The Hows of Us adalah film romantis filipina yang rilis pada tahun 2018. Film ini disutradarai oleh Cathy Gracia-Molina dan dibintangi oleh Kathryn Bernardo dan Daniel Padilla. Film ini merupakan film kedua sang sutradara berkolaborasi dengan pasangan Kathryn dan Daniel yang sebelumnya membintangi film She's Dating the Gangster. Film ini kabarnya memecahkan banyak rekor perfilman di Filipina, termasuk menjadi film terlaris sepanjang masa di Filipina. Film ini menjadi film lokal pertama Filipina dengan pendapatan 600 juta peso yang setara dengan 180 miliar rupiah yang didapatkan hanya dalam 20 hari penayangan. Pendapatannya menjadi 805 juta peso setelah 50 hari rilis. Film ini rilis di 3 negara Asia Tenggara dengan pendapatan 50.000 dolar yang setara dengan 725 miliyar rupiah.
Kathryn Bernardo memenangkan Best Actress dalam The 35th PMPC Star Awards berkat aktingnya dalam The Hows of Us. Filmya sendiri dinobatkan sebagai Phenomenal Box Office Stars yang dipilih langsung oleh Juri 50th Guillermo Box Office Entertainment Awards. Aku kurang update mengenai perfilman Filipina, tapi kayaknya awardnya memang bergengsi disana.
Ini adalah Film Filipina pertama yang aku tonton dan memang sebagus itu sih filmnya, padahal menurutku kisahnya sederhana saja, hanya saja dibungkus dengan menarik. Kisahnya adalah tentang sepasang kekasih yang pernah saling mencintai, putus dan bersatu kembali. Kedengarannya biasa saja sih, plotnya sudah tertebak bahkan dari awal, tapi yang biasa begini memang dibuat semenarik mungkin. Aku suka bagaimana ceweknya nggak langsung luluh begitu saja saat mantan kembali minta balikan lagi, dia punya pendirian sendiri, meski kadang hatinya merindukan masa lalu yang tidak akan pernah bisa ia lupakan.
Film ini tayang di Indonesia pada November 2018, tapi karena saat itu aku nggak tertarik pada film Filipina, jadi aku ya biasa aja. Aku ingat kalau film ini sering muncul di timeline twitter dan karena reviewnya bagus, aku mendownloadnya. Aku ingat download film ini tahun 2019 dan terpendam di HP sampai akhirnya aku tonton pada April 2021. 😂😂😂
Sebenarnya aku tuh masih males aja bawaannya, nggak mood nonton film atau drama, tapi karena puasa bawaannya ngantuk aja kalau di kantor, jadi iseng-iseng lah waktu senggang pas istirahat nonton bareng ini film dan ya memang sebagus itu lho. Kisah yang biasa aja tapi disajikan dengan menarik. Aku suka.
The Hows of Us menceritakan kisah dua tokoh utama Georgina Silva (Kathryn Bernardo) dan Primo Alvarez (Daniel Padilla). Kisah mereka diawali dengan suatu pagi di sebuah rumah panggung, George bangun dan menemukan Primo yang merupakan mantan pacarnya ada di rumahnya. George tentu saja kaget dan kesal, ngapain mantan pacar ada di rumahnya. Tapi Primo mengatakan kalau itu juga adalah rumahnya, jadi wajar donk dia kembali ke rumahnya. George nggak terima akan hal itu karena Primo-lah yang meninggalkannya 2 tahun lalu dan sekarang tiba-tiba kembali ke rumah mereka. Ia berusaha mengusir Primo karena George akan menjual rumah itu. Tahu rumah itu akan dijual, Primo nggak terima, karena bagaimanapun dia nggak mau menjual rumah itu.
Pertengkaran pagi itu berubah ke masa lalu dua tokoh utama 7 tahun lalu, bagaimana mereka berdua bisa bertemu. Jadi, George dan Primo ini bertemu di sebuah acara debatcewek vs cowok yang temanya adalah wanita bisa hidup sendiri tanpa pria. George dan Primo adalah dua orang yang adu pendapat dengan intens saat itu. Setelah itu, keduanya kemudian saling berkenalan dan menjadi dekat. Singkat cerita, Primo ini tertarik pada George sejak pertemuan pertama mereka dan berusaha mendekati George dengan caranya yang memang romantis. Primo adalah pria bebas yang menyukai musik dan punya impian membuat band mereka terkenal, sementara George saat itu masih sekolah dan sedang berjuang untuk masuk sekolah kedokteran.
Primo menarik perhatian George karena Primo adalah tipe pria yang penuh dengan impiannya, punya semangat hidup, apa yang dia inginkan pasti dia berusaha dapatkan, termasuk hati George. Primo nggak cuma mendekati George, tapi berusaha mendekati bibi George, Tita Lola, tempat dimana George tinggal. Nggak cuma itu, Primo juga berhasil mengambil hati ibu George dan adik laki-laki George. Pokoknya Primo ini memang idaman para wanita sih, bagaimana Primo bisa mendekatkan diri ke keluarga itu, duh, manis banged. Dalam sekejap, Primo menjadi favorite keluarga George dan karena itu juga-lah George akhirnya menerima cinta Primo.
Keduanya mulai berpacaran dan menjadi pasangan yang sangat bahagia. Primo masih berusaha meraih impiannya, begitu juga dengan George dimana Primo selalu mendukungnya. Dimasa-masa sulit George, Primo selalu hadir untuk menghibur dirinya. Mungkin yang paling menyentuh bagi George saat itu adalah saat Tita Lola masuk rumah sakit, George nggak bisa hadir di event pertama band Primo dan Primo saat itu rela meninggal event itu demi menemui George yang ada di rumah sakit. Gimana nggak luluh coba gaesssss.
Singkat cerita, penyakit Tita Lola semakin parah dan ia meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia, ia menyerahkan rumah panggung miliknya pada George dan Primo karena ia yakin keduanya akan menjaga rumahnya dengan baik. Jadi, rumah panggung itu memang milik mereka berdua. Mereka mulai merenovasi rumah menjadi rumah impian mereka. Membeli sofa baru, meletakkannya di depan TV, lalu mulai membayangkan itu akan menjadi rumah mereka sampai mereka tua, membayangkan kehidupan mereka selalu bersama, pokoknya impian-impian mereka sebagai pasangan deh. Sampai mereka punya anak juga mereka udah punya angan-angan nanti akan begini gitu.
Semuanya berjalan lancar sampai tahun ke-5 tahun hubungan mereka. Masalah demi masalah mulai tidak tersimpan di hati lagi. Selama 5 tahun itu, Primo masih sibuk dengan impiannya untuk menjadi band terkenal. Saat salah satu anggotanya memutuskan kekuar band karena harus mencari pekerjaan lain demi anaknya yang baru lahir, Primo marah. Primo menolak tampil di event yang tidak ia sukai, ia juga menolak menyanyikan lagu request dari penonton, ia menolak menyanyikan lagu bahasa inggris dan lain-lain. Karena itu Primo nggak bertahan bekerja di cafe-cafe. Dia sering membuat owner marah dan Primo juga emosinya meledak-ledak.
Yang selama ini menanggung biaya hidup mereka berdua adalah George yang kuliah kedokteran + bekerja sambilan siang dan malam. Gaji George nggak seberapa tapi ia berusaha mati-matian demi mempertahankan kehidupan mereka berdua. Primo sama sekali nggak bekerja, dia taunya makan minum, ngamuk-ngamuk, mabuk, pulang malam dan lain-lain. Nggak cuma mengurus kehidupan primer Primo, George juga harus mengurus kerusakan yang disebabkan oleh Primo, misalnya dia lagi kesal, mabuk-mabuk, trus memporak-porandakan cafe, George lah yang membayar biaya kerusakannya. Puncaknya adalah hari dimana George akan tes ujian kedokteran, Primo mabuk disebuah cafe dan George harus datang ke sana untuk menjemput Primo sekaligus membayar biaya kerusakan. Temannya udah nelpon-nelpon karena sebentar lagi ujian akan dimulai sementara Primo nggak bisa jalan saking mabuknya. George membuat keputusan sekali ini saja meninggalkan Primo di jalan dan dia naik angkutan umum ke tempat tes, tapi ujung-ujungnya dia nggak tega melihat Primo di jalan sendirian dan akhirnya dia nggak jadi tes kedokteran.
Aku rasa George sudah sampai di titik kesabaran terakhirnya saat akhirnya dia mengeluarnya semua unek-uneknya. Hari itu adalah ulang tahunnya, dia kembali ke rumahnya yang gelap karena PLN sudah mematikan listrik mereka. Kue ulang tahunnya hanya bekas-bekas gitu karena nggak ada uang beli kue ulang tahun. Primo tidak ada di rumah, ia datang saat tengah malam membelikan hadiah untuk George, kayaknya sih piringan musik klasik gitu. George saking marahnya diam saja, dia sama sekali nggak bicara tapi pada akhirnya dia mengamuk pada Primo karena dia sudah tidak tahan lagi. Dia sangat lelah dengan kehidupan mereka selama ini, ia menunggu dan menunggu semuanya membaik tapi ternyata semuanya semakin parah. Primo bahkan nggak punya uang membelikannya kue ulang tahun tapi punya uang membeli piringan yang menurutnya nggak berguna, George kesal sekali. George menangis sedih mengatakan apa yang selama ini ia pendam. Primo sempat bertanya apakah George benar-benar lelah dan apakah George ingin dia pergi. George membenarkan hal itu. Primo akhirnya meninggalkan rumah mereka. Tapi nggak lama kemudian George malah mencari Primo lagi, tapi dia sudah tidak ada.
Begitulah hubungan yang mereka bangun 5 tahun berakhir.
2 tahun kemudian, tanpa ada peringatan, Primo tiba-tiba muncul kembali di rumah itu. Primo masih punya kuncinya makanya dia bisa masuk dengan mudah. Ia minta balikan pada George, tentu saja George sama sekali tidak mau. Ia bahkan kukuh tetap akan menjual rumah mereka tapi Primo tidak setuju. Bagaimanapun 50% dari rumah itu adalah miliknya jadi dia nggak setuju. George nggak peduli dia nggak setuju, karena dia tetap akan menjual rumah itu.
Teman-teman George kahwatir George akan balikan lagi dengan Primo. Terutama temannya yang sekarang sudah menjadi dokter, ia paling nggak suka sama Primo yang sudah merebut semua masa depan cerah George. Tapi George meyakinkan mereka kalau dia nggak akan tergoda. Karena Primo menolak meninggalkan rumah, George berusaha membuat Primo nggak betah di rumah. Dia membuat garis-garis batas dimana Primo nggak boleh melewati batas itu saat mereka di rumah. George bahkan menggunakan keseksiannya untuk membuat Primo tergoda agar dia mendapatkan kulkas dan tempat air minum.
Primo juga nggak menyerah mendapatkan hati George kembali dengan trik-triknya untuk membuat George ingat kenangan-kenangan indah saat mereka bersama dulu. Ya, kalau cewek ini ya gitu, kenangan adalah hal yang membunuh hati mereka. Primo memang pandai banged membujuk hati George sehingga hati George perlahan-lahan mulai tergerak lagi. Aku awalnya kesal saat George menunjukkan dia mulai suka sama Primo lagi, mengingat bagaimana menderitanya George dulu saat Primo jadi benalu di hidupnya. Tapi untungnya George bukan cewek yang semudah itu kembali pada mantan. Memang sih, kenangan mereka terlalu manis untuk dilupakan dan hatinya memang sedikit tergerak, tapi logikanya berpikir saat itu, bahwa dia nggak boleh kembali pada Primo. George mengakui kalau hatinya tergerak, tapi dia masih kesal kenapa dulu Primo meninggalkannya begitu saja. Selama 5 tahun ini ia cuma mengeluh sekali pada Primo bahwa ia lelah, tapi Primo langsung meninggalkannya. Padalah saat itu George sebenarnya hanya mengeluarkan unek-uneknya saja, dia nggak pengen Primo meninggalkannya, dia ingin Primo tetap disisinya, tapi Primo malah meninggalkannya tanpa berusaha meyakinkannya. Itu sebenarnya yang membuat George marah pada Primo. Dan sekarang setelah 2 tahun tanpa kabar, tiba-tiba minta balikan lagi? wew.
Kalau aku sih ya, ya gimana, cowok tu nggak akan peka sama yang begituan, jadi aku juga nggak menyalahkan Primo yang pergi meninggalkan George malam itu, karena Primo kan sayang juga sama George, mungkin dia juga merasa kalau dia tetap sama George, George akan semakin menderita. Makanya dia memutuskan untuk pergi malam itu.
Malam itu George meninggalkan rumah dan menginap di tempat temannya. Sebelumnya ia memohon pada Primo untuk meninggalkan rumahnya begitu hujan berhenti = besok paginya. Jadi saat George kembali ke rumah pagi itu, Primo memang sudah tidak ada disana lagi. Tapi ternyata plot twist, Primo belum pergi, melainkan ia ke rumah ibu George karena semalam adik George, Yohan, penyakitnya kambuh. Ibu menelpon nomor George tapi George nggak membawa telponnya. Yang mengangkat adalah Primo, makanya Primo yang kesana. Adik George ternyata punya penyakit mata dimana lama-lama matanya akan mengalami kebutaan. Itu karena efek insulin. Kayaknya sih adiknya ada penyakit diabetes gitu, trus karena keseringan pake insulin, efeknya kena ke mata. Malam itu saat adik George membuka mata, semuanya hitam, makanya ia panik banged dan terus menangis, karena itu ibu menelpon George, karena adiknya sayang banged sama George.
Disitu juga akhirnya kita tahu kenapa George kukuh banged menjual rumah itu. Itu adalah untuk biaya berobat adiknya + keinginan adiknya untuk pergi ke Amsterdam. Ibu selalu mengatakan pada George dan Yohan kalau ayah mereka sudah meninggal dunia. Tapi ayah mereka sebenarnya masih hidup dan tinggal di Amsterdam. Dulu ayah meninggalkan sang ibu, makanya ibu menganggap ayah mereka sudah mati. Karena itu sebelum Yohan kehilangan seluruh penglihatannya, ia ingin sekali saja melihat wajah sang ayah. Mengetahui kalau itu adalah alasan George menjual rumah, Primo akhirnya setuju untuk menjual rumah itu. Primo bahkan mencarikan pembeli dan mencoba menjual rumah itu dengan baik, seperti berbohong mengatakan kelebihan-kelebihan rumah itu. Sampai ada seorang wanita tua yang kaya datang melihat rumah itu mulai menanyakan banyak hal, Primo akhirnya jujur mengatakan kalau rumah mereka nggak ada asuransinya, nggak pernah ada pengecekan bangunan dll. Nenek itu setuju membeli rumah mereka.
Dengan uang muka dari sang nenek, George, Yohan dan Primo berangkat ke Amsterdam mencari ayah George. Dengan bantuan Darwin, teman Primo, mereka berhasil menemukan lokasi sang ayah yang ternyata sudah punya keluarga baru di Amsterdam. Sang ayah juga sudah meninggal dunia, kecelakaan bersama puterinya. Dari istri ayahnya, George dan Yohan tahu kalau sang ayah sering menceritakan mereka pada keluarga barunya dan pernah berencana ke Filipina untuk memperkenalkan anak-anak mereka.
Yohan sangat menyukai Primo untuk menjadi kakak iparnya. Ia dan Darwin menciptakan kesempatan pada keduanya untuk menikmati kota Amsterdam. Saat masih pacaran dulu, Primo dan George pernah bercita-cita ingin ke Amsterdam melihat lautan tulip. Sayangnya saat mereka datang itu, bukan musim tulip, jadi nggak ada bunga tulip. Yang ada adalah bunga-bunga cantik tapi kayak semak-semak. Tapi bagus banged lho sunsetnya. Disana keduanya menyampaikan isi hati satu sama lain. Betapa Primo masih mencintai George tapi ia tahu kalau mereka nggak akan bisa bersatu lagi. George sebenarnya sudah tahu alasan kenapa Primo tidak kembali selama 2 tahun, ia tahu dari cerita Darwin. Setelah Primo dan George putus, Primo kembali kepada keluarganya di Italia. Saat itu sang ayah sakit parah dan selama 2 tahun itu Primo mengurus keluarganya. Ia kerja serabutan demi menghidupi keluarganya. George merasa kalau itu adalah hikmah mereka berpisah dimana Primo bisa kembali kepada keluarganya.
Kembali ke Filipina, nenek akan pindah ke rumah baru, jadi George dan Primo menjual barang-barang mereka,lelang murah gitu deh. Setiap barang yang ada di rumah itu penuh dengan kenangan-kenangan mereka berdua. Satu per satu kenangan diperlihatkan bersamaan dengan barang yang ada di rumah itu.
Lalu, benda yang memisahkan mereka muncul kembali, piringan yang dulu dipecahkan/dihancurkan oleh George tanpa melihat isinya. Benda itu selama ini tersimpan di bawah kulkas. George melihat isinya dan ternyata isinya itu bukan piringan melainkan surat dari Primo. Permintaan maafnya pada George karena selama ini ia hanya bisa menyusahkan George, ia tahu ia membuat George lelah tapi ia memohon agar George tidak menyerah akan dirinya, akan cinta mereka berdua. George menangis saat membaca surat lama itu yang akhirnya tersampaikan setelah 2 tahun. Hati George langsung luluh dan memeluk Primo karena ia tahu perasaan Primo yang sebenarnya tidak ingin menyerah akan dirinya.
Dan begitulah akhir dari kisah movie The Hows of Us. Kisah cinta mereka yang akhirnya dipersatukan kembali setelah melewati berbagai rintangan. Devinisi kalau jodoh nggak akan kemana, berpisah gimana pun, sesakit apapun, kalau udah jodoh pasti selalu ada jalan untuk bersatu kembali. 😭
Seperti yang aku bilang diatas, movie ini temanya sederhana, mantan yang pengen balikan lagi, tapi penyajiannya menarik. Akting George bangus banged sumpah. Kalau Primo sih biasa aja menurutku, tapi kalau Kathryn, aduh, mantap. Aku bisa masuk dalam perasaannya saat ia mencurahkan semuanya. Aku juga suka bagaimana dia adalah wanita yang berpendirian, dia nggak semudah itu jatuh pada godaan mantan atau kerinduan akan kenangan masa lalu mereka yang indah. Dia punya pendirian kalau putus ya putus, meski masih sayang, sesuatu yang berakhir ya berakhir gitu. Meskipun pada akhirnya ya akhirnya mereka bersatu lagi, meski nggak secepat itu.
George ini dimata temannya bucin banged mau membiayai Primo yang jadi benalu dalam hidupnya, tapi George melakukannya ya karena dia masih cinta, masih sayang. Kesal banged sih dengan Primo yang nggak mau kerja, apakah nggak bisa kerja sambil menggapai impian?
Kalau kata temanku sih cowok tu memang gitu, apalagi tipe kayak Primo, kalau fokus sama sesuatu ya dia maunya ituuuuuuuu aja. Tapi itu untung ada yang mau ngasih makan lho, kalau nggak ya gimana?
Makanya saat George kehilangan kesabaran, aku tuh lega banged dia akhirnya mengatakan isi hatinya bahwa ia lelah. Dan cowok ini juga nggak peka saat wanita mengatakan hal begitu tuh jangan langsung pergi, tapi cobalah bertahan disisinya. 😓
Meksi aku nggak nyalahin Primo juga sih, lega malahan dia pergi wkwkkkwkwkw.
Ini pertama kalinya aku menonton film Filipina dan ternyata menarik juga ya, aku suka settingnya rumah panggung gitu. Meski aku ketawa banged karena bahasanya yang campur aduk. Mungkin di Filipina memang gitu ya, apalagi anak mudanya, bahasanya campur antara inggris dan bahasa Filipina. Karena baru pertama rasanya aneh aja. Selama ini nggak tertarik sama film Filipina sih, tapi setelah ini sepertinya menarik juga nih kalau ada yang sebagus ini film romancenya. atau aku menikmatinya karena memang film ini tu box office? 😄
Aku sangat merekomendasikan film ini bagi yang belum menontonnya, dijamin akan suka. Nggak ada orang ketiga di film ini, memang fokus sama pasangan utama saja dan masalah-masalah mereka. Jadi nggak usah galau nanti kena second lead syndrom. Kalau misalnya ada orang ketiga bahaya juga sih, misalnya ada cowok yang disamping George selama Primo nggak ada. Kan nggak enak juga kembali ke mantan dan menyakiti yang selalu ada. Untungnya di movie ini aman gaessssss.
0 komentar:
Posting Komentar