Ayla: The Daughter of the War adalah film Turki yang rilis pada tahun 2017. Disutradarai oleh Can Ulkay, film ini dibintangi oleh Ismail Hacioglu. Film ini dipilih sebagai perwakilan Turki untuk Film Berbahasa Asing Terbaik (Best Foreign Language Film) di ajang Academy Awards (Oscar) ke-90, tetapi tidak dinominasikan.
Ayla: The Daughter of the War diangkat dari kisah nyata seorang pensiunan tentara
Turki yang pernah membantu Korea saat Perang Korea, mencari anak
angkatnya yang berpisah dengannya 60 tahun lalu. Anak angkatnya itu adalah yatim piatu korban Perang Korea yang ia selamatkan saat perang. Kisahnya itu diangkat
dalam film dokumenter tahun 2010 yang ditayangkan di MBC yang membantunya mencari
anak angkatnya tersebut.
Kisah film ini sangat mengharukan, dijamin nangis sesegukan menontonnya dan membuat kita juga ingin menonton dokumenternya. Aku pertama kali menonton film ini pada tahun 2018, saat pertama rilis online dan saat itu belum ada subtitle. Alasan kenapa aku tahu dan tertarik adalah karena aku mengenal pemeran Ayla dalam film ini, dia adalah Kim Sul yang menjadi adik Go Kyung Pyo di Reply 1988. Pengikut blog ini pasti tahu kalau aku gila Reply 1988 pada zamannya. Aku follow semua IG castnya, termasuk IG Kim Sul ini, jadi aku tahu kalau dia syuting film luar negeri. Tapi setelah menontonnya tanpa sub itu, aku menyimpannya di laptop lama banged. Entah kenapa bahkan setelah subnya keluar, aku malas menontonnya dan akhirnya baru aku tonton full dengan subtitle saat ramadhan 2021. Dan belakangan aku baru tahu kalau ternyata film ini viral di TikTok. Aku baru ingat aku belum menulis review film ini dan semalam sebelum menulis review ini, aku menonton dokumenternya lagi 😂
Seperti judulnya, Ayla: The Daughter of the War, mengisahkan tentang anak bernama Ayla, anak perang. Dalam artian disini adalah anak-anak yatim piatu korban Perang Korea. Perang Korea adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan yang terjadi pada tahun 1950-1953. Korea Utara saat itu dibantu oleh tentara China karena sekutu mereka adalah China dan Rusia, sementara Korea Selatan sekutunya adalah Amerika, Kanada, Australia, Inggris dan banyak negara yang mengirimkan bantuan dibawah PBB. Dan Turki adalah salah satu negara yang mengirimkan bantuan tentaranya.
Dalam perang itu, banyak warga Korea baik itu Korea Utara dan Korea Selatan menjadi korban. Banyak anak-anak korban peperangan yang kehilangan orang tua mereka dan dibawa oleh tentara. Ada banyak anak seperti Ayla, tapi dalam film ini yang dibahas adalah Ayla.
Dalam perang itu, banyak warga Korea baik itu Korea Utara dan Korea Selatan menjadi korban. Banyak anak-anak korban peperangan yang kehilangan orang tua mereka dan dibawa oleh tentara. Ada banyak anak seperti Ayla, tapi dalam film ini yang dibahas adalah Ayla.
Tokoh utama dalam film ini adalah Sersan Suleyman, seorang pria penuh kasih yang sebenarnya nggak cocok untuk berperang tapi ia dikirimkan ke medan perang untuk membantu Korea Selatan. Ia bahkan nggak berani membunuh semut. Ia harus meninggalkan tunangan yang ia cintai dan keluarganya, dan tiba di Busan pada 1950. Di medan perang, ia bertemu dengan tentara lain dan bersahabat dengan salah seorang tentara bernama Ali. Suatu malam, saat penyerangan terjadi, ditengah hutan, ia menemukan seorang anak kecil yang ada diantara mayat-mayat rakyat Korea. Suleyman membawa anak itu bersamanya. Anak itu masih ketakutan dan tidak mau bicara, Suleyman juga nggak tega meninggalkannya, jadi ia merawat anak itu dengan baik dan memberinya nama Ayla yang dalam bahasa Turki artinya sinar bulan.
Ayla ikut kemana Suleyman pergi. Pokoknya dia selalu mengekor Suleyman. Suleyman sayang banged sama Ayla, selalu bersamanya saat makan, saat latihan, saat berkumpul dengan yang lain, pergi berbelanja, pergi main. Pokoknya mereka selalu berdua. Ayla perlahan-lahan mulai membuka hati untuk Suleyman, ia mulai mau tersenyum, mau berinteraksi dengan tentara lainnya. Tentara yang lain juga jadi menyukai Ayla yang selalu melihat mereka latihan, Ayla dijadikan puteri yang harus dilayani duluan. Misalnya kalau mandi mereka sedang ngantri, tapi kalau Ayla mau ke toilet maka dia yang didahulukan. Ayla adalah penghibur para tentara di markas mereka.
Ayla awalnya tidak bisa berbicara karena shock yang dialaminya. Tapi perlahan ia mulai bisa berbicara dan juga belajar menulis. Ayla memanggil Suleyman dengan Baba yang artinya Ayah. Ayla awalnya diberi tempat tidur khusus untuknya, tapi kalau dia nggak bisa tidur dia akan pergi ke ranjang Suleyman. Suleyman dan yang lain juga mengajak Ayla kalau mereka pergi ke luar dari markas, misalnya pasar atau saat mereka berkunjung ke Tokyo menghabiskan waktu. Meski ada banyak adegan dimana mereka menghabiskan waktu dengan baik tanpa ada tembakan, tapi perang masih berlangsung dan saat penyerangan terjadi, Suleyman kehilangan sahabat baiknya Ali dimana Ali tertembak tepat di depan matanya.
Pada musim panas 1951, satu per satu tentara Turki dipanggil untuk kembali ke negara mereka. Suleyman berpisah dengan mereka satu per satu. Saat itu Suleyman belum mau pulang karena ia tak bisa meninggalkan Ayla sendirian. Ia mengirim surat pada orang tua dan tunangannya kalau ia menunda kepulangannya, membuat orang tuanya kesal juga sih, kenapa dia nggak mau pulang. Tunangannya sejak awal juga sudah memperlihatkan kalau ia stress menunggu Suleyman. Menunggu seseorang untuk kembali perang memang membuat stress sih, karena kalau berangkat perang artinya siap mati. Jadi nggak tahu nanti yang datang adalah orangnya masih hidup atau tinggal nama. Ada wanita lain juga yang mengkhawatirkan Suleyman, aku lupa dia siapa, tapi dekat dengan orang tua Suleyman, sepertinya sih yang mau dijodohkan orang tuanya pada Suleyman.
Ankara School adalah sebuah sekolah yang didirikan khusus untuk anak-anak korban perang. Atasan Suleyman memaksa Suleyman untuk memasukkan Ayla ke sekolah itu. Ada aturan dalam perang kalau tentara nggak boleh membawa anak korban perang ke negara mereka, jadi harus tetap ditinggalkan di Korea. Makanya Suleyman galau. Dia dengan berat hati memasukkan Ayla ke sekolah itu karena itu artinya dia akan berpisah dengan Ayla. Saat Suleyman mengantar Ayla ke sekolah itu, Suleyman terlihat sedih saat Ayla bergabung dengan anak lainnya. Ia hanya melihat dari jendela dan tak dapat menahan air matanya. Ia pun keluar dari sekolah itu tapi ternyata Ayla mengejarnya. Saat itu Suleyman membuat keputusan membawa Ayla ke Turki.
Suleyman menyiapkan koper besar dan memasukkan Ayla ke dalam koper, berharap ia akan lolos dari pemeriksaan saat ia akan berangkat dengan kapal laut. Sayangnya ia ketahuan oleh atasannya dan ia dimarahi. Jadi mau tak mau Suleyman harus berpisah dengan Ayla. Sebelum berpisah, Suleyman janji akan menjemput Ayla suatu hari nanti dan Suleyman meninggalkan Ayla dengan berat hati. Ayla menangis sejadi-jadinya.
Sesampainya di Turki, Suleyman disambut oleh orang-orang yang menunggunya. Ia kemudian mengetahui kalau tunangannya ternyata sudah menikah dengan pria lain selama kepergiannya berperang. Pada akhirnya Suleyman menikah dengan wanita yang dipilihkan oleh orang tuanya. Aku rasa saat itu Suleyman menikah cuma karena disuruh aja, dia belum mau terbuka dengan istrinya. Suleyman masih memikirkan Ayla dan saat ia pindah ke Istambul, ia langsung ke Kedutaan Korea di Istanbul untuk mencoba mencari Ayla. Tak lama kemudian barulah ia menceritakan mengenai Ayla pada istrinya dan istrinya juga mulai membantu suaminya untuk mencari Ayla. Aku rasa itu sebabnya takdir Suleyman adalah istrinya yang sekarang, karena istrinya sangat pengertian padanya, ia bahkan tak marah atau tak mempertanyakan, dan setia mendukung suaminya mencari Ayla. Sayangnya karena Suleyman hanya tahu nama Ayla yang ia buat dan tidak tahu nama korea Ayla, jadi mereka kesulitan mencari Ayla.
Pada tahun 1999, terjadi gempa bumi marmara, gempa besar di Turki dan hal itu membuat Suleyman yang sudah tua menyadari kalau hidupnya mungkin tidak panjang lagi dan sebelum ia meninggal dunia ia ingin menemukan Ayla. Ia ke rumah dan melihat foto-foto Ayla lagi, terlihat bagaimana kerinduan seorang ayah pada puterinya. Anak-anak Suleyman tidak menyukai bagaimana Suleyman selalu merindukan puteri angkatnya, mereka kelihatan sering kesal kalau ayahnya sudah bicara tentang Ayla. Aku rasa selama hidupnya sebagai ayah dari anak-anaknya, Suleyman selalu menanggung itu, sampai ia terbiasa dan menjadi tak peduli lagi.
Suatu hari, Suleyman yang sudah berusaha mencari Ayla kemana-mana, bahkan sampai menonton siaran TV berharap ia bisa melihat Ayla di TV secara kebetulan, dihubungi oleh pihak Kedutaan Korea di Turki. Salah satu stasiun TV Korea ingin membuat film dokumenter dan menawarkan diri untuk membantu Suleyman menemukan Ayla. Suleyman bersyukur sekali. Tapi tentu saja pencariannya tidak mudah, hanya bermodal foto Ayla saat berusia 5 tahun dan cerota-cerita dari Suleyman juga saat Suleyman terakhir kali melihat Ayla, Ayla akan dimasukkan ke Sekolah Ankara. Dengan bermodal itu, tim stasiun TV mencari Ayla yang dirindukan oleh Suleyman.
Dan sampai pada titik terang saat stasiun TV menemukan seorang wanita yang mengenali foto-foto masa kecil itu bersama Suleyman. Wanita itu menangis saat melihat foto-foto itu karena itu adalah masa kecilnya. Dan pada tahun 2010 akhirnya Suleyman bisa bertemu kembali dengan Ayla puterinya, di sebuah taman bekas Sekolah Ankara dulu. Ayla yang juga merindukan sang ayah langsung memeluk ayahnya dan Suleyman teringat kembali janjinya untuk menemukan Ayla lagi, akhirnya ia bisa memenuhi janjinya setelah 60 tahun.
Kalau kalian menonton dokumenternya, dokumenternya lebih sedih lagi. Aku menangis sesegukan saat pertemuan ayah dan anak itu. Di filmnya, Ayla datang sendirian menemui ayahnya tapi di dokumenternya, Ayla datang bersama anak laki-laki dan dua cucunya. Ia menangis memanggil Baba dan bertanya kenapa ayahnya baru datang sekarang. Ia merindukan selama 60 tahun perpisahan mereka itu. Ayla di dokumenter mengatakan kalau ia selama ini juga mencoba mencari ayahnya, ia bahkan ingin tampil di acar radio mencari anggota keluarga yang hilang, tapi karena ia tak punya cukup petunjuk, bahkan foto saja tidak ada, permintaannya tidak diterima. Ia berfikir selama ini hanya ia yang merindukan sang ayah, ternyata ayahnya juga berusaha mencarinya.
Sebelum pertemuan mereka di dokumenternya, Ayla menyiapkan kemeja dan dasi untuk sang ayah sedangkan Suleyman menyiapkan cemilan Turki kesukaan Ayla, juga beberapa piring dan mangkuk khas Turki. Ia bahkan memberikan uang saku untuk Ayla. Pertemuan mereka amat sangat mengharukan, aku yakin baik di film atau dokumenternya, kalian akan meneteskan air mata.
Keduanya sama sekali tidak berhubungan darah, kebersamaan mereka hanya 1,5 tahun tapi rasa cinta mereka sebagai ayah dan anak sangat luar biasa. Suleyman masih sempat datang saat penayangan perdana film ini di bioskop Turki dan meninggal dunia tak lama setelah itu pada usia 91 tahun. Sebelum meninggal dunia, Suleyman masih sempat bertemu dengan Ayla untuk terakhir kalinya saat Suleyman dirawat di rumah sakit. Dan istri Suleyman, yang selama ini mendukungnya meninggal dunia 12 jam setelah kepergian Suleyman. Benar-benar sehidup semati.
Pokoknya film ini adalah film yang sangat aku rekomendasikan. Jangan lupa siapkan tissu sebelum menontonnya dan asik nonton bareng sih, kalau nonton sendiri nanti nangisnya kebangetan soalnya. Filmnya sedih, tapi menghangatkan hati. Kisah ayah dan anak yang tidak punya hubungan darah tapi cinta mereka tidak lekang oleh waktu. 60 tahun saling mencari dan saling merindukan dan akhirnya dipertemukan kembali.
Suleyman bersama istrinya, Ayla (pink), putera Ayla dan 2 cucu Ayla.
seandainya ada kisah yang diceritakan ayla tentang keadaan dirinya setelah ditinggal suleyman ke turki, bagaimana keadaannya di ankara school, pasti lebih menyedihkan lagi
BalasHapus