Sinopsis Okaeri Mone Episode 17
Kakek, Michi, Mone dan Mitsuo ada di peternakan tiram kakek. Michi sedang sibuk memasukkan master benih tiram ke dalam air laut. Memperhitungkan kapan memasukkan itu termasuk sulit memprediksinya karena harus mempertimbangkan suhu di luar dan suhu dalam air laut. Mone dan Mitsuo tidak bisa membantu banyak. Mereka hanya melihat saja bagaimana Michi bekerja. Mone dan Mitsuo pulang berdua, mereka berjalan dalam diam mungkin karena melihat bagaimana Michi bekerja mereka merasa minder gitu. Saat itu ayah Mitsuo lewat dengan menggunakan sepeda motor, keduanya langsung bersembunyi.
Mone kembali ke rumah dan ibu sedang membuka oleh-oleh dari Mone. Dengan gaji pertamanya Mone membelikan ibunya 4 buah kotak bento dari kayu. Ibu mengatakan kotak bentonya sangat bagus. Sepertinya sih Mone meminta tukang kayu secara khusus membuatkan kotak bento itu. Karena itu Mone mengatakan kalau lain kali ia akan membuat piring dari kayu dan menghadiahkannya untuk ibu. Ibu melihat sesuatu dalam tas kertas tempat kotak bento dan ternyata itu adalah peluit yang dibuat ayah. Awalnya ibu bertanya apa itu dan Mone meniupnya, suaranya berisik seperti biasa.
Mitsuo duduk sendirian di luar dan Mone datang mendekatinya, duduk disamping Mitsuo. Mitsuo sepertinya sedang memikirkan sesuatu. Mitsuo sedang resah tentang perasaannya sendiri, kenapa ia tidak mau mewarisi kuil padahal orang tuanya sudah membayar mahal untuk biaya kuliah. Dia juga nggak bisa dengan mudah berhenti kuliah dan mencari pekerjaan. Mitsuo iri pada Michi yang baru kelas 2 SMA tapi sudah bisa melakukan penelitian bahkan magang di pusat pengembangan makanan laut. Ia juga iri pada Ryo yang nggak ragu untuk menjadi nelayan, bahkan wajah Ryo sekarang sudah berbeda dengan yang dulu (lebih keren lah gitu). Mituso merasa kalau ia bodoh. Mone mengatakan bukan Mitsuo saja, dia juga begitu (belum punya bayangan yang jelas mengenai masa depan). Mitsuo mengatakan kalau Mone berbeda, karena Mone sudah mendapatkan pekerjaan dan bekerja dengan baik. Tapi Mone tidak setuju dengan Mitsuo, ia merasa tidak melakukan pekerjaannya dengan baik. Ia bisa bekerja disana hanya karena Sayaka adalah kenalan kakeknya, bukan keinginannya juga bekerja di gunung, ia hanya ingin keluar dari pulau dan kebetulan disana menampungnya.
Mereka masih akan mengobrol serius tapi tiba-tiba ayah muncul dan langsung menarik Mitsuo, kayaknya ayah nggak suka Mitsuo berduaan dengan puterinya. Kemudian dia heboh mencari sesuatu, sampai kakek nggak bisa tidur karena ayah ribut banged. Ternyata ayah ingin melakukan barbeque. Mone ke belakang mengambil kayu bakar. Mone yang melihat kayu mencoba untuk menebak kayu apa itu. Kakek melihatnya dan bergabung dengan Mone memilih kayu. Kakek juga tahu banyak tentang kayu dan mengatakan itu karena nelayan juga harus tahu jenis-jenis kayu, karena kapal dan pancing mereka terbuat dari kayu. Itu sebabnya kakek berteman dengan pemilik gunung (Sayaka) yang memiliki banyak pohon yang baik. Mone jadi mengerti kenapa kakeknya dekat dengan Sayaka. Kakek menatap langit dan bergumam kalau besok sepertinya hujan akan turun. Mone bingung lagi kok kakek bisa tahu. Kakek meninggalkan Mone dan Mone melanjutkan mengambil kayu bakar. Ia mencium aroma kayu dan tersenyum karena ia menyukai aromanya. Mone teringat kembali saat kakeknya membawanya dan Michi ke gunung Tome milik Sayaka saat mereka masih kecil.
Barbeque mereka dimulai, mereka memanggang tiram milik kakek. Mitsuo sampai menangis karena rasanya enak banged. Ayah bahkan bingung kenapa Mitsuo menangis hanya karena tiram kakek. Ayah meminta Mitsuo bicara baik-baik pada ayahnya.
Keesokan harinya, saat sarapan, ramalan cuaca mengatakan kalau hari itu akan hujan. Kakek dan Michi membicarakan mengenai benih tiram. Karena akan hujan, kakek ingin Michi mengangkatnya karena cuaca nggak bagus tapi Michi bersikeras ingin membiarkannya selama 17 jam baru diangkat. Ayah mengajak dua puterinya ke kota untuk belanja bulanan tapi Michi menolak karena ia sibuk dengan penelitiannya. Mone juga menolak karena ia ingin melihat pekerjaan Michi. Ayah dan ibu hanya bisa terdiam, dan akhirnya ibu mengatakan ia juga nggak akan pergi.
Ayah pergi ke kota sendirian, ayah sepertinya memperbaiki terompetnya di toko musik dan ia datang mengambilnya. Saat itu ayah melihat Ryo memasuki gang berbahaya dimana gang itu ada bar-nya. Ayah tentu saja khawatir karena anak kecil masuk ke bar, jadi ayah mengikutinya. Ternyata Ryo kesana menjemput ayahnya yang mabuk siang-siang. Mereka awkward saat mereka saling menatap.
Seperti ramalan cuaca, hari itu turun hujan. Mone mengangkat jemuran dengan tergesa-gesa. Sayup-sayup terdengar suara Michi dan kakek yang sedang bertengkar tentang benih itu. Michi mengatakan kalau ini adalah penelitiannya jadi ia ingin memutuskan semuanya sendiri. Mone hanya terdiam mendengarnya.
***
Mone dan Mitsuo mungkin bingung dengan pekerjaan Michi dan kakek. Michi yang udah tahu tentang apa yang akan ia lakukan dan apa yang sedang dia lakukan, Mone dan Mitsuo cuma bisa melihatnya saja. Mereka pasti bingung lah ya dan wajar merasa iri. Yang masih muda aja udah jelas ingin melakukan apa dimasa depan, sementara mereka masih mencari-cari.
Michi memang pintar sih tapi ada sisi egoisnya juga, keteguhan hati kali ya. Kakek punya lebih banyak pengalaman dari pada Michi jadi kakek mungkin bisa saja benar. Tapi kalau penelitian memang harus sesuai juga sih, nggak bisa setengah-setengah. Makanya Michi ingin melakukan sesuai caranya.
Jujur saja, plot drama ini memang lambat dan agak membosankan. Kok masalah ini nggak selesai-selesai gitu. Mungkin aku nggak sabaran kali ya. Lama banged aku pengen ada sesuatu yang bikin exciting, apa gitu.
0 komentar:
Posting Komentar