"The worlds never changes to suit you. It's always out of reach. It's very cruel. Only We change."
Aku sudah lama ingin menonton movie ini karena banyak yang bilang movienya bagus. Tapi karena judulnya menurutku agak aneh + tema movienya tentang kanker terasa nggak menarik, jadi aku ragu-ragu menontonnya. Aku memang sering begini, banyak download movie tapi nontonnya kapan-kapan ada mood lol.
Pieta in the Toilet adalah movie yang tayang pada musim panas 2015 yang disutradarai oleh Matsunaga Daishi (Uta Monogatari) seorang sutradara film dokumenter. Pieta in the Toilet ini adalah movie pertamanya. Dia juga merangkap sebagai penulis naskah movie ini yang terinspirasi dari diari manga-ka Tezuka Osamu.
Movie berdurasi 120 menit ini dibintangi oleh Noda Yojiro, anggota dari band J-rock RADWIMPS (OST Anime Movie Your Name). Ini adalah debut aktingnya dan dia menunjukkan akting yang menurutku sangat bagus dalam movie ini. Supporting cast movie ini antara lain Sugisaki Hana (Her Love Boils Bathwater, Blade of the Immortal, Hana Nochi Hare), Lily Franky (Like Father Like Son, After the Strom, Blank 13), Ichikawa Saya, Miazawa Rie (Her Love Boils Bathwater, Too Young to Die, Pale Moon), Satoh Takeru (Hanbun Aoi, Rurouni Kenshin, Tenno no Ryoriban) dan lain sebagainya.
Ya, ini movie memang lebih pada slice-of-life dari seseorang yang didiagnosis menderita kanker dan hidupnya tinggal beberapa bulan lagi. Ia kemudian bertemu dengan seorang gadis SMA dan keduanya menjadi dekat karena sesuatu hal, tapi mereka nggak bisa dibilang berteman sih, saling membenci juga enggak, cuma mereka saling mengerti kehadiran masing-masing.
Sebagai penderita kanker, sang tokoh utama juga nggak dibuat frustasi, dia tipe yang sabar dan menerima segalanya, dia tidak menunjukkan isi hatinya pada siapapun dan terlihat cukup tenang. Tapi tentu saja ada gejolak dalam jiwanya.
Dalam movie ini diperlihatkan pertemuan demi pertemuan sang tokoh utama dengan mantan kekasihnya, rekan kerjanya, orang tuanya, orang yang tidak ia kenal yang mengisi masa-masa terakhir hidupnya.
Karena ini movie tentang kanker, awalnya aku pikir aku akan menangis terisak saat adegan puncak, dimana dalam bayangan aku adalah adegan kematiannya atau masa-masa kemo atau sebagainya. Ya, aku memang menangis saat adegan puncak tapi berbeda jauh dari bayangan awalku. Yang membuat aku menangis adalah akting Sugisaki Hana yang bagus banged, aduh, SugiHana kayaknya memang cocok dapat peran seperti karakternya dalam movie ini, seorang anak SMA yang punya masalahnya sendiri, ia bersikap keras dan nggak mau kalah, ia juga bukan anak baik tapi juga seorang anak yang baik. Well, sesuatu seperti itu deh HAHAHAHAHA.
Karakter Hana menurutku cukup unik dalam drama ini, aku suka bagaimana dia tidak mengasihani sang tokoh utama, malah justru menggodanya. Keduanya adalah orang asing yang bertemu secara tidak sengaja dan kemudian menjadi dekat tapi dekatnya itu dalam artian berbeda. Tentu saja pada akhirnya mereka saling mengisi hati masing-masing.
Selain itu OST adalah yang membuat movie ini mendapat bonus dihatiku. Musik yang ditampilkan dalam drama ini bagus banged. Sejak awal sampai akhir, selalu ada musik, jadi benar-benar membuat kita meresapi adegannya. Cinematography-nya juga bagus dan aku suka pergerakan kameranya. Ini movie pokoknya indah tapi juga sedih.
Sebenarnya ending movienya sudah tertebak sejak awal sih, tapi aku masih menaruh sedikit harapan, sedikiiiiiiiit sampai detik terakhir drama ini, sayangnya kenyataan memang begitu ya. Dunia ini tidak akan bergerak sesuai dengan kemauan kita, manusia tidak akan mati semudah itu.
SINOPSIS
-spoiler alert!-
Suatu hari, ia pingsan ditempat kerjanya dan saat ia memeriksakan diri ke rumah sakit, pihak rumah sakit ingin ia membawa keluarganya saat hasil pemeriksaan keluar.
Saat bekerja, Sonoda bertemu dengan mantan pacarnya saat di universitas dulu. Satsuki (Ichikawa Saya) yang sekarang sudah menjadi pelukis cukup ternama sampai mengadakan pameran lukisan. Ia ingin Sonoda datang ke pameran itu. Aku merasa pacar Sonoda ini ingin pamer gitu sama Sonoda karena ia bisa sukses sementara Sonoda yang lebih berbakat darinya justru tidak lanjut melukis. Tapi saat Sonoda datang kesana, Satsuki tidak ada disana.
Karena dokter memintanya membawa keluarga, Sonoda sudah merasa ada yang salah jadi ia menelpon Satsuki untuk meminta Satsuki berperan sebagai adiknya dihadapan dokter. Awalnya sih Satsuki datang, tapi kemudian keduanya bertengkar karena sesuatu dan Satsuki meninggalkannya.
Saat itu ada yang bertengkar di lobi rumah sakit, seorang gadis SMA yang meminta bayaran pada seorang pria yang merusak roknya. Sonoda awalnya sih cuek aja, tapi sang gadis tersinggung karena Sonoda menatapnya. Sonoda kemudian memberikan uang pada gadis itu untuk bayaran rok yang rusak dan meminta gadis itu mengikutinya. Gadis itu adalah Mai (Sugisaki Hana) yang mengikuti Sonoda karena Sonoda hanya memberinya uang 1000 yen padahal ia minta 10.000 yen.
Sonoda mengatakan ia akan membayar sisanya nanti, ia ingin MAi berperan sebagai adiknya saat bertemu dokter. Mai awalnya curiga dan meminta nomor ponsel Sonoda untuk jaga-jaga.
Saat keduanya menuju tempat parkir, Mai bahkan mencari tahu mengenai penyakit itu dan mengatakan pada Sonoda kalau belum ada yang menemukan obat kanker tersebut. Sonoda wajahnya biasa aja dan Mai kemudian mengajak Sonoda untuk mati bersama. Awalnya Sonoda terkejut tapi kemudian adegan beralih saat Ia mengendarai sepeda motornya dan Mai ada dibelakangnya. Tapi pada akhirnya ia menyuruh Mai turun dan pulang ke rumah, sementara ia pergi ke bar dan menghabiskan malam disana sampai pagi.
Keesokan harinya, ia pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Saat ia sadar, orang tuanya sudah ada disampingnya. Ayahnya mengeluh mengenai cara hidup puteranya, padahal anaknya lulusan sekolah seni. Sonoda tidak suka akan hal itu dan mengatakan kalau ia tak merepotkan orang lain, jadi ia ingin orang tuanya membiarkannya.
Sonoda kemudian menjalani rawat inap di rumah sakit dan ia berkenalan dengan pria disamping tempat tidurnya, Yokota-san, saat Yokota minta sisa makanan Sonoda yang tidak habis ia makan. Yokota memperkenalkan pada anak-anak penderita kanker lain, salah satunya adalah Takuto.
Efek dari kemo sudah mulai terasa dimana Sonoda mulai muntah-muntah di toilet. Ia memutuskan keluar dari rumah sakit, tapi di rumahnya ia juga muntah-muntah. Ia juga ingin bekerja lagi tapi ia tak banyak membantu karena ketua tahu dia sakit, saat ia menawarkan untuk bekerja lembur juga tidak diperbolehkan oleh ketua. Sonoda merasa tak ada lagi yang bisa ia lakukan dan malam itu ia menghabiskan waktu membersihkan kaca ditoko-toko dijalanan, meski akhirnya ia dimarahi salah satu pemilik toko dan sempat bertengkar dengannya.
Pada akhirnya Sonoda kembali ke rumah sakit. Yokota tahu kalau Sonoda bosan jadi ia mengajak Sonoda ke ruang anak-anak dan melihat apa yang mereka lakukan disana, meski Yokota menikmati tujuan utamanya kesana sih HAHAHAHAHA.
Sonoda jadi merasa bersalah dan keesokan harinya ia menelpon Mai, meminta Mai membelikan buku dan pensil. Mai sebenarnya kesal disuruh-suruh tapi dia tetap datang karena dia dibayar. Mai juga mencoba merasakan masakan rumah sakit yang benar-benar nggak enak dan dalam kesempatan itu ia tahu kalau Sonoda diam-diam menatapnya dan mencoba menggoda Sonoda. Yokota yang diam-diam mendengarkan dari balik tirai, setelah Mai pergi menuduh kalau Sonoda tapi mencium Mai karena Mai keluar sambil memegang bibirnya HAHAHAHHAHAA.
Malam itu, Sonoda menghabiskan waktu menggambar karakter super hero yang diberikan oleh Takuto padanya dan keesokan harinya, ia memberikan pada Takuto, disana ia bertemu dengan ibu Takuto.
Mai mempunyai kehidupan yang cukup sulit baginya. Ia tinggal bersama neneknya yang punya suatu penyakit dan ibunya yang bekerja untuk membiayai mereka. Di rumah ia melakukan pekerjaan rumah dan ibunya selalu mengeluh mengenai masakannya. Mai juga mencoba merawat neneknya dengan sabar. Mai tidak punya teman disekolah dan suatu hari saat pelajaran olah raga dia terus berlari dan berlari sampai ia hampir kehabisan nafas.
Ia kemudian bolos sekolah dan menemui Sonoda, ia meminta Sonoda ikut dengannya. Mereka berdua pergi ke penjual ikan hias dan Mai membeli banyak sekali ikan. Mai merahasiakan kemana mereka akan pergi dan dalam perjalanan mereka bertemu dengan mantan pacar Sonoda dan seseorang yang mengejek Sonoda sebagai seniman berbakat yang ia benci karena menyimpan lukisannya untuk dirinya sendiri. Sonoda diam saja, tapi Mai tidak suka akan hal itu dan membalas si pria. Aku rasa disana Sonoda cukup lega karena Mai membalas untuknya.
Keduanya tiba ditempat tujuan, mereka mengendap-endap ke sebuah kolam renang sekolah dan Mai melepaskan disana. Ia berenang di kolam itu sementara Sonoda hanya melihat dari luar pagar saja.
Takuto menyukai Sonoda dan mengajaknya ikut berdoa bersama ibunya, karena Takuto akan melakukan operasi besok. Disana Sonoda melihat sebuah pieta dan ibu Takuto bertanya-tanya bagaimana bisa seorang ibu menunjukkan wajah seperti itu sambil memeluk anaknya yang meninggal.
Dalam perjalanan pulang, Sonoda melihat Mai yang mengayuh sepedanya dengan sangat cepat karena seorang anak laki-laki mengejarnya dengan sepeda. Anak itu adalah anggota klub renang yang kolam renangnya dimasukkan ikan oleh Mai dan dia tahu Mai pelakunya karena melihat Mai mengintip saat anggota klub membersihkan kolam renang.
Sonoda terus menatap Mai yang berusaha sekuat tenaga dan ia menunjukkan sedikit senyuman diwajahnya. Aku rasa itu pertama kalinya ia menunjukkan keinginannya untuk hidup dan menjalani operasi dengan baik, karena ia juga ada operasi besok.
Operasi Sonoda berhasil dan ia dengar kalau Takuto juga sudah keluar drai rumah sakit. Sonoda senang karena itu artinya operasi Takuto berhasil. Tapi ia terkejut saat sang ibu datang ke kamarnya dan mengatakan yang sebenarnya. Sonoda tidak menunjukkan banyak ekspresi, ekspresinya selalu datar tapi aku bisa merasakan isi hatinya.
Mood Sonoda sedang tidak baik saat Mai datang mengajaknya makan diluar tapi Sonoda menolak. Keduanya sempat adu mulut karena Sonoda menolak permintaan kecilnya.
Dokter memberitahukan kondisi Sonoda dan memberikan 2 pilihan padanya, untuk tetap kemo atau menjalani rawat jalan dirumah, karena melakukan keduanya sel kanker juga akan tetap menyebar.
Sonoda kemudian terlihat pulang ke kampung halamannya setelah sekian lama tidak kembali. Disana ia mengetahui perasaan sang ayah padanya, kalau ayahnya adalah fans dari lukisannya dan selalu berharap anaknya melakukan hal yang terbaik sebagai seniman, makanya ia kecewa saat Sonoda berhenti melukis.
Sonoda selalu menanggapi sesuatu dengan ekspresi datar, tapi untuk pertama kalinya ia menangis setelah mengetahui penyakitnya, tentu saja ia menangis sendirian.
Saat kembali ke Tokyo, Sonoda mengajak Mai bertemu untuk mengucapkan selamat tinggal. Mai mengajak Sonoda ke kolam renang waktu itu dan mereka berenang bersama-sama. Disana untuk pertama kalinya aku mengetahui kalau selama ini Mai mencoba untuk mati. Alasan kenapa ia lari sekuat tenaga dan mengayuh sepeda sekuat tenaga adalah agar ia kehabisan nafas, tentu saja saat itu ia kesulitan bernafas, sangat menyakitkan, tapi pada akhirnya ia tidak mati. Mai mengatakan pada Sonoda kalau manusia tidak akan mati dengan mudah.
Aku sangat menyukai adegan di kolam renang saat Mai dan Sonoda bertengkar lagi, yang intinya Mai selama ini mencoba untuk mati tapi ia tak bisa mati, sementara SOnoda tidak bisa memilih antara mati dan hidup, karena pada akhirnya Sonoda akan mati karena penyakitnya. Tapi ia ingin Sonoda memilih untuk hidup, seperti yang ia lakukan.
Malam itu adalah malam pertama dan terakhir bagi mereka berdua, adegan saat mereka bersepeda benar-benar menusuk hatiku.
Sonoda kemudian menyampaikan keputusannya pada dokter bahwa ia memilih untuk menghabiskan waktunya di rumah. Awalnya dokter berfikir kalau Sonoda akan kembali ke kampung halamannya, tapi ternyata Sonoda memilih rumahnya yang di Tokyo.
Sonoda kemudian meminta bantuan pada Yokota karena ia akan melakukan sesuatu, yang merupakan petunjuk kenapa judul movie ini ada toiletnya.
Sonoda menghabiskan hari demi hari dengan melukis di rumahnya, ditemani oleh Yokota yang membantu dan kadang merekamnya yang sedang melukis. Lukisan awalnya abstrak nggak berbentuk, jadi aku perasaran akan menjadi apa hasilnya. Meski aku sudah bisa menebak itu akan menjadi lukisan apa, aku tetap sangat kagum saat lukisannya jadi dan diperlihatkan saat Sonoda duduk diantara lukisan tersebut. Diiringi dengan musik yang menyayat hati, adegan itu adalah adegan terbaik dalam movie ini. Aku nggak akan spoiler gambar lukisannya, aku yakin yang belum nonton udah tahu kira-kira apa, tapi aku juga yakin kalian akan tetap terkejut melihatnya.
Sonoda berbakat dalam melukis, tapi ia selalu melukis untuk dirinya sendiri, ia tidak ingin memperlihatkan lukisannya pada orang lain (mengadakan pameran atau semacamnya).
Lukisan terakhir Sonoda adalah sebuah lukisan yang tidak akan bisa dipindahkan dan akan tetap terlukis disana. Adegan saat Mai melihat lukisan itu benar-benar sangat menyayat hati. Mai tentu saja merasa lukisan itu tidka ada gunanya karena Sonoda tidak ada disana.
Mai juga melihat video rekaman Yokota selama ini, termasuk saat Sonoda dalam proses menyelesaikan lukisannya.
Sonoda merasa kalau ia hidup saat ia melukis dan Mai juga akhirnya merasa ia masih hidup saat ia terus melangkahkan kaki berjalan dan berjalan tanpa henti, tanpa lelah dalam tangisannya.
Mai tidak bisa dibilang anak yang baik, tapi aku juga nggak bisa bilang dia anak yang jahat. Mai merasa hidupnya nggak ada gunanya karena ia selalu mendapat keluhan dari sang ibu, merawat neneknya yang sakit, taoi ia tetap ke sekolah meski tak punya teman, melakukan sesuatu untuk mendapatkan uang jajannya.
Aku rasa Sonoda adalah satu-satunya teman yang bisa ia ajak bicara, meski teman disini bukan teman curhat, tapi setidaknya ia punya seseorang yang bisa ia ajak melakukan sesuatu.
Hubungan keduanya nggak bisa dibilang dekat sih, tapi saat salah satu menghilang, mereka baru merasakan kehilangan itu.
Mai dan Sonoda sebenarnya saling menyukai, tapi dalam movie ini tidak terlalu diperlihatkan perasaan cinta mereka. Tapi adegan di kolam renang adalah sebuah konfirmasi dari Mai kalau ia menyukai Sonoda dan ingin Sonoda tetap hidup. Sonoda sendiri tahu meski ia memilih hidup dia akan tetap mati, jadi ia menunjukkan dengan lukisan terakhir yang ia buat, sebuah lukisan yang mengkonfirmasi perasaannya pada Mai. Aku rasa lukisan itu juga pesan dari Sonoda agar Mai merelakannya.
Aku sebenarnya membayangkan apa yang akan terjadi kalau Sonoda tetap hidup dan tinggal bersama Mai, mungkinkah keduanya akan bahagia?
Tapi kebahagiaan itu bagi Sonoda sepertinya sudah cukup dengan pertemuannya dan Mai.
Aku cukup kaget karena di asianwiki nggak ada nama Takeru Satoh di jejeran cast, makanya pas nonton movie ini aku kaget kok ada Takeru AHHAHAHAHA. Meski scenenya dikit, tapi lumayan sih menurutku.
0 komentar:
Posting Komentar