Okaeri Mone Episode 35: Improvement of academic ability
Koperasi Kehutanan Tome sedang membahas tentang penebangan pohon hiba 300 tahun. Sasaki-san mengatakan kalau Kima-san akan memimpin dari penebangan hingga pelaksanaan dan pengrajin yang bertanggungjawab memperbaiki panggung Noh. Kawakubo mengatakan kalau mereka harus menganggap pohon hiba itu warisan berharga karena usianya 300 tahun, tidak tahu siapa yang menanam, bisa saja ditanam oleh tuhan. Hutan adalah warisan leluhur, Sasaki berkomentar kalau Date Masamune diajar oleh seorang biksu untuk memperkaya negeri, maka tanamlah pohon di pegunungan.
Para pekerja memulai persiapan untuk pemotongan pohon hiba. Mone ada di hutan menemani Kuma-san dan rombongannya. Sepertinya mereka masih mengurus pohon yang lain. Mone mendekati pohon hiba 300 tahun dan menatapnya, ia mendekatinya dan menyentuhnya dengan perasaan yang berkecambuk.
Suganami akan kembali ke Tokyo seperti biasa dan Mone menemuinya. Mone bertanya kenapa Suganami-sensei selalu pulang balik Tokyo, padahal lebih mudah jika Suganami di Tome saja. Apa sih bagusnya Tokyo?
Suganami sepertinya tahu kalau perasaan Mone sedang tidak bagus. Ia kemudian mengatakan kalau Mone tertarik pada perusahaan ramalan cuaca, bahkan jika Mone bertanya pada diri sendiri Mone pasti sudah tahu jawabannya. Kenapa Mone berpura-pura tersesat? Kenapa Mone menanyakan pertanyaan seperti itu hanya untuk bicara dengannya. Jika Mone ingin mengatakan sesuatu (curhat) katakan saja. Mone mengatakan meski dirinya tahu yang ia pilih tapi ia tidak bisa membuang satunya begitu saja. Keduanya sangat penting baginya. Apakah hal seperti itu tidak bisa dikatakan sebagai tersesat?
Mone kemudian mengatakan kalau ia akan menyerah menjadi peramal cuaca karena hal itu tidak akan mungkin baginya. Suganami kemudian mengatakan sesuatu yang membingungkan lagi dan mengatakan kalau Mone terlalu manja.
Mone kesal dan kemudian akan meninggalkan Suganami dan hampir menangis tapi Suganami menghentikan Mone. Mone mengatakan kalau ia memang anak manja.
Suganami mengatakan Mone harus menjadi peramal cuaca sebelum tersesat sebelum Mone memikirkannya. Ia bertanya apa pendapat Mone jika seseorang yang tidak memiliki izin dokter mengatakan ingin ke Tokyo untuk menjadi dokter?
Mone diam saja. Tiba-tiba hujan turun. Suganami mengambil plastik bawaannya dan melindungi Mone dari hujan. Mone terkejut dan bingung. Suganami mengajak Mone masuk ke cafe untuk berdiskusi.
Keduanya masuk ke dalam cafe. Suganami kelihatannya mengumpulkan banyak selebaran untuk les dan mengatakan pada Mone untuk ikut les agar lebih membantunya bisa lulus ujian. Suganami juga mengatakan kalau Mone seharusnya melakukan ini lebih awal, berdiskusi mengenai perasaannya pada seseorang. Dan Mone mulai curhat pada Suganami, mengatakan bagaimana perasaannya yang sebenarnya. Diam-diam Sayaka-san mendengarkan diluat cafe. Ia datang dengan payung, sepertinya menjemput Mone. Aku rasa Suganami tahu kalau Sayaka ada disana dan membiarkan Sayaka mendengarkan perasaan Mone.
Mone mengatakan kalau ia benar-benar menyukai pekerjaan disini. Mengetahui betapa pentingnya hutan dan bagaimana kontribusinya pada masyarakat benar-benar pengetahuan yang bagus. Ia benar-benar berfikir kalau itu adalah pekerjaan yang bisa ia banggakan. Semakin ia tahu tentang pepohonan dan pegunungan, ia semakin kagum. Ia menyukai semua orang yang ada disana. Ia juga berfikir kalau Sayaka-san sangat keren. Ia ingin berada di dekat seseorang yang bisa ia hormati seperti Sayaka-san. Sekarang, ia mungkin bisa mendukung Sayaka-san. Tapi kemudian ia bertemu dengannya (peramal cuaca). Sesuatu yang benar-benar menggerakkan hatinya. Itu adalah sesuatu yang sangat menarik baginya. Rasanya ia ingin mencobanya.
Suganami kemudian mengatakan kalau begitu Mone harus mempersiapkan dirinya. Kalau Mone tidak bisa berarti semangat Mone hanya sebatas itu. Memang itu bukan sesuatu yang mudah untuk dipahami. Tokyo tidaklah semenarik itu. Tapi jika sesuatu yang sangat ingin Mone lakukan ada disana, maka tak ada cara lain, Mone harus pergi kesana. Sayaka yang sejak tadi terdiam kemudian melangkah meninggalkan tempat itu.
Memasuki musim dingin, Desember 2015.
Akhirnya waktu pemotongan pohon hiba sudah ditentukan. Pohon hiba 300 tahun akan dipotong pada 10 Maret.
Mone sepertinya menemukan semangatnya lagi untuk mengikuti ujian. Karena Suganami-sensei hanya bisa mengajarinya 2 minggu dalam sebulan, ia mulai mengikuti les di Sendai untuk memperdalam ilmunya. Sepertinya ia les setiap akhir pekan (kayaknya lho).
Suatu pagi, Sayaka datang memandangi pohon hiba 300 tahun. Ia menyentuhnya dengan perasaan sedih diwajahnya. Sepertinya Sayaka benar-benar mengharapkan Mone jadi penerusnya makanya setelah mendengar perasaan Mone yang sesungguhnya ia sedih. Sayaka menempelkan dahinya ke pohon hiba sambil menutup mata dan kemudian menatap Pohon hiba, bicara pada pohon hiba tapi sebenarnya ia bicara pada diri sendiri mengatakan, Ii janai desu ka. Kamu masih bisa melakukannya sendiri. Begitulah hidup ini.
Sesi belajar Mone dan Suganami masih berlanjut. Tapi malam itu ada sesuatu yang menarik. Ada satu soal yang Suganami tidak mengerti tapi Mone mengerti dan bahkan menjelaskan pada Suganami di papan tulis. Suganami sampai shock entah sejak kapan Mone lebih paham darinya, tapi rasa ingin tahunya tetap membuatnya mengerjakan soal yang dia tidak tahu.
***
Sepertinya Mone sudah paham banged karena sering latihan soal, nggak nyangka ada masa dimana Mone lebih bisa daripada Suganami dan membuat Suganami shock juga. Tapi itu bukti kalau Mone sudah berusaha keras. Aku yakin diujian selanjutnya Mone pasti akan lulus. Kalau nggak salah sih di spoiler Mone memang lulus di ujian ketiga. Atau tidak? Kita lihat saja.
Aku pikir Sayaka selama ini mendukung impian Mone, tapi ternyata dia cukup terluka saat tahu Mone memilih menjadi peramal cuaca. Atau dia terluka karena tidak menyangka Mone kesulitan memilih seperti itu?
Tapi saat bicara pada pohon hiba, Sayaka memang terlihat kesepian. Dia pikir dia punya teman berbagi, ternyata dia akan sendirian lagi.
0 komentar:
Posting Komentar