kampung halamannya. Ayah bertanya kenapa Asaoka memikirkan orang-orang yang pindah dari kampung mereka?
Asaoka mengatakan kalau ia bingung dengan sesuatu yang tidak ada jawabannya. Ia teringat kejadian 8 tahun lalu saat terjadi hujan deras, ia membacakan cuaca hari itu dan meminta warga Ishinemachi untuk waspada terhadap banjir karena air sungai akan meluap. Ia menyampaikan di berita agar warga tenang di lantai 2 rumah mereka. Tapi ternyata terjadi tanah longsor yang menyebabkan desa itu tergenang lumpur dan banyak korban jiwa. Ia datang ke Ishinemachi untuk melihat keadaan 1 minggu kemudian dan ternyata kerusakannya jauh diluar dugaan. Ayah yang mendengar itu mengatakan kalau itu bukan kesalahan Asaoka.
Asaoka tahu akan hal itu, ia juga tak ingin mengatakan kalau itu kesalahannya, ia sudah melakukan yang terbaik. Jika ia tak bisa mengatakan hal itu maka artinya ia tidak bertanggungjawab. Hanya saja bencana itu terjadi berkali-kali. Saat warga mulai lagi dari awal, bencana terjadi lagi. Dan ia tidak bisa mengatakan pada warga untuk pindah dari lahan itu. Tapi mereka harus pergi karena hidup tidak bisa diganti dengan apapun.
Ayah Mone mengatakan kalau ia juga pernah memikirkannya, untuk meninggalkan kampung halamannya, karena bagaimanapun alam tidak bisa diprediksi (ayah tahu tempat tinggalnya rawan bencana). Tapi meskipun ia memikirkan untuk pindah, ia tak bisa pindah. Ia mungkin tidak memenuhi syarat untuk mengatakannya, tetapi ketika ia melihat ayahnya, ia pikir masalahnya bukan tempat tinggal atau tanah tempat ia bekerja. Mungkin manusia itu sendiri? Ia juga tidak tahu. Apakah karena ia dilahirkan dan dibesarkan disana dengan kasih sayang, atau karena lingkungan disana, Tapi ia pikir karena perasaan itu makanya ia tak bisa meninggalkan tempat tinggalnya. Perasaan kecintaan pada kampung halaman karena orang-orang yang tinggal bersama-sama disana.
Asaoka mengerti jadi itu bukan lahannya melainkan orangnya.
Ayah menambahkan, hal yang mengerikan adalah saat ia tidak ingin menjadi nelayan dan meninggalkan pulau untuk menjadi musisi dan akhirnya mendapatkan pekerjaan di bank, tapi pada akhirnya ia kembali ke pulau. Ayah tertawa.
Ayah mengatakan itu sebabnya ia senang sekali karena puterinya bekerja dengan babas dan bahagia di Tokyo. Puterinya adalah harapannya. Ayah mengatakan ia punya 1 puteri lagi yang juga pekerja keras. Tapi bukan hanya puterinya, ia ingin anak lain juga melakukan hal yang sama. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi di dunia ini. Tidak masalah ke mana pun mereka pergi. Bagaimanapun, ia ingin mereka tahu kalau masa depan mereka cerah. Ia percaya bahwa hidup mereka pasti akan lebih baik kedepannya. Asaoka terdiam. Ayah kemudian baru sadar dan mengatakan kalau ia bicara terlalu banyak.
Ayah bertanya-tanya apakah mesin sudah bisa digunakan dan Asaoka kaget karena ayah sudah selesai memperbaikinya dan meminta ayah mencobanya, ia mengajarkan bagaimana ayah menggunakan mesin itu dan ayah mencobanya. Dan mesin itu berputar seperti mesin pembuat gulali, dimana ada gulali putih seperti awan di dalamnya. Ayah kagum banged. Tapi mesin itu kemudian berhenti, rusak lagi. Ayah mengatakan kalau ia hanya pegawai bank setengah matang jadi tidak bisa memperbaikinya. Mereka tertawa, tapi Asaoka berterima kasih pada ayah Mone.
Mone hanya tertawa dengan matanya yang sembab karena menangis mendengarkan percakapan Asaoka dan ayahnya.
***
Jadi kalau yang dari aku tangkap, Asaoka ini frustasi dan bingung apa yang harus ia lakukan pada suatu tempat di Ishinomachi yang selalu kena bencana tanah longsor sejak 8 tahun lalu. Penduduk kehilangan rumah mereka, saat baru mulai kehidupan normal lagi setelah memperbaikinya, disana kena longsor lagi. Ia tahu kalau warga mencintai lahan mereka makanya mereka nggak mau pindah dan ia juga tidak bisa menyampaikan pada warga untuk pindah, makanya ia stres sendiri.
Pindah dari tempat dimana kamu dibesarkan memang nggak mudah dan banyak yang tidak akan melakukannya. Mungkin bagi orang-orang muda, itu hal yang menyenangkan karena jiwa muda mereka, lihat saja banyak yang merantau ke kota. Ada sebagian dari mereka yang menetap di kota tapi ada banyak juga yang kembali ke kampung halaman mereka. Bahkan meski kampung mereka rawan bencana. Apalagi para orang-orang tua seperti kakek Mone, pasti nggak akan mau pindah dari tempat dimana ia dibesarkan. Bukan hanya kencintaan pada tempat itu, tapi juga lingkungan dan orang-orangnya. Makanya meski daerah rawan bencana, tapi tetap ada yang tinggal disana.
0 komentar:
Posting Komentar