Sebenarnya, aku pikir ini movie yang sama dan prequel dari What A Wonderful Family karena cast-nya sama, tapi ternyata berbeda movie.
Dan lagi, sebelum menonton movie ini, aku sudah menonton What A Wonderful Family terlebih dahulu, jadi sebenarnya aku agak aneh saat masuk ke movie ini.
Karena cast-nya sama, jalan cerita berbeda dan karakter mereka juga berbeda dari WAWF. Selain itu, WAWF genrenya ada komedinya sementara Tokyo Family ini bisa aku bilang drama keluarga jadi terasa banged sedihnya.
Tokyo Family / Tokyo Kazoku adalah sebuah movie yang tayang pada tahun 2013 yang diremake dari sebuah film tahun 1953 berjudul Tokyo Story oleh Yasujiro Ozu.
Movie bergenre Family Drama ini disutradarai oleh Yoji Yamada (What A Wonderful Family, The Twilight Samurai, Memories of My Son, The Little House) dan naskahnya ditulis bersama Emiko Hiramatsu (The Little House, Tokyo Family Love and Horor).
Movie berdurasi 146 menit ini dibintangi oleh Isao Hashizume (After The Storm, The Little House, What A Wonderful Family), Kazuko Yoshiyuki (What A Wonderful Family, The Little House, Departures), Masahiko Nishimura (Tokyo Family, Clover, Crossroads), Yui Natsukawa (64, The Little House, What A Wonderful Family), Shozo Hayashiya (Tokyo Family, Ume-chan, The Little House), Tomoko Nakajima (What A Wonderful Family, The Taste of Tea, The Little House), Satoshi Tsumabuki (The Little House, What A Wonderful Family, Wakamonotachi), Aoi Yu (What A Wonderful Family, One Million Yen Girl, Wakamonotachi) dan para cast lainnya.
Tokohnya memang lumayan banyak dan perannya penting-penting disini.
Aku belum pernah menonton Tokyo Story, tapi katanya itu movie dulu populer banged dan remake 2013 ini banyak yang puas karena mereka menggambarkan sangat baik original story-nya.
Aku sendiri menonton movie ini agak cemas, karena seperti yang aku katakan diatas, aku nonton What A Wonderful Family duluan yang bikin ngakak, nonton movie ini jadi deg degan banged, ditambah disini anak-anak sang tokoh utama nyebelin semuanya, seolah nggak sayang pada orang tua mereka, beda dengan WAWF LOL
Tapi overall movienya bagus bangeeeeeed. Suka endingnya, terasa realistis.
SINOPSIS
Mereka punya 3 orang anak yang semuanya bekerja di Tokyo. Anak pertama adalah Koichi Hirayama (Masahiko Nishimura), seorang dokter yang menikah dengan Fumiko Hirayama (Yui Natsukawa) yang menjadi ibu rumah tangga sibuk dengan 2 anak laki-laki mereka yang duduk di bangku SMP dan SD, Makoto dan Isamu.
Anak kedua mereka adalah Shigeko Kanai (Tomoko Nakajima) yang membuka salon di rumahnya, suaminya bekerja kantoran bernama Kurazo Kanai (Shozo Hayashiya), mereka berdua belum punya anak.
Sementara itu anak ketiga mereka adalah Shoji Hirayama (Satoshi TSumabuki) yang menjadi kekhawatiran keluarga karena ia belum punya pekerjaan tetap dan hobinya sangat aneh, ia bahkan baru membeli sebuah mobil antik italia.
Dihari kedatangan Ayah dan ibu, Fumiko sebagai menantu anak tertua sangat sibuk di rumahnya untuk beres-beres saat Shigeko tiba di rumah. Shigeko meminta Shoji menjemput ayah dan ibu mereka tapi belum ada kabar, harusnya mereka sudah tiba di stasiun. Ternyata terjadi masalah karena Shoji menjemput di stasiun yang salah dan butuh waktu lama untuk ke stasiun dimana ayah dan ibu turun, jadi ayah tidak sabar dan memutuskan untuk naik taksi saja ke rumah anaknya. Meski Shigeko khawatir karena takut orang tuanya tidak tahu jalan.
Pada akhirnya ayah dan ibu tiba di rumah dengan selamat, meski harus membayar mahal ongkos taksi dan malam itu keluarga pesta makan daging 1 keluarga. Mereka sudah lama tidak berkumpul bersama-sama seperti ini. Para cucu masih awkward dengan kakek nenek mereka, sepertinya ini pertama kalinya mereka bertemu *disini aku udah meneteskan air mata aja*
Malam itu, ayah dan ibu menginap di rumah Koichi sebagai anak tertua. Hari berlalu dengan cepat setelah mereka berbincang-bincang menceritakan banyak hal. Ayah dan ibu sangat senang karena semua anak mereka berkumpul malam ini, bahkan Shoji yang biasanya tidak mau kumpul kalau ada ayahnya.
Koichi sangat ingin membawa ayah dan ibunya jalan-jalan di Tokyo, jadi ia memanfaatkan hari libur besok untuk membawa mereka jalan-jalan. Semuanya sudah bersiap-siap, tapi tiba-tiba ada telpon pasien darurat dan Koichi terpaksa membatalkan janji mengajak mereka jalan-jalan. Isamu yang akan ikut dan sudah bersemangat jadi kesal dan ngambek, karena sepertinya ini bukan pertama kalinya ayahnya membatalkan janji. Melihat cucunya begitu, ibu akhirnya mengajaknya untuk jalan-jalan di sekitaran kompleks perumahan.
Shigeko sangat ingin ayah dan ibu jalan-jalan melihat Tokyo tapi ia tidak sempat mengajak mereka jalan-jalan dan ia menelpon Shoji adiknya untuk mengajak orang tua jalan-jalan. Shoji awalnya berat hati, tapi akhirnya ia setuju, mengajak ayah dan ibu jalan-jalan melihat Tokyo dan makan di restoran yang enak.
Ayah dan ibu tampak kagum dengan gedung-gedung pencakar langit yang tidak ada di desa mereka, sementara Shoji malah ngantuk selama perjalanan karena ia bosan.
Ibu sendiri ingin mengajak Shoji bicara mengenai masa depannya, karena ayah khawatir pada putera bungsunya itu. Ayah bertanya apa pekerjaan Shoji, apakah pekerjaan itu ada masa depannya dan lain sebagainya. shoji tidak suka ditanyai begitu, makanya selama ini hubungannya dan ayahnya sangat buruk.
Sementara itu Shigeko dan Koichi yang merasa kerepotan orang tua mereka menginap di rumah mereka memutuskan untuk menyewa kamar hotel bagi keduanya. Menurut mereka kapan lagi orang tua mereka merasakan tinggal di hotel. Meski sangat mahal mereka bisa bagi 2 uangnya. Koichi akhirnya setuju dan begitulah kedua orang tua itu berkhir tidur di kamar hotel.
Disini aku kesal banged sumpah, orang tua datang jauh-jauh ke Tokyo, meski mereka mengatakan pengen jalan-jalan dan ada urusan, tentu sebenarnya mereka ingin kesana itu ya melihat anak-anak mereka kan, tapi malah disuruh menginap di hotel.
Hotelnya memang bagus, tapi dua orang tua disana tentu membosankan, tapi mereka mencoba menikmati pemandangan dari lantai atas. Malamnya mereka makan malam dengan makanan yang mereka tak tahu namanya, menikmati pemandangan malam dari kamar, karena jendela kamar mereka berhadapan dengan taman bermain jadi ada kincir yang gemerlapan. Kalau bagi orang muda itu memang romantis, tapi bagi orang tua ya biasa aja. Meski akhirnya ayah melarang ibu menutup gorden karena mereka tidak akan bisa melihat itu lain kali, jadi intinya puas puasin melihatnya.
Saat tidur, ada tamu yang berisik dan mengganggu tidur ayah dan ibu (aku rasa untuk ukuran hotel mahal, itu dindingnya kok tipis banged).
Pada akhirnya ayah dan ibu tidak bisa tidur, mereka membuat alasan karena kasur dan bantalnya terlalu empuk *sumpah disini aku pengen nangis lagi*
Ayah sebenarnya ada keperluan di Tokyo, untuk pergi ke rumah temannya Hatori yang meninggal dunia, jadi ayah memutuskan setelah ia kesana mereka berdua bisa pulang ke desa.
Ayah dan ibu tidak betah di hotel dan memutuskan kembali ke rumah Shigeko yang tentu saja membuat Shigeko panik. Ia sangat sibuk dan lagi ia sudah menyewa kamar hotel untuk dua hari bagaimana ayah dan ibu bisa check out begitu saja. Ia juga mengatakan malam ini ia ada keperluan dan ia sangat sibuk, ia menolak ayah dan ibunya menginap di rumahnya malam ini *pengen rasanya aku masuk ke layar marahin ini anak, sumpah kasihan banged lho, tahu sih dia sibuk tapi sampai mengusir ayah dan ibunya aduhhh).
Ayah dan ibu jadi bingung apa yang harus mereka lakukan dan dimana mereka akan tinggal. Mereka merasa tak enak ke rumah Koichi jadi ayah mengatakan ia akan menginap di rumah Numata temannya, karena janjinya ia dan NUmata akan ke rumah Hatori bersama-sama.
Ibu mengatakan ia akan menginap di rumah Shoji, lagipula ia belum pernah kesana, ia akan menghabiskan waktu dengan membersihkan rumah Shoji, mencuci, memasak dan lain-lainnya. Dan begitulah ayah dan ibu meninggalkan rumah anak mereka.
Mereka berdua duduk bersama dekat stasiun dan ayah menghela nafas mengatakan ketika anak gadis menikah rasanya anak itu bukan anak mereka lagi, padahal dulu Shigeko anak yang manis. Ibu mengatakan itu karena ayah terlalu memanjakan Shigeko dan ayah terlalu keras pada anak laki-lakinya, terutama Shoji. Ibu mengatakan ia akan bicara pada Shoji mengenai perasaan ayah yang mengkhawatirkannya. Ayah hanya bisa menghela nafas dan mengatakan anak-anak tidak pernah menjadi seperti apa yang orang tua harapkan.
Ayah sebenarnya sudah berhenti minum karena kesehatannya, tapi Numata terus memaksanya minum. Numata pernah menceritakan mengenai anaknya pada Ayah, yang sudah sukses, tapi ternyata semuanya bohong. Ia sekarang tinggal di rumah anak satu-satunya yang sudah menikah dan menantunya sangat tidak suka kalau ia membawa orang lain ke rumah. Ia merasa tak enak pada Ayah jadi mengajaknya minum-minum sampai pagi.
Mereka menghabiskan waktu mabuk sambil menceritakan mengenai keluarga mereka dan kampung halaman mereka, juga mengenai Ayah yang menurut NUmata sangat beruntung karena anak-anaknya sukses.
Sementara itu ibu berhasil tiba di rumah Shoji dengan alamat yang dituliskan Shoji dan ia cukup kaget karena rumah Shoji cukup rapi.
Shoji sendiri ternyata sudah punya pacar dan ingin pacarnya datang nanti malam, sekalian ia akan memperkenalkan pada ibu. TApi pacarnya jadi khawatir takut ibu tak akan menyukainya.
Saat Shoji kembali, ibu sudah memasak untuknya dan mereka ngobrol sambil makan. Shoji mencari kesempatan mengatakan kalau ia punya pacar saat ibunya menyinggung mengenai apartemennya yang cukup bersih dan rapi, padahal ia kira pasti akan berantakan. Shoji mengatakan ada sesekali yang membersihkannya dan ibu pikir Shoji menyewa orang, saat Shoji bilang ia tidak bayar, ibu malah berfikir orang itu suka rela membersihkan kamar Shoji.
Sampai akhirnya pacarnya datang, Shoji masih belum bisa mengatakannya. Akhirnya ia terpaksa sekalian memperkenalkan pacarnya Noriko Mamiya (Aoi Yu) yang langsung membuat ibu terkejut. Tapi saking gugupnya, Shoji mengatakan semua tentang Noriko, pekerjaannya, orang mana, keluarganya, golongan darah, bintang dan lain sebagainya HAHAHAHAHAHA.
Ibu mengajak Noriko duduk dan mulai menanyainya, ibu sangat lega anaknya ternyata punya seseorang dan langsung berterimakasih karena Noriko sudah menjaga anaknya. Ibu menyukai Noriko karena sekali lihat, ia tahu Noriko anak yang baik. Shoji senang karena ibu menyukainya, NOriko juga lega. Shoji meminta ibu mengatakan pada ayah tapi ibu menolak, ia ingin Shoji sendiri yang memperkenalkan Noriko pada ayah kalau menurut Shoji Noriko penting baginya.
Setelah Noriko pulang, mereka menghabiskan waktu mengobrol hal-hal kecil sebelum tidur, Shoji menceritakan pertemuannya bersama Noriko pada saat acara amal dan ia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia hanya kencan 3 kali dengan Noriko sebelum melamarnya.
Ibu juga menceritakan bagaimana ia menerima ayah saat perjodohan dulu, alasannya ternyata hanya karena ayah sangat tampan saat itu.
Aku merasa diantara anak-anak mereka, Shoji adalah yang paling baik, setidaknya ia menjaga ibunya dan ngobrol bersama ibunya tentang ini dan itu.
Keesokan harinya, Noriko bahkan datang ke rumah menemui ibu untuk membawakan sarapan saat Shoji sudah berangkat kerja. Ibu sudah mempercayakan anaknya pada Noriko dan memberikan Noriko sejumlah uang untuk disimpan, bisa digunakan saat darurat. Awalnya Noriko menolak, tapi ibu memaksanya.
Ia cukup kaget karena Noriko menerima anak bungsunya apa adanya meski pekerjaannya masih belum tetap. Ibu sangat menyukai Noriko.
Noriko saat itu ternyata sudah terlambat bekerja, tapi ia benar-benar baik karena menyematkan diri mampir disana.
Ayah pagi harinya langsung ke rumah Koichi karena ia dan ibu janjian ketemu disana untuk pulang. ayah menjelaskan kalau ia tak bisa tinggal dirumah Numata dan ia berakhir homeless makanya ia kembali ke rumah Shigeko.
Ibu kemudian kembali dengan wajah berseri-seri mengatakan ia punya kabar bagus pada ayah, mereka tak perlu mengkhawtairkan Shoji lagi karena Shoji ternyata melangkah lebih dari yang mereka kira. Saat ayah bertanya ada apa, ibu mengatakan ia tidak akan memberitahu ayah, karena SHoji harus memberitahu sendiri.
Ibu akan mengganti pakaian ke lantai 2 dan tiba-tiba pingsan. Semuanya panik, terutama ayah. Koichi langsung memeriksa ibu dan menyuruh istrinya menghubungi rumah sakit.
Keadaan ibu benar-benar buruk, semuanya khawatir. Shigeko malah mengatakan ia pikir ayah yang akan pergi duluan karena ibu masih terlihat sehat-sehat saja. Koichi yang tahu kondisi ibunya dan mengatakan kalau mereka harus bersiap-siap, ibu tidak akan bertahan sampai besok pagi. Tentu saja hal ini membuat Shigeko langsung menangis. Diantara anggota keluarga hanya ayah yang bersikap paling tenang.
Shoji datang terlambat karena pekerjaannya, Noriko juga datang karena khawatir. Shoji belum memperkenalkan Noriko pada siapapun jadi mereka kaget melihat Shoji membawa seorang gadis sementara Shoji berusaha membangunkan ibunya dan mengingatkan ibunya mengenai pembicaraan mereka semalam.
Ibu menghembuskan nafas terakhirnya saat fajar dan semuanya bersedih. Setelah kepergian ibu, ayah ke atap rumah sakit dan menatap matahari terbit, seolah fajar adalah ibu dan saat fajar menghilang, ibu mengucapkan selamat tinggalnya.
Shoji datang ke sana menjemput ayahnya, ayah benar-benar tenang, sementara Shoji berusaha tenang tapi gagal.
Saat Yuri-chan menangis, aku ikutan menangis, awalnya menutup mulut pake selimut biar ga kedengaran ke luar, tapi ternyata aku beneran mengeluarkan suara. Karena Yuri menangis sangat-sangat sedih.
Yuri-chan adalah anak tetangga mereka, rumahnya bersebelahan dengan rumah mereka. Ibu selalu bicara di telpon dengan Yuri selama di Tokyo dan ia menitipkan anjing mereka pada Yuri.
Noriko merasa kalau ia tidak disukai oleh ayah Shoji karena sejak kemarin ayah Shoji tidak pernah bicara padanya, kalau ia bicara, ayah bahkan tidak menjawab. Shoji mengatakan kalau begitulah sikap ayahnya.
Keesokan harinya acara pemakaman dilaksanakan. Seluruh keluarga berkumpul. Dan lagi-lagi Shigeko benar-benar nggak tau diri atau bagaimana, ibunya baru meninggal kemarin malah udah bicara mengenai kimono yang baru ia beli, ia akan mengambilnya, ia juga akan melihat pakaian lama ibu dan memberikan beberapa pada Fumiko.
Shoji kesal sekali mendengar kakaknya begitu, ia memarahi kakaknya. Koichi mengatakan peringatan 49 hari mereka akan kembali ke sana dan baru mereka membicarakan mengenai hal itu lagi.
Ia lebih mengkahwatirkan ayahnya yang akan tinggal sendirian mulai sekarang dan berniat mengajak ayahnya ke Tokyo untuk tinggal bersama mereka. Tapi ayah menolak, ia tidak akan pernah kembali ke Tokyo lagi. Ia mengatakan ia akan baik-baik saja, ia bisa mengurus dirinya sendiri.
Mereka khawatir mengenai makan ayah dan membersihakn rumah serta mencuci pakaian, ayah mengatakan ia bisa melakukannya, masalah memasak ibu Yuri akan memasak untuknya. Shigeko mengatakan pada ayah tidak boleh merepotkan orang lain lagi. TApi ayah menegaskan kalau ia tidak akan kembali ke Tokyo.
(Aku rasa ayah merasa sedikit membeci Tokyo karena anak-anaknya semuanya meninggalkan desa ke Tokyo dan istrinya meninggal di Tokyo).
Pada akhirnya keluarga Shigeko dan Koichi kembali ke Tokyo dihari yang sama.
Yang tinggal di desa beberapa hari adalah Shoji dan Noriko. Mereka masih ingin menemani ayah. Ayah melakukan kegiatan sehari-harinya, bertani. Shoji memperbaiki genteng dan Noriko mengurus pekerjaan rumah.
Tapi tentu saja mereka tak akan bisa selamanya disana karena mereka juga punya kerjaan di Tokyo. Jadi mereka memutuskan kembali hari itu, tapi Shoji belum memberi tahu ayah dan ingin Noriko yang mengatakan pada ayah. Noriko kesal karena tugas Shoji malah dilimpahkan padanya.
Noriko menyiapkan makan siang untuk ayah dan mengatakan kalau mereka akan pulang siang ini. Noriko tahu ayah tak akan bicara padanya jadi ia permisi, tapi kemudian untuk pertama kalinya ayah meresponnya. Ia meminta Noriko duduk. Ia mengatakan sepulang dari rumah Shoji ibu terlihat bahagia dan mengatakan kalau mereka tak perlu khawatir lagi, ibu pergi tanpa sempat memberi tahunya, tapi sekarang ia mengerti maksud ini. Menurutnya Noriko gadis yang baik. Anak-anaknya segera kembali setelah pemakaman tapi Noriko tinggal disini selama beberapa hari dan menjaganya tanpa mengeluh.
Noriko mengatakan kalau itu tidak benar, meski ia tidak mengatakannya, tentu saja ia khawtair dengan pekerjaannya di Tokyo, ia juga bertanya-tanya apakah ia tidak seharusnya datang karena ia belum resmi menjadi anggota keluarga. Ayah mengatakan kalau Noriko sangat jujur. Ayah memberikan jam tangan ibu padanya, jam tangan yang sudah ibu pakai selama 30 tahun, ia ingin Noriko menyimpannya, ibu pasti senang.
Ayah juga membicarakan Shoji, ia selalu merasa Shoji lemah dan tidak punya masa depan, tapi melihat Noriko dan Shoji terlihat akrab ia jadi berfikir kalau Shoji lebih gentle dari siapapun di keluarganya dan sifat istrinya menurun pada Shoji.
Ia mengatakan jika Noriko menjadi istri Shoji, ia bisa meninggalkan dunia ini dengan tenang dan ia meminta Noriko menjaga anaknya dengan baik. Noriko terharu mendengarnya, ia bahkan menangis karena ia tak menyangka ayah mengatakan hal seperti itu.
Noriko dan Shoji kembali ke Tokyo. Noriko menceritakan apa yang terjadi pada Shoji tapi Shoji tak percaya, ia ragu ayahnya benar-benar melakukan itu.
Sementara itu, adegan terakhir benar-benar membuat aku menangis terisak lagi.
Pada akhirnya, ayah tinggal sendirian di rumahnya. Yuri-chan datang membawa keranjang dan meminta ayah meletakkan pakaian kotor disana. Ia akan datang bermain setiap hari ke rumah dan mengajak Goro (anjing keluarga Hirayama) jalan-jalan.
Ayah tersenyum padanya dan mengatakan kalau dia gadis yang baik.
Yuri beneran gadis yang baik, aku terharu bangeeeeeed!!!!!!!!!!!!
Ini movie benar-benar menghangatkan hati, aku meneteskan banyak air mata selama menonton ini. Endingnya memang terasa menyedihkan tapi mirip banged dengan realita, jadi kita merasa dekat dengan kisahnya.
Ini adalah kisah perjalanan terakhir pasangan suami istri yang sudah menjalani pahit manis kehidupan. Mereka ke Tokyo untuk mengunjungi anak-anak mereka, mereka lega karena anak-anak mereka hidup dengan baik, mereka kesana hanya untuk memastikan hal itu.
Mereka juga tentu saja ingin tinggal bersama anak-anaknya meski mereka tidak mengatakannya, tapi anak-anak mereka terlalu sibuk dengan ini dan itu bahkan sampai mengusir ayah dan ibunya secara halus. Ayah dan ibu mungkin terlihat baik-baik saja, tapi tentu saja di hati kecil mereka merasa kecewa.
Aku kaget lho karena kelihatan ini pertama kalinya mereka bertemu dengan cucu mereka, mungkin pernah waktu kecil kali ya. Tapi kalau tinggal berjauhan memang gitu sih, agak terasa awkward.
Aku sendiri menghabiskan masa kecil bersama kakek dan nenek, jadi udah dekat banged.
Ayah adalah tipe yang tidak bisa menyampaikan perasaannya secara langsung, ia tipe yang dingin diluar tapi sebenarnya baik di dalam. Karena itu ia cocok dengan ibu yang penuh kasih sayang dan tahu bagaimana perasaan ayah sebenarnya.
Aku bisa memahami sih, karena orang tua aku tipenya persis seperti ayah dan ibu. Mereka khawatir pada anak bungsu mereka dan berfikir selama ini Shoji hanya main-main tanpa memikirkan masa depan, tapi ternyata Shoji sudah melangkah lebih jauh dari yang mereka kira.
Dari luar, orang berfikir mereka orang tua sukses dengan anak-anak yang semuanya tinggal di Tokyo dan punya pekerjaan, apalagi anak pertama adalah seorang dokter. Tapi mereka semakin terasa jauh karenanya.
Makanya aku yang menonton What A Wonderful Family duluan jadi agak terasa aneh dengan movie ini, karena castnya sama tapi cerita beda, semuanya beda termasuk sifat-sifat para castnya.
Di WAWF terasa kehangatan keluarga tapi disini terasa rasa kesepian ayah dan ibu. Bagaimana ayah dan ibu yang sudah tua ingin menghabiskan waktu bersama keluarga baru anak-anak mereka, meski hanya semalam, mereka ingin tinggal bersama mereka. Aku nggak tahu sih apakah anak-anak kurang peka atau bagaimana, tapi itu benar-benar membuat aku menangis. Ibu dan ayah sangat pengertian mengenai bagaimana mereka membebani anak-anak mereka. Anak pertama dan kedua berusaha bersikap baik pada orang tua mereka, meski akhirnya aku merasa mereka melukai hati orang tua mereka, sementara anak ketiga yang sejak awal mempunyai hubungan buruk dengan ayahnya, justru kelihatan dia yang paling tulus menyayangi orang tuanya.
Aku bisa melihat saat ibu menginap di rumahnya, dia satu-satunya yang excited dan bahkan banyak mengobrol dengan ibunya, berbeda dengan anak pertama dan bahkan anak kedua yang menurut aku parah banged.
Meski begitu, ini movie benar-benar memberi banyak pelajaran bagi kita dan mungkin akan muncul pertanyaan apakah kita pernah seperti itu? Apa kita suatu hari akan seperti itu?
Sebenarnya, bagi aku tema-tema movie seperti ini berat lho, hati harus dipersiapkan untuk menontonnya^^
Skor:
Story: 5/5
Acting: 5/5
Cinematography: 4/5
Music: 3/5
Opening: 4/5
Ending: 4/5
RECOMMENDED!
Tema film SLICE OF LIFE... memang sedih, tapi karena ini nyata, disitulah letak kesedihannya...
BalasHapusAq udah lama punya nie movie di laptop q. Sayangnya, karena cuma dapat sub english, aq malas nontonnya... 😅
Banyak yg bilang, film originalnya lebih pas. Karena kondisi ya. Dimana dulu belum ada hp yang canggih. Jadi komunikasi memang sulit, kecuali bertemu langsung.
Agak aneh kalo kek sekarang, yang seharusnya para cucu gak canggung2 amat karena bisa bicara dengan kakek nenek mereka lewat telpon...
Tapi aq tetap sukak filmnya. Sangat hidup, dengan acting keren...😁👍👍👍