Mineko menjalani harinya dengan keyakinan bahwa ayahnya akan kembali saat tahun baru. Keuangan keluarga juga semakin menipis. Ibu Tokiko yang tahu akan hal itu bahkan memberikan uang meski tidak banyak tapi tentu saja ibu menolaknya. Bahkan berapa kalipun IBu Tokiko mengatakan tak apa-apa, ibu tetap menolak, ia tak mau berhutang pada sahabatnya sendiri.
Karena ibu terus menolak, akhirnya ibu Tokiko datang membawa bahan makanan untuk keluarga Yatabe. Karena ini bukan uang jadi setidaknya ibu bisa menerimanya. Ibu tidak bisa menolak lagi kali ini. Ia sangat tersentuh dengan kebaikan temannya itu.
Dan akhirnya malam tahun baru tiba.
Seperti biasa, Mineko, Chiyoko dan Susumu menunggu kepulangan ayah di tempat pemberhentian bis. Biasanya ayah akan pulang saat sore hari. Tapi mereka menunggu sampai bus terakhir lewat dan sayang sekali ayah tidak kelihatan.
Mineko sudah menduganya, ia mencoba bersikap tegar membawa adiknya pulang. Saat adiknya Susumu bertanya kenapa ayah tidak pulang, Mineko membuat alasan kalau ayah mungkin sibuk bekerja.
Mineko dan adiknya kembali ke rumah dengan wajah ceria, menyembunyikan kesedihan mereka. Ibu menyibukkan diri dengan memasak makanan tahun baru dan Mineko membantunya.
Tahun baru tiba, pagi harinya keluarga Yatabe makan hidangan tahun baru dan menerima amplop tahun baru mereka dari kakek. Mineko juga menyisihkan uang jajannya dan memberikan pada adik-adiknya.
Ia mengatakan pada adik-adiknya kalau musim semi nanti, setelah lulus SMA, ia akan berangkat ke Tokyo untuk bekerja, sama seperti ayah mereka. Ia juga mencoba menjelaskan kalau ayah menghilang di Tokyo dan ia akan berusaha mencarinya.
Karena ia tidak akan ada di rumah lagi, ia meminta adiknya untuk membantu pekerjaan di rumah. Ia meminta kakek dan ibu untuk menjaga keluarga Yatabe. Chiyoko dan Susumu jadi sedih karena hal itu dan memeluk kakaknya, keduanya menangis. Mineko hanya mencoba tersenyum mengatakan kalau ia belum pergi, ia masih akan disini selama musim dingin.
Malam harinya, Ibu bicara dengan Mineko. Ibu mengatakan ia minta maaf pada Mineko karena membuat Mineko mengambil keputusan seperti itu. Ibu meminta Mineko jangan mengatakan hal seperti itu padanya, ia tidak ingin ibu meminta maaf karena itu adalah keputusannya. Mineko menangis dipelukan ibunya.
Ia sangat sedih karena ayah tidak kembali saat tahun baru, ia mengeluarkan kesedihan yang ia tahan selama ini.
Paman berkunjung keesokan harinya, memberikan amplop tahun baru pada Keponakannya. Ia mengajak Mineko keluar dan menceritakan mengenai sebuah boyband inggris The Beatles. Awalnya ia ingin Mineko mendengarkan lagu mereka, tapi karena radio rusak mereka tak bisa mendengarkannya. Mineko sama sekali tidak tahu The Beatles yang saat itu sangat terkenal, Muneo ternyata fans berat mereka.
Ia bahkan meminta Mineko nanti mengiriminya majalah dan CD The Beatles karena sangat sulit mencarinya di desa mereka HAHAHAHHAHAH. *jadi ingat dulu kalau ada teman yang ke kota aku juga suka nitip majalah asia dan manga XD
Mereka juga membicarakan masalah MMineko yang akan ke Tokyo, paman Khawatir karena Mineko masih terlalu muda. Ia tidak ingin Mineko menaggung beban sendirain dan meminta Mineko hidup seperti yang ia inginkan, tapi Mineko sendiri tidak mengerti bagaimana hidup seperti yang ia inginkan, disekolah juga ia sering mendengarkan kata-kata karena masih muda mereka bisa memilih hidup seperti yang mereka inginkan, tapi bagaimana itu ia sama sekali tidak mengerti. Karena ia suka melakukan sesuatu yang ada di hadapannya dengan segala kemampuannya. Ia tidak menginginkan hal lainnya.
Saat mereka berjalan ke stasiun bus, MIneko mengatakan kalau ia sudah memutuskan akan bekerja di Tokyo setelah lulus. Tapi reaksi Tokiko tidak seperti yang ia bayangkan.
Ia juga mengatakan pada Mitsuo dan reaksi Mitsuo juga sangat aneh, keduanya menunjukkan ekspresi tidak senang sama sekali karena ia akan ke Tokyo dan Mineko jadi kesal, kenapa mereka tidak senang padahal ia akan bersama dengan mereka di Tokyo nanti.
Mitsuo mengatakan tentu saja ia senang, hanya saja bukan kah itu sangat sulit karena Mineko baru memutuskan sekarang, karena musim berburu kerja sudah berakhir saat musim panas dan tidak akan ada perekrutan lagi. Mineko terkejut ia tidak berfikir jauh kesana.
Mineko panik, ia terlalu memikirkan mengenai mereka yang akan bersama-sama ke Tokyo tapi melupakan hal penting. Ia bertanya apa yang harus ia lakukan.
Mineko menemui guru mereka, Tagami Sensei yang biasanya mencarikan pekerjaan bagi siswa lulusan SMA mereka yang ingin bekerja di Tokyo. Tagami Sensei mengatakan kalau itu akan sangat sulit karena ia tidak pernah mendengar penambahan pekerja setelah musim perekrutan.
Mineko bagaimanapun harus ke Tokyo jadi ia memohon pada sensei untuk mencarikannya pekerjaan apapun, ia akan melakukan apapun.
Sensei tidak suka Mineko mengatakan kalau ia akan melakukan apapun, baginya MIneko adalah salah satu siswanya yang berharga, bagaimana ia bisa melepaskan MIneko untuk pekerjaan yang tidak terpercaya. Jadi sensei mengatakan ia akan berusaha sebisa mungkin mencari pekerjaan untuk Mineko. Tapi MIneko jangan berharap banyak.
Tokiko merasa kasihan pada MIneko dan mengatakan jika sensei tidak menemukan pekerjaan untuk Mineko maka ia akan memberikan pekerjaannya pada Mineko.
Mineko tentu saja terkejut dan ia menolak. Tapi apa yang akan Mineko lakukan setelahnya, Mineko mengatakan ia akan menyerah, meski ia tidak dapat pekerjaan, ia akan memikirkan hal lain, tapi mengambil posisi Tokiko, ia jelas tidak akan melakukannya. Ia kemudian mengajak mereka pulang.
Sensei terus berusaha menghubungi berbagai perusahaan, menanyakan apakan mereka ada penambahan karyawan atau posisi kosong dan lain sebagainya. Tapi tentu saja tidak mudah. Ia juga menghubungi Mukojima Electric dan diangkat oleh salah satu karyawan, Nagai Aiko. Sayangnya perusahaan mereka juga tidak menerima karyawan baru lagi karena sudah limitnya. Sensei mengerti, tapi ia meminta Aiko mengecek untuk penerimaan April nanti, siapa tahu ada karyawan yang keluar atau bagaimana.
Sensei bekerja sampai malam dan seorang guru melihatnya, ia datang mengobrol bersama Sensei dan menawarkan bantuan karena Sensei terlihat sangat khawatir dan sangat ingin menemukan pekerjaan untuk Mineko, karena ia tahu masalah keluarga Mineko.
Pada akhirnya Aiko menelpon kembali karena ia menemukan sesuatu, meski obrolan telpon mereka berakhir dengan teriakan dari Aiko akrena menjatuhkan minuman ke berkas yang ia bawa dan sibuk mencari kain lap, tapi kemudian ia lupa tadi ia menelpon. Sepertinya Aiko ini ceroboh banged.
Mineko pulang ke rumah sore harinya, ia kelihatan memaksakan diri untuk ceria dan ibu mengetahuinya, ada sesuatu yang salah pada MIneko. Mineko bingung kenapa ibu mengetahuinya, apakah sangat terlihat jelas di wajahnya. Ibu mengatakan ia tahu karena ia adalah ibu yang membesarkan Mineko sejak dalam kandungan.
Malam harinya, saat keluarga Mineko makan malam, tiba-tiba ada yang menggedor pintu dengan kuat dan membuat keluarga Yatabe terkejut.
Ternyata Tagami sensei datang kesana dengan tergesa-gesa. Mereka bertanya ada apa. Sensei ngos ngosan karena ia berlari ke rumah Mineko dari sekolah, ia akan bicara tapi tak bisa karena ia kelelahan. Ibu menyuruhnya masuk dan duduk dulu sementara Mineko mengambilkan minuman untuk sensei.
Setelah sensei tenang, sensei akhirnya mengatakan dengan excited kalau Mineko benar-benar anak yang beruntung, ia baru saja mendapat telpon kalau ada posisi kosong di sebuah perusahaan dan Mineko bisa masuk ke dalamnya sebagai karyawan. mineko terkejut.
Mineko terlihat mengayuh sepedanya dengan tergesa-gesa ke suatu tempat. Rumah Tokiko. Ia mencari Tokiko dan menemukannya di kandang sapi, sedang memberi makan peliharaan keluarganya.
Mineko tak sabar ingin mengatakan pada Tokiko kalau ia berhasil mendapatkan pekerjaan dan tempatnya adalah perusahaan yang sama dengan perusahaan yang merekrut Tokiko.
Tokiko yang mendengarnya bukannya bahagia malah meneteskan air mata, ia menangis dan membuat Mineko bingung. Tokiko memeluk Mineko dengan erat dan mengucapkan terima kasih.
Ia mengatakan kalau sebenarnya selama ini ia takut, ia takut akan ke Tokyo sendirian, ia tidak punya rasa percaya diri dan selama ini ia hanya berpura-pura terlihat tegar, sebenarnya ia sangat sangat takut, jadi mendengar Mineko akan pergi bersamanya ke perusahaan yang sama, ia sangat senang.
Ayah dan ibu Tokiko melihat mereka berdua, ibu menangis dan mengatakan sepertinya ia harus mendukung kepergian puterinya. Ayah terkejut karena selama ini ibu selalu mengatakan tidak pada Tokiko yang ingin ke Tokyo.
Mineko dan Tokiko kemudian mengobrol berdua.
Tokiko mengatakan selama ini ia mencoba bersikap tegar padahal sebenarnya ia ingin kabur dari semua itu.
Mineko mengatakan kalau ia tahu mengenai hal itu. Tokiko terkejut.
Mineko mengatakan itu sangat kelihatan dari sikap Tokiko, ia dan Tokiko sudah saling mengenal sejak mereka masih kecil. Mineko mengatakan selain keluarganya, ia paling mengerti akan Tokiko, orang yang paling memikirkan Tokiko dan selalu mengkhawatirkan Tokiko adalah dirinya. Ia sangat mencintai Tokiko.
Tokiko tiba-tiba tertawa dan mengatakan Mineko seperti sedang menyatakan perasaan padanya. Mineko menyadari hal itu dan merasa malu. Keduanya berpelukan kembali dan menangis haru.
Pagi harinya, Mineko dan Tokiko terlihat sangat ceria, mereka bahkan melakukan pose selamat pagi dan memaksa Mitsuo melakukan juga. Mitsuo bingung ada apa.
Saat di bus, Mineko menceritakan semuanya. Mitsuo merasa dirinya di abaikan karena Mineko langsung ke rumah Tokiko malah itu tapi tidak kerumahnya. Mineko mengatakan itu karena rumah Mitsuo sangat jauh.
Mereka bertiga sangat bahagia karena mereka masih akan tetap bersama-sama setelah kelulusan nantinya, meskipun jalan mereka berbeda-beda, setidaknya mereka sama-sama di Tokyo.
Hari kelulusan akhirnya tiba.
Hari itu, sesuai janjinya, ia mengenakan sepatu pemberian ayahnya untuk pertama kalinya. Sepatunya sangat cantik dan pas untuk Mineko. Ibu mengatakan ayah pasti memikirkan Mineko saat membeli itu. Mineko membenarkan, keduanya tersenyum.
Mineko berangkat ke sekolah dan ia berhenti saat melihat adiknya, ia mengatakan pada Chiyoko kalau ia akan memberikan sepedanya untuk Chiyoko setelah ia berangkat ke Tokyo nanti. Chiyoko sangat senang.
Mineko mengayuh sepedanya, untuk terakhir kalinya ia berangkat ke sekolah dengan sepeda itu, ia mengucapkan terima kasih pada sepedanya yang membuat hari-harinya menjadi mudah dan menyenangkan setiap harinya.
Tokiko bersiap berangkat ke sekolah, ibunya memaksa untuk ikut ke sekolah karena ini hari kelulusan, tapi Tokiko mengatakan ia akan baik-baik saja. Tapi ibu tetap memaksa, untung kakaknya menahan ibu jadi Tokiko bisa berangkat dengan tenang.
Ia menunggu Mineko di halaman dan langsung menyadari sepatu baru Mineko saat Mineko tiba.
Sementara itu Mitsuo juga berangkat ke sekolah, tapi ia diperlakukan seperti biasa oleh keluarganya, ibunya bahkan menyuruhnya cepat pulang untuk bekerja.
Mitsuo sudah terbiasa dengan hal itu,jadi ia baik baik saja. Sebelum pergi ia mengucapkan terima kasih pada keluarganya yang sudah menjaganya sampai saat ini. Ibu bahkan shock karena tak biasanya anaknya seperti itu, ia sampai jatuh dari tangga mendengarnya.
Hari terakhir mereka naik bus ke sekolah, Mineko dan Tokiko telat lagi dan seperti biasa, Mitsuo menahan bus agar tidak berangkat.
Mereka berangkat dengan wajah tersenyum dan mengatakan kalau mereka tidak akan menangis saat upacara kelulusan nanti, meski mereka ragu dan mengejek masing-masing pasti menangis (Mineko mengatakan ia tak akan menangis dan memastikan Mitsuo akan menangis, tapi Mitsuo bilang ia tak akan menangis, ia yakin Mineko yang akan menangis dan begitu seterusnya).
Mineko kemudian menanyakan pada Mitsuo apakah ia menyadari ada sesuatu yang berbeda darinya hari ini, karena sejak tadi Mitsuo tidak berkomentar.
Mitsuo menatap Mineko dan Mineko memamerkan sepatu barunya, tapi Mitsuo tetap tidak tahu apa yang beda HAHHAHAHAHA.
Hari terakhir mereka berangkat ke sekolah berakhir dengan adu mulut antara Mitsuo dan Mineko.
Ibu Mineko bekerja di ladang dan kakek bertanya-tanya apakah upacara kelulusan sudah mulai atau belum.
Ibu menyanyikan lagu kelulusan dan tiba-tiba ada yang menyahut. Ibu Tokiko ternyata datang berkunjung, bukan hanya ibu Tokiko, tapi ibu Mitsuo juga datang. Pada akhirnya kakek mengajak mereka beristirahat dan para ibu berkumpul di rumah keluarga Yatabe.
Mereka membicarakan mengenai anak-anak mereka yang akan ke Tokyo. Mereka lega karena para sahabat itu akan pergi bersama-sama.
Ibu Mitsuo mengatakan kalau ia bukanlah ibu yang baik, ia selalu mengatakan pada Mitsuo untuk cepat pulang ke rumah dan bekerja, tidak seperti ibu Mineko dan Tokiko yang menyayangi anak mereka, ia sengaja melakukan itu supaya ia dibenci, karena katanya lebih baik kalau ia dibenci. Ibu menceritakan kegelisahannya akan Mitsuo yang sejak kecil terlahir lemah dan merupakan anak ketiga dari petani yang suatu saat harus meninggalkan rumah, karena itu ia bersikap begitu, seolah-olah ia memaksanya keluar dari rumah jadi ia ingin puteranya berfikir kalau saat ia keluar rumah nanti, puteranya merasa senang meninggalkan rumah mereka . Makanya ia pikir menjadi ibu yang buruk adalah yang terbaik yang bisa ia lakukan.
Karenanya ia selalu kompalin pada Mitsuo, mengatakan padanya kalau ia akan meninggalkan rumah suatu hari nanti, ia selalu mengatakan hal yang buruk pada Mitsuo, karena itu ibu berfikir kalau Mitsuo pasti membencinya.
Ibu Mitsuo menangis menceritakan kegelisahan hatinya, alasan ia bersikap buruk adalah agar anaknya nanti lega keluar dari rumah dan tidak merasa terlalu berat meninggalkan rumah.
Ibu Mineko dan ibu Tokiko menenangkan ibu Mitsuo dan mengatakan itu tidak benar Mitsuo membenci ibunya, Mitsuo pasti menyayangi ibunya. Ibu bertanya apakah benar begitu, apakah Mitsuo nanti sekali kali akan mengunjunginya dan merindukannya.
Para ibu tentu mengatakan Mitsuo mengerti benar situasinya dan yakin Mitsuo akan datang suatu hari nanti karena merindukan ibunya. Karena anak-anak mereka adalah anak yang baik dan sudah dewasa.
*Ini adegan TOP banged, gue nangis gilaaaaaaaaa!
Sementara itu di sekolah, upcara kelulusan selesai. 3 sekawan yang mengatakan kalau mereka tidak akan menangis malah menangis sejadi-jadinya, mereka tidak tahan untuk tidak menangis. Mereka mengingat kenangan mereka selama di Ookuibaraki, hal itu membuat mereka sedih karena mereka akan segera meninggalkan desa yang mereka cintai ini.
Malam harinya, di rumah, MIneko bicara pada dua adiknya. Ia menjelaskan pada mereka mengenai kepergiannya. Ia akan ke Tokyo bukan untuk liburan tapi bekerja, jadi akan sulit baginya untuk kembali ke desa. Tapi ia pasti akan pulang jika ia mendapat hari libur, tapi tentu saja kita tidak tahu apa yang akan terjadi.
Ia tidak akan bertemu dengan adiknya dalam waktu yang lama dan meminta mereka berdua membantu kakek dan ibu dan jangan membuat orang tua khawatir.
Keduanya mengerti dan memeluk kakaknya, mereka menangis lagi. Mineko mengatakan ia cukup sedih karena ia tak pernah berfikir akan berpisah dengan mereka seperti ini.
Ia berjanji akan melakukan yang terbaik di Tokyo dan meminta adik-adiknya melakukan yang terbaik juga di desa.
Malam itu ibu memberikan korek api dari Suzufuritei pada Mineko. Awalnya Mineko menolak karena itu barang berharga ibu yang ditinggalkan ayah terakhir kalinya. Tapi Ibu ingin Mineko membawanya, karena ia merasa itu adalah jimat keberuntungan mereka, yang akan melindungi Mineko nantinya.
Ibu juga memberikan sebuah jaket merah yang cantik pada MIneko, MIneko bisa menggunakan disana dan tidak akan malu karena ia berasal dari desa di Tokyo nanti. Mineko sangat senang.
Saat mereka akan tidur, Mineko pindah ke dekat ibunya, ia ingin memeluk ibunya saat tidur sebelum ia berangkat ke Tokyo besok.
Keesokan harinya, hari keberangkatan Mineko ke Tokyo. Dia akan berangkat dengan kereta siang, jadi pagi harinya, ia masih di rumah. Ia menatap sawah dan ladang mereka untuk terakhir kalinya, menyentuh tanah ibaraki sambil tersenyum.
Saat kembali ke rumah, ia harus mengurus kasur karena adiknya Susumu pipis di kasur lagi, MIneko mengeluh kenapa ia harus mengurus kasur adiknya di hari ia berangkat ke Tokyo, meski ia hanya bercanda.
Kakek kemudian memberikan uang pada Mineko untuk disimpan, Mineko bisa menggunakannya saat terdesak. Awalnya Mineko menolak, tapi kakek ingin Mineko membawanya, hanya itu yang bisa ia berikan pada Mineko.
kakek memberi nasehat pada cucunya agar Mineko selalu mengangkat kepalanya saat bekerja, bekerja dengan jujur dengan begitu Mineko akan baik-baik saja. Mineko mengerti.
Perpisahan di rumah Mitsuo saat sarapan cukup membuat aku ingin menangis.
Mitsuo makan dengan lahap dan cepat. Ia terus meminta tambah lagi dan lagi membuat ibunya bingung. MItsuo tidak berhenti mengunyah nasi dan ingin tambah terus sampai akhirnya nasi sudah habis dan ia makan di mangkuk terakhirnya, barulah ia makan dengan pelan. Taro mengerti perasaan adiknya dan memberikan lauknya pada adiknya.
Mitsuo matanya sudah berkaca-kaca saat makan.
Sementara itu di rumah Tokiko ibu menangis, ia masih tidak percaya kalau puterinya akan pergi hari ini, meninggalkannya seperti ini. Ibunya ingin Tokiko memikirkan ulang mengenai kepergiannya, karena jika Tokiko pergi rumah mereka akan membosankan, karena hanya ada 2 pria tak berguna bersamanya HAHAHAHHAHA.
Tapi karena Tokiko sudah memutuskan akan pergi, ibu tak punya pilihan dan mengatakan pada puterinya untuk menjadi artis no 1 di jepang. Tokiko terkejut karena ibu akhirnya mendukung impiannya ingin mejadi artis.
Di rumah Mineko, Mineko juga makan dengan sangat lahap. Ia minta tambah juga. Sementara adik-adiknya tidak berselera makan. Mineko mengatakan kalau mereka tidak makan maka ia akan makan lauk mereka dan adiknya malah memberikan semuanya kalau kakaknya mau. Mineko tertawa melihat mereka berdua dan mengatakan kalau ia hanya bercanda.
Ibu bertanya apakah Mineko benar tidak mau diantar sampai ke stasiun kereta dan Mineko mengatakan ia dan teman-temannya memutuskan keluarga mengantar sampai stasiun bus saja, mereka akan baik-baik saja, karena mereka tak ingin cengeng di stasiun kereta karena pasti banyak yang begitu disana. Ibu tersenyum dan mengatakan kalau mereka sudah dewasa.
Mineko berangkat ke stasiun bus bersama ibu, Chiyoko dan Susumu, kakek menantap kepergiannya. Mineko melambai untuk terakhir kalinya.
Keluarga mengantar anak-anak mereka yang akan berangkat ke Tokyo. Mineko, Tokiko dan Mitsuo sudah masuk ke dalam bus.
Ibu Mitsuo mengingatkan puteranya untuk tidak sakit dan menjaga kesehatan, bekerja dengan rajin. Ibu Tokiko meminta puterinya menjaga kesehatan. Sementara ibu Mineko tidak mengatakan apa-apa dan hanya tersenyum pada puterinya.
Keberangkatan mereka penuh haru. Para orang tua menangis melihat kepergian anak-anak mereka. Chiyoko dan Susumu terus mengejar sambil menangis.
Sementara mereka bertga di dalam bus terus menatap keluar jendela sampai semuanya menghilang dari pandangan. Tentu saja mereka juga menangis tapi mereka berusaha bersikap kuat.
PAda masa itu, ada kereta khusus yang membawa para siswa yang merupakan grup pekerja ke Tokyo, ada sekitar 15000 siswa yang berangkat ke Tokyo untuk bekerja dalam 100 kali perjalanan.
PAra siswa kebanyakan adalah siswa SMP. Mineko dkk ada diantara mereka, Tokiko memuji baju Mineko yang cantik, MIneko bangga karena ibu menjahitnya khusus untuknya. Sementara itu Mitsuo mengkhawatirkan Mineko yang akan bekerja di pabrik radio, pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sementara Mineko orangnya clumsy. Tokiko juga khawatir, Mineko sebenarnya juga sempat berfikir mengenai hal itu, tapi itu malah membuatnya depresi jadi ia berhenti memikirkannya HAHAHAHHAHA.
Mineko dkk kemudian makan bekal mereka di kereta, mereka sangat menikmati bekal terakhir yang dibuat orang tua mereka. Mineko kemudian menyadari ada seorang anak yang tidak membawa bekal dan duduk sendirian. Ia mengajak anak itu mengobrol dengan memuji jepitan rambutnya, pada akhirnya mereka meminta anak itu bergabung dengan mereka dan makan bekal bersama. Awalnya anak itu menolak tapi mereka memaksa dengan alasan onee-san ini kalau ditolak niat baiknya akan sanga menyeramkan, begitulah kata Mitsuo.
Anak itu baru lulus SMP, bernama Nabatame Sumiko yang ternyata akan bekerja di pabrik yang sama dengan Mineko dan Tokiko, sungguh sebuah kebetulan.
Kereta akhirnya tiba di Tokyo, seluruh siswa yang ada disana bangkit dan keluar.
Stasiun Ueno saat itu sangatlah ramai, untuk orang yang baru pertama ke Tokyo, itu adalah tempat yang menakutkan karena gampang tersetar. Mineko dan Tokiko saling bergandengan tangan. Mineko mengatakan dalam hati ini pertama kalinya ia melihat begitu banyak orang asing dan ia sangat takut.
Para kelompok pekerja berkumpul menunggu orang dari perusahaan yang menjemput mereka.
Mitsuo dijeput pertama dan ia dengan cepat meninggalkan Mineko dan Tokiko, bahkan tanpa salam perpisahan, karena orang yang membawanya kelihatan sibuk dan cekatan.
Satu per satu dari para siswa di panggil dan waktu berlalu, tapi orang dari Mukojima Electric belum juga datang menjemput.
YAng menjemput mereka adalah Aiko-san, orang yang ditelpon oleh Tagami sensei waktu itu. Ia meminta maaf karena terlambat dan bahkan mengomentari kalau ia pikir Tagami Sensei lebih tua lagi. HAHAHAHAHHA.
Sensei kemudian memperkenalkan para siswanya dan Aiko-san mengecek catatan pegawai baru dari perusahaan, ada nama Tokiko dan Sumiko, tapi nama Mineko tidak ada. Tentu saja Sensei panik dan mengingatkan kalau Mineko adalah pegawai baru tambahan waktu itu.
Aiko-san juga tak mengerti kenapa nama Mineko tidak ada, ia memutuskan menelpon perusahaan untuk mengecek kembali dan Tagami sensei menemaninya.
Mineko kelihatan shock dan ia mulai takut bagaimana kalau namanya tidak ada disana. Tiba-tiba lututnya lemas, Mineko akan menangis. Tokiko bertanya apakah ia baik-baik saja. Mineko khawatir apa yang harus ia lakukan kalau ia tak dapat pekerjaan.
Tokiko mengatakan itu tak mungkin terjadi. Tapi Mineko sudah dipenuhi dengan pikiran negatif, ia bertanya-tanya apakah ia harus pulang ke desa, tapi ia tentu saja tak bisa kembali.
Tokiko dan Sumiko berusaha meyakinkan Mineko semuanya akan baik-baik saja.
Tak lama kemudian Aiko dan Tagami sensei kembali dan ia sudah mengkonfirmasi ke perusahaan kalau nama Mineko ada disana. Mineko lega mendengarnya.
Mineko bahkan menangis dan Aiko meminta maaf karena membuat Mineko kahwatir. Ia mengucapkan selamat datang ke perusahaan mereka dan Mineko mengatakan ayo bekerja bersama-sama.
Tagami sensei meminta Aiko-san menjaga siswanya, ia juga meminta Mineko dkk menjaga kesehatan dan melakukan yang terbaik dalam pekerjaan mereka.
Mineko dkk berterima kasih pada sensei dan mereka membungkuk.
Mineko dkk kemudian mengikuti Aiko-san menuju ke perusahaan, Aiko-san kelihatan malah lupa jalan pulang arah kemana, membuat Mineko dkk khawatir, HAHAHAHHAHA.
Tokiko mengatakan pada Mineko untuk tidak kalah dengan Tokyo. MIneko mengerti.
-The End-
Komentar:
Hiyokko memang tidak pernah gagal membuat menangis di setiap episodenya, ini drama nggak terlalu populuer internasional tapi beneran bagus dan slice of life-nya menyentuh banged.
Apalagi di episode ini Mineko dkk meninggalkan desa untuk memulai kehidupan baru ditempat yang tidak mereka kenali dan hanya dengan diri mereka sendiri. Untuk tahap awal, modal mereka adaalh keberanian dan percaya pada orang lain.
Tidaklah mudah untuk memulai sesuatu, mengingat usia mereka yang masih mudah.
Tapi Mineko dkk sudah cukup umur dibanding pekerja lain yang meninggalkan kampung halaman setelah lulus SMP.
Persahabatan Mineko, Tokiko dan Mitsuo boleh keren, tapi persahabatan orang tua mereka juga nggak kalah dan sangat menghangatkan hati. Aku memang selalu bertanya-tanya kenapa sih keluarga Mitsuo itu seperti itu, kok kayak nggak sayang sama dia gitu. Tapi ternyata ibu punya alasannya sendiri, agar Mitsuo nantinya tidak berat hati meninggalkan rumah. Dalam pikiran ibu sih kalau Mitsuo membencinya maka akan mudah bagi Kistuo meninggalkan rumah nantinya.
TApi tentu saja bagi seorang ibu berlaku seperti itu pada anaknya tidaklah mudah, ia juga terluka karena berlaku kasar pada anaknya sendiri.
Mulai minggu depan, fokus Hiyokko adalah Tokyo, kita masuk ke part Tokyo dan sepertinya kita tidak akan melihat Ibaraki lagi. Mungkin akan ada beberapa scene saja.
Aku penasaran bagaimana pertemuan Mineko dan keluarga Suzufuritei dan juga Watahiki :))
Bagaimana Mineko di tempat kerjanya, apakah ada antagonis jahat atau tidak. Tapi biasanya sih asadora jarang ada yang jahat banged ya.
Tapi cerita Hiyokko kayaknya ketebak sih, mungkin masalah minggu depan adalah kesulitan MIneko di tempat kerjanya.
0 komentar:
Posting Komentar