Be With You adalah film Korea rilisan tahun 2018 yang dibintangi oleh So Ji Sub dan Son Ye Jin. Film ini diangkat dari novel Ichikawa Takuji, "Ima Ai ni Yukimasu" yang pernah dijadikan film pada tahun 2004 dengan judul yang sama yang dibintangi oleh Nakamura Shido dan Takeuchi Yuko. Novelnya juga pernah dijadikan drama pada tahun 2005.
Ima Ai ni Yukimasu adalah salah satu movie populer Jepang yang sampai saat ini masih dicintai. Dengan kisah yang menarik dan tidak tertebak, movie ini menarik banyak hati terutama bagi fans movie Jepang. Movie ini diadaptasi oleh Korea pada tahun 2018 lalu. Dalam postingan ini aku akan membahas kedua movienya sekaligus karena aku baru menonton dua-duanya. Dulu banged rasanya aku pernah menonton yang versi Jepang tapi nggak sampai abis atau gimana, jadi aku udah agak lupa ceritanya. Makanya saat menonton yang versi koreanya, aku langsung tertarik nonton yang versi Jepangnya juga.
Jalan cerita kedua movie ini secara garis besar adalah sama, hanya ada beberapa bagian kecil yang berbeda. Vibenya tentu saja berbeda karena movie pertama rilis pada tahun 2004 dan yang satunya rilis pada tahun 2018. Tapi keindahan ceritanya menurutku sama aja, sama-sama menyayat hati. Tapi aku suka setting rumah versi Korea yang kesannya lebih indah, cuma untuk lokasinya aku suka yang versi Jepang, dipinggir danau gitu. Dan menurutku sih ya, versi Jepang dibuat lebih jelas ceritanya sementara di versi Korea entah kenapa kita dibuat bertanya-tanya dan nggak dijelaskan terlalu dalam jadi biar kita sendiri yang menebak.
Ima, Ai ni Yukimasu atau Be with You kedua versi baik Jepang dan Korea menceritakan tentang ayah dan anak laki-laki berusia 6 tahun yang baru saja kehilangan orang terkasih mereka, seorang wanita yang merupakan istri dan ibu. Sebelum meninggal dunia, sang ibu meninggalkan sebuah buku bergambar untuk anak laki-lakinya, yang ia tulis sendiri, yang isi ceritanya mengatakan kalau ada kehidupan sebelum kematian dimana orang yang meninggal akan menunggu disana sampai orang yang dibumi melupakannya. Jika seseorang berada disana, ia bisa turun sekali ke bumi yaitu pada musim hujan dan bertemu sekali lagi dengan orang terkasihnya. Menurut sang anak laki-laki, itu adalah janji sang ibu padanya, bahwa ibunya akan kembali saat musim hujan. Sementara sang ayah, tahu itu hanyalah kebohongan, tapi ia juga menanti datangnya musim hujan.
Saat musim hujan tiba, yang lebih panjang dari biasanya, diramalkan akan berlangsung selama 6 minggu, ternyata sang ibu benar-benar kembali. Meski sang ibu hilang ingatan dan tidak ingat siapa mereka, tapi ia bisa menerima kenyataan kalau sekarang ia adalah seorang istri dan seorang ibu. Ia pun mulai tinggal bersama suami dan anaknya, mencoba menyesuaikan diri. Semakin hari ia mulai terbiasa dengan kehidupan barunya, bahwa ia adalah seorang ibu yang mempunyai anak laki-laki yang lucu. Lama kelamaan ia juga penasaran kenapa mereka menikah dan mulai mendengar kisah cintanya sendiri dari sang suami. Menurut sang suami, suaminya cinta sepihak padanya, cukup senang hanya karena mereka duduk sebelahan. Tidak ada momen romatis diantara keduanya sampai lulus SMA, mereka adalah tipe yang punya crush tapi nggak menyatakan. Saat kelulusan SMA, sang gadis meminta sang pria menuliskan pesan di buku perpisahan dan sang gadis membawa pena milik sang pria. Dan pena itulah yang membuat pertemuan mereka selanjutnya saat tahun kedua di universitas. Setelah pertemuan itu keduanya mulai menjadi dekat satu sama lain dan berjanji akan saling kirim surat. Tapi surat terakhir yang pria malah meminta mereka mengakhiri hubungan. Sang gadis sempat menemui sang pria meminta penjelasan, tapi percuma.
Saat kisah cinta mereka akan berakhir, sang pria untuk terakhir kalinya ingin melihat sang wanita, jadi ia datang ke Universitas tempat sang wanita kuliah, saat melihat wanita itu bahagia bersama pria lain, ia akhirnya bisa merelakannya. Tapi siapa sangka dimusim panas tahun yang sama, sang wanita tiba-tiba muncul kembali seolah-olah sudah membuat keputusan kalau ia akan bersama pria itu selamanya. Dan begitulah keduanya menerima satu sama lain dan menikah. Meski pernikahan mereka ditentang oleh orang tua wanita karena dia masih kuliah, tapi sang wanita sudah menentukan pilihannya. Tahun berikutnya anak laki-laki mereka lahir dan apakah mereka bahagia selamanya?
Tapi semuanya mulai berubah setelah sang ibu menemukan buku diary lama-nya dan membaca apa yang ada di dalamnya. Ia mengetahui kenapa ia ada disana, kenapa ia kehilangan ingatan dan apa yang akan terjadi selanjutnya. Jadi ia tahu kalau ia akan meninggalkan keduanya saat musim hujan berakhir dan karena itu ia mempersiapkan kepergiannya dengan baik.
Ada banyak perbedaan kecil antara versi Jepang dan Korea dan akan aku bahas disini.
Pertama, kisah awal di versi Korea dimulai dengan kematian sang istri. Bagaimana yang lain khawatir seorang ayah yang nggak sehat akan merawat anaknya yang masih kecil. Sementara di versi Jepang, kisahnya dimulai setelah sang anak berusia 18 tahun, dimana ia menerima cake ulang tahun ke-18 nya bertepatan dengan toko kue yang akan segera tutup.
Perbedaan kedua adalah pekerjaan sang ayah. Di versi Korea, sang ayah yang bernama Woo Jin bekerja di sebuah kolam renang, sebagai cleaning service-lah gitu. Kalau di versi Jepang, sang ayah Takumi, bekerja sebagai pegawai kantoran biasa.
Perbedaan ketiga adalah, di versi Korea, Woo Jin punya teman dekat sejak SMA yang menjadi love supporternya, yang mendukung kisah percintaannya dari awal sampai akhir. Temannya adalah pemilik toko kue. Sementara di versi Jepang, Takumi tidak punya teman sama sekali, satu-satunya teman curhatnya adalah dokter yang merawatnya.
Perbedaan keempat, di versi Korea, Woo Jin adalah atlit renang yang cukup menjanjikan. Ia pernah menyelamatkan sang gadis saat hampir tenggelam di kolam renang. Dan karena renang juga-lah ia hampir kehilangan gadis itu. Ia trauma berenang sejak ia hampir tenggelam saat latihan untuk kejuaraan dimana karena itulah dia menderita penyakit sarafnya sekarang. Sementara di versi Jepang, Takumi adalah atlit lari yang juga menjanjikan. Ia pernah dicurangi saat kejuaraan dan karena itu ia latihan terus saat SMA dan saat kuliah ia baru mengertahui efek latihan itu membuat sarafnya terganggu. Penyakit mereka juga ada perbedaan meski sama-sama penyakit saraf, kalau di versi Korea Woo Jin nggak boleh terlalu capek, sementara kalau di versi Jepang, Takumi nggak bisa kalau di tempat yang banyak orang/ramai.
Perbedaan lainnya mungkin dari karakter, kalau karakter anak di versi Korea anaknya lebih pintar dan agak pelawan gitu sementara kalau di versi Jepang anaknya lembut pembawaannya. Karakter sang ibu di versi Korea agak tomboi sedangkan di versi Jepang sama-sama lembut baik sebelum ataupun sesudah ia kembali.
Kisah cinta keduanya awalnya diceritakan dari sudut pandang pemeran utama laki-laki atau sang ayah, sementara kisah cinta dari sudut pandang sang wanita diceritakan diakhir drama ini. Dan ini adalah spoiler utama. Selama ini, sang ayah selalu merasa kalau dia tidak bisa membuat istrinya bahagia karena pada akhirnya setelah mereka menikah dan punya anak, istrinya mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal diusia 28 tahun, masih sangat muda. Ia juga berfikir kalau sejak awal dia lah yang jatuh cinta pertama kali dan bertepuk sebelah tangan. Tapi pada kenyataannya, sang gadis-lah yang jatuh cinta pertama kali padanya. Di versi Jepang dijelaskan kalau sang gadis awalnya mulai tertarik karena sang pria itu awalnya kikuk, ia menggunakan posisinya sebagai ketua kelas agar terus bisa duduk bersebelahan dengan sang pria, diam-diam ia selalu memperhatikan sang pria. Ia bisa saja mengembalikan pena yang ia bawa saat kelulusan, tapi ia tidak mengembalikannya karena berharap mereka bisa bertemu lagi dengan alasan pena itu. Ia mencoba menghubungi pria itu selama 2 tahun tapi nggak bisa melakukannya sampai akhirnya pria itu yang menghubunginya dan mereka bertemu lagi. Pertemuan pertama mereka setelah sekian lama cukup awkward karena pada awalnya mereka memang nggak akrab. Tapi semuanya berakhir dengan baik dan mereka jadian di kencan pertama mereka.
Ini berbeda dengan versi Korea dimana sang gadis tertarik pada pria itu sejak mereka sama-sama melewati gang sempit dari arah berlawanan, tapi pria itu sengaja menutup payungnya agar sang gadis bisa lewat. Sejak itu sang gadis penasaran dengan pria itu dan mencoba membuat momen sendiri, misalnya saat ada latihan dansa ia sengaja salah langkah agar dipasangkan dengan pria itu, tapi berujung sesuatu yang memalukan. Ia juga mencoba menghubungi pria itu dengan alasan pena yang ia bawa saat kelulusan, tapi dia nggak berani melakukannya. Sampai akhirnya pria itu yang menghubunginya duluan, itu pun karena paksaan teman si pria (sebenarnya pria itu melakukan hal yang sama, mencoba menghubungi tapi ujung-ujungnya telpon ditutup karena nggak berani ngomong). Pertemuan pertama mereka setelah sekian lama juga awkward, mau ngajak minum kopi bareng aja susah. Nah, di versi Korea, mereka jadiannya saat kencan kedua, dimana mereka nggak mau pisah dan berdiri di stasiun bus, sang gadis cukup berani memasukkan tangannya ke saku sang pria karena dingin, jadi disitulah momen pegangan tangan dalam saku dan ini sama dengan versi Jepang cuma dilakukan di kencan pertama. Sampai bus terakhir lewat akhirnya sang gadis harus naik dan sang pria berlari mengejar bus karena nggak mau momen mereka berakhir begitu saja, disana ia berjanji menulis surat.
Kencan mereka juga berlanjut ke kencan yang ke-3. Jadi nggak buru-buru kayak versi Jepang yang cuma sekali kencan langsung jadian.
Nah, puncaknya itu saat sang pria tahu penyakitnya apa dan menolak bertemu, meminta putus sepihak hanya melalui surat. Setahun setelah itu si pria ke universitas untuk melihat wajah sang gadis sekali lagi dan ia sennag + sakit hati juga karena sang gadis tampak bahagia bersama pria lain. Sang pria pulang begitu saja tanpa ia tahu kalau sang gadis ternyata melihatnya saat itu. Sang gadis berusaha mengejar sang pria, tapi terjadi sebuah kecelakaan yang menyebabkan sang gadis koma. Nah, saat koma itu-lah sang gadis tiba-tiba ada di sebuah hutan dan ditemukan oleh suami dan anak laki-lakinya,. Yang artinya, sang gadis melompat ke masa depan, 8 tahun kemudian.
Sang gadis awalnya bingung dong dia punya suami dan anak, tapi setelah ia menjalani keseharian bersama suami dan anaknya yang ia tidak kenal, ia jatuh cinta lagi pada sang suami. Lalu saat ia membaca diari itu, ia jadi tahu kalau ia sekarang ada di masa depan dan ia sudah meninggal dunia tahun lalu.
Di versi Jepang, diari itu ada di pandora box rahasia anak laki-laki dan sang ibu yang mereka simpan di dalam hutan. Sementara di versi Korea, diarinya ada di sebuah rumah seperti gudang yang ternyata itu adalah tempat dimana sang ibu melakukan hobinya selama ia masih hidup. Tahu kalau ia akan segera meninggalkan anak dan suaminya saat musim hujan berakhir, ia berusaha mengajari anak laki-lakinya untuk memasak, mencuci baju, membersihkan rumah dan membuat janji kalau anaknya akan menjaga sang ayah. Ada adegan di versi Korea yang nggak ada di versi Jepang. Misalnya saat anak laki-laki mencuci mobil temannya karena temannya bilang kalau ayahnya mencuci mobil maka hujan akan turun, karena anak itu nggak mau musim hujan berhenti. Juga adegan saat anak itu tampil di acara sekolah, anak anak akan maju satu per satu mengatakan impiannya, tapi si anak laki-laki mengatakan kalau ia sudah bisa menggoreng telur, menjemur kain, membersihkan rumah dan ia akan melindungi sang ayah, yang membuat ibunya yang hadir saat itu menangis.
Dan musim hujan pun berakhir, saat perpisahan mereka yang sangat menyedihkan. Di versi Jepang, Sang istri mencoba meyakinkan sang suami kalau ini adalah kehidupan yang ia pilih dan selama ini ia sangat bahagia meski umurnya singkat. Tapi di versi Korea yang ada cuma kata-kata perpisahan ibu dan anak, perpisahan antara istri dan suami nggak ada, mereka cuma saling pandang berlinang air mata. Karena sang suami datang terlambat huhuhuhu.
Setelah sang istri menghilang, ayah dan anak menjalani kehidupan mereka seperti biasa. Sebelum kepergiannya, sang ibu memberikan hadiah terakhirnya pada anak laki-lakinya. Ia ke toko kue di kota dan meminta mereka mengirimkan kue ulang tahun pada anak laki-lakinya selama 12 tahun ke depan, sampai anaknya berusia 18 tahun. Kalau di versi Korea, toko kue itu adalah milik sahabat suaminya. Dan begitulah setiap tahunnya, anak laki-laki itu menerima kue ulang tahun dari ibunya.
Diari milik sang ibu akhirnya dibaca oleh suaminya. Suaminya jadi tahu kalau mereka sama-sama jatuh cinta saat SMA, sama-sama saling tidak bisa melupakan satu sama lain. Juga setelah istrinya sadar dari koma, sang istri sempat ragu mengenai jalan yang ia pilih, tapi bagaimanapun juga ia mencintai suaminya, makanya ia akhirnya memilih bersama suaminya meski ia tahu kalau ia akan meninggal muda. Itu sebabnya sang gadis tiba-tiba muncul dihadapan sang pria, membuang segala miliknya dan memilih pria itu untuk hidup bersamanya.
Jadi intinya nih ya, sang wanita itu melihat masa depannya 8 tahun kemudian. Ia tahu kalau ia menikah dengan pria itu ia akan meninggal saat berusia 28 tahun. Ia sempat ragu, tapi pada akhirnya ia memilih kebahagiaannya sendiri, makanya saat memeluk si pria di versi Korea, ia mengatakan semuanya akan baik-baik saja karena ini sudah ditakdirkan. Mengenai penyakit sang ibu, aku merasa dia itu stress memikirkan kalau ia akan segera meninggal, makanya penyakitnya makin parah, karena di video yang mereka rekam tahun ke tahun, kelihatan kalau sang istri semakin sedih gitu. Mungkin karena tahu dia akan meninggal dunia.
Movie ini bagus banged. Keduanya punya feel yang berbeda meski ceritanya sama. Wajib ditonton dua-duanya. Park Seo Jun dan Gong Hyo Jin menjadi cameo di versi Korea, aku kaget banged. Meski adegan mereka nggak panjang tapi berkesan. Dan kalau bicara mana yang lebih berkesan kisahnya, aku rasa versi Jepang lebih berkesan karena terasa banged lho sedihnya, apalagi anak laki-lakinya itu lucu banged huhuhuhuhu. Kalau versi Korea banyak komedinya, meski nggak sampai ngakak, tapi dibuat lebih fresh gitu. Keduanya sama-sama sedih, apalagi So Ji Sub tuh ya, memang kalau yang sedih-sedih dia juara 😔
0 komentar:
Posting Komentar