Sinopsis Koinaka Episode 6 Part 1
Akari dan Aoi tiba di Tokyo. Akari menyerahkan baju yang dipinjamkan Aoi dan keduanya berpisah tanpa ngobrol apapun.
Keduanya berjalan berlawanan.
Aoi tampaknya ingin mengatakan sesuatu, atau ia penasaran apakah benar Akari tidak merasakan ciumannya saat itu. Ia berbalik dan menatap Akari yang berjalan menjauh.
Aoi menghela nafas dan melanjutkan langkahnya, tepat saat Akari menghentikan langkahnya dan menatap Aoi.
Akari menatap Aoi dengan banyak pikiran di otaknya. Tapi kemudian ia melanjutkan perjalanannya lagi.
Keduanya berpisah.
Akari kembali ke rumah. Erika menyambutnya dan langsung bertanya apakah ia baik-baik saja. Erika protes karena membuat dirinya sangat khawatir.
Akari merasa sangat bersalah, ia bahkan membungkuk meminta maaf.
Erika khawatir melihatnya dan bertanya apakah akari dan Shota baik-baik saja.
Akari terdiam, ia hanya mengatakan kalau mereka baik-baik saja.
Akari masuk ke kamarnya. Ia duduk sambil berfikir.
tentu saja, ia memikirkan Aoi, malam dimana mereka saling mengakui kalau mereka adalah cinta pertama masing-masing.
Dan tentu saja tentang ciuman itu.
Sementara Aoi duduk di atas apartemennya dan memikirkan hal yang sama sambil tersenyum.
Koinaka ~BestFriend in Love~ Episode 6
-Decisions-
Shota di rumahnya, ia mengambil manga One Piece dan mengingat bagaimana Akari marah padanya mengenai hal itu. Shota memutuskan membawa manga itu kesuatu tempat. Ia memasukkannya dalam tasnya.
Akari memberikan les pada Kokone. Tapi ia sama sekali tidak konsentrasi.
Kokone protes karena Akari termenung sedari tadi. Akari minta maaf. Kokone mengingatkan kalau Akari seperti itu, ia tidak akan lulus ujian kualifikasi guru-nya.
Kokone menatap Akari dan bertanya karena penasaran, apakah kau ada masalah dengan dokter intern itu?
Akari terkejut. Kokone mengatakan belakangan dokter juga bersikap aneh.
Akari terdiam.
Kokone kesal dan mengatakan kalau Akari seharusnya tidak kehilangan semangatnya meskipun ia putus atau bertengkar.
Akari terdiam. Ia menatap Kokone dan berfikir kalau Kokone benar. Meskipun ada masalah, ia seharusnya tidak terbawa perasaan dalam pekerjaannya.
Hal yang sama terjadi pada Aoi. Ia memasang wajah mudeng-nya dan termenung membuat Megane senpai kesal dan mengganggunya, berhenti termenung! apa kau sedang memikirkan seorang gadis?
aoi diam saja, ia tidak menjawab karena Mariko dan Ishohara senpai tiba di kantor. Isohara mengatakan Mariko san akan memberikan pengumuman, yang lain mendengarkan. Mariko mengatakan sesuatu tentang Hachiouji akuarium, tapi ia tak bersemangat mengatakannya lagi dan meminta Isohara saja yang mengatakannya.
Aoi penasaran dan bertanya ada apa dengan Mariko-san yang kelihatan tidak bersemangat.
Isohara mengatakan kalau klien mereka memutuskan membangun cafe penguin, bukan akuarium.
Isohara mengeluarkan design-nya dan semuanya berkumpul mengelilinginya. Mirei menyukainya karena ia suka pinguin.
Mariko mendengarkannya dan bertanya, kau menyukainya?
Mirei membenarkan. Mariko bertanya lagi, seberapa suka kau pada penguin?
Mirei bingung. Mariko bertanya lagi, Apa kau bisa hidup di kampung pinguin?
Mirei masih bingung tapi ia membenarkan.
Mariko mengatakan 'sugoi' dengan nada malas tak bersemangat.
Megane bingung, ia bertanya pada Isohara, memangnya ada ya kampung pinguin?
Mariko kemudian bangkit lagi dan mengatakan ia benar-benar tak menyukai pinguin, tapi klien tetap memaksa. Ia bahkan mengatakan kalau pinguin sulit jalan di darat tapi cepat sekali menyelam. Ia tak suka dan karena itu ia tidak bisa menemukan ide papun untuk pingin cafe itu.
Mariko berjalan melewati mereka mengambil air minum dan kembali ke kursinya. Kemudian ia bertanya pada Mirei, jadi, apa kau ingin mendesignnya? Jika kau menyukai pinguin, kau bisa memperlihatkannya dalam designmu.
Mirei bersemangat mendengarnya, artinya, kau mempercayakan design itu padaku?
Mariko membenarkan. Mirei senang sekali. Ia akan melakukan yang terbaik.
Aoi melihat keduanya dan ia merasa iri karena Mirei mendapat proyek design yang cukup besar sedangkan ia hanya rumah kelinci.
Mariko melihatnya dan memanggilnya, menyuruhnya melakukan yang terbaik juga. Aoi senang mendengarnya, tapi harapannya pupus saat tahu dia disuruh menjadi asisten Mirei. Tapi ia tak bisa menolak. Mirei senang karena AOi akan menjadi asistennya dan tersenyum melihat Aoi, aku berharap padamu.
Aoi mengiyakan dengan wajah tidak puas.
Akari masih dirumah sakit, ia berjalan di lorong menuju pintu keluar saat Shota memanggilnya.
Akari terkejut, ia menghentikan langkahnya dan berbalik. Akari menatap shota dengan dingin.
Shota tak peduli dan mengatakan kalau ia ingin bicara.
Akari dan shota bicara di atap rumah sakit.
Shota bertanya, apakah kau sudah bertemu dengan ayahmu?
Akari membenarkan. Shota kemudian minta maaf atas semua yang telah ia lakukan.
Akari mengatakan ia akan membayar uang itu pada Shota, meski tidak sekarang.
Kemudian keduanya terdiam.
Shota kemudian mengakui kalau ia sudah melakukan hal yang jahat, tentang ayah Akari, juga tentang surat itu. Ia menyadari bahwa ia tidak berhak bersama Akari.
Shota menatap Akari dan bertanya, aku rasa kau akan baik-baik saja tanpa aku, bukan?
Akari terkejut dan memandangnya. Shota tersenyum. Ia menyemangati Akari karena ujian kualifikasinya sebentar lagi.
Akari diam saja. Shota berkata, kau akan baik-baik saja. Aku melihat kerja kerasmu selama ini, aku jamin kau akan lulus. Kau akan menjadi guru yang baik. Aku harap.
Akari tidak membalas. Ia diam saja. Melihat ekspresi Akari, shota berkata, jangan membuat wajah seperti itu. Aku suka melihat wajah tersenyummu.
Akari berkata, disaat-saat seperti ini, aku tidak bisa tersenyum.
shota mengerti. Ia berdiri, ia menatap Akari, selama ini, terima kasih untuk semuanya.
Shota berjalan meninggalkan Akari, menahan perasaannya.
Akari terdiam menatapnya, kemudian menunduk.
Akari menceritakan semuanya pada Erika. Erika tak percaya Shota mengatakan hal itu. Akari mengatakan kalau ia juga tak percaya.
Erika bertanya, kau mengatakan padanya? Soalnya, selama ini dia berbohong tentang semuanya.
Akari menghela nafas. Ia mengatakan ia tak bisa berkata apa-apa, tentang semuanya, kemarahannya, kekecewaannya. Ia tak penah sekalipun berfikir akan datang hari-hari seperti ini. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan tentang lima tahun terakhir bersamanya.
Aoi di rumah mengeluh karena bir tidak ada, padahal ia baru membelinya. Kouhei sadar, ia minta maaf karena ia kemarin meminumnya dengan Shota. Kouhei mengatakan ia akan membelinya nanti.
Aoi cukup terkejut karena shota berkunjung saat ia tidakl ada. Kouhei mengatakan ia mengundang Shota, ia pikir Shota dan Akari bertengkar, jadi ia mencoba mendengarkan.
Nanami bertanya pada Kouhei, apakah Akari-chan dan Shota benar-benar putus?
Kouhei mengatakan kalau ia pikir Akari hanya salah paham. Semuanya akan baik-baik saja karena ia sudah menyuruh Shota bicara pada akari tentang semuanya.
Aoi diam-diam mendengarkan mereka.
Bel berbunyi. Aoi membuka pintu dan terkejut Shota datang untuk bicara dengannya.
Kouhei dan Nanami penasaran melihatnya.
Shota dan Aoi naik ke atap apartemen. Shota baru pulang dari rumah sakit, ia masih membawa tasnya.
Shota berterima kasih karena sudah menjemput Akari saat menemui ayahnya. Aoi mengatakan kalau ia tidak melakukannya demi Shota. Ia pergi karena keinginannya, ia ingin bersama Akari saat itu.
Shota tertawa, ah, benarkan. akhirnya kau mengatakannya. Tapi, aku sudah tahu sejak lama, bagaimana perasaanmu tentangnya. Bahkan sejak 7 tahun lalu, aku juga tahu bagaimana perasaan Akari padamu.
Aoi terdiam.
Shota mendekatinya dan membuka tasnya. Ia mengeluarkan manga one piece dan menyerahkannya pada Aoi.
Aoi bingung, apa ini?
Shota mengaku, pagi hari, saat Akari menghilang, aku menemukan ini di mejamu.
Aoi bingung, HAH?
Shota menatap Aoi dengan tajam dan berkata jujur, Aku mencurinya dan terus menyimpannya untuk waktu yang lama.
Aoi masih tidak mengerti. Ia menatap manga one piece itu.
Shota berkata, Akari menuliskan surat untukmu. Aku tidak ingin kau membacanya.
Shota mengerutkan keningnya. Aoi mengambil manga itu.
Aoi membuka manga one piece dengan perlahan. Membalik hingga halaman terakhir, dan ia menemukan sebuah note.
Surat yang ditulis Akari 7 tahun lalu, tentang perasaannya pada Aoi, dan janji bertemu kembali di tahun berikutnya saat hanabi.
aoi terkejut. Shota mengatakan kalau ia ingin menemui Akari sebagai pengganti Aoi. Itu lah pertemuan mereka 6 tahun lalu dan mulai berpacaran dengannya.
Aoi masih terkejut, ia bingung, ia memainkan matanya, mencari jawaban apa yang harus ia lakukan.
Shota berkata lagi kalau ia tidak ingin Aoi bertemu dengan Akari saat itu. Aoi mulai merasakan kemarahannya. Ia menggenggam manga one piece dengan erat, ia mencoba mengepalkan tangannya.
Shota menyadarinya, ia menunduk dan meminta maaf dengan sungguh-sungguh. Ia membungkuk di hadapan Aoi.
Aoi masih tak sanggup memandang Shota karena kekesalannya.
Shota melihat Aoi terus diam dan menyadari kalau Aoi punya banyak pikiran tentangnya. Ia mengambil tasnya dan akan pergi tapi aoi menghalanginya. Aoi mencengkeram baju Shota.
Aoi benar-benar kesal. Ia menggeram dan menunduk. Ia ingin sekali marah dan memukul Shota saat itu. Tapi ia akhirnya melepaskan tangannya.
Aoi menunduk terdiam. Shota melihat ekspresi Aoi yang kecewa padanya. Ia tahu bagaimana marahnya Aoi tentang hal itu. Akhirnya ia memutuskan meninggalkan Aoi.
Shota meninggalkan Aoi yang masih terdiam dalam kemarahannya.
Dan kita bisa melihat hal itu didengarkan oleh Nanami dan Kouhei yang menguping di balik dinding. Keduanya juga terkejut mendengarkannya.
Aoi masih di atas. Ia membuka satu per satu halaman manga one piece dan teringat bagaimana Akari selalu membahas tentang surat dan selalu terlihat kesal karena ia tidak mengerti.
Ia membaca lagi surat Akari dan teringat bagaimana mereka mengakui perasaan masing-masing.
Aoi menangis mengingat semuanya. kekecewaan, kemarahan, penyesalan, kesedihan, ia menuangkannya dalam tangisannya malam itu.
Malam itu Aoi tidak bisa tidur. Ia masih terbangun, berfikir sepanjang malam. Ia memperhatikan manga one piece volume 51 dimana Akari meletakkan suratnya.
aoi mengambilnya dan memasukkan dalam koleksi manga one piece dilemarinya. Lengkap.
Ia masih memegang surat itu, ia menatapnya dan sepertinya ia sudah mengambil keputusan, apa yang harus ia lakukan dan bagaimana ia harus bertindak.
Akari sedang belajar untuk ujiannya di tempat les. Ia sangat kelelahan karena waktu ujiannya semakin dekat.
HP nya bergetar. Ia melihat Aoi sedang menelponnya. Akari tidak langsung menjawab, ia berfikir, ia ragu apakah ia harus menerima telpon atau tidak.
Pada akhirnya, ia dan Aoi berjanji bertemu. Ia melihat Aoi sudah menunggunya di bangku taman. Aoi melihat Akari dan menyapanya tanpa suara. Akari juga melambaikan tangan. Tidak ada senyuman.
Keduanya duduk di bangku taman. Akari bertanya, apa yang ingin kau bicarakan?
aoi bertanya, apa kau ingat Keimi?
Akari bingung, HAH?
Aoi berkata, Putri duyung teman designer Wannabe Hachi.
Akari bingung, sebenarnya kau bicara apa sih?
Aoi tanpa menatap Akari berkata, One Piece. Akhirnya aku membaca volume 51.
Akari terkejut.
Aoi mencoba bersikap biasa saja dan mengatakan mengenai Keimi yang diculik dan diselamatkan oleh Lufi.
Akari terdiam, ia tak tahu harus bicara apa. Aoi mengatakan ia sudah membaca suratnya.
akari menatap Aoi. Aoi meminta maaf karena tidak bisa datang untuk bertemu Akari saat itu. Dan ia juga minta maaf karena berdiri di depan akari (?)
Akari seperti ingin menangis mendengarnya, apalagi saat Aoi berkata seandainya tidak terlalu terlambat, ia ingin mendapatkan kembali apa yang hilang itu. (kimochi ni?)
Akari dan Aoi saling menatap. Akari tidak tahu harus bereaksi bagaimana, ia mengalihkan pandangannya. Ia bingung.
Aoi kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya untuk mengalihkan pembicaraan. Omamori. Jimat keberuntungan. Ia memberikannya pada akari, ia yakin Akari akan lulus ujian dengan jimat itu.
Akari melihatnya. Kemudian ia bertanya, kenapa?
aoi bingung, Hmm???
Akari menunjukkan jimatnya, kenapa ini jimat untuk kesehatan?
Aoi shock, AAAAA,, benarkah?? Tidak, tidak,tidak, aku yakin aku membeli jimat untuk ujian!
Aoi mulai panik dengan ekspresi lucu karena ia salah ambil dan membuat Akari tertawa.
Aoi merasa malu sekali dan mengatakan ia akan menukarnya, tapi Akari tidak mau menyerahkannya karena ia menyukai jimat itu.
Melihat Akari yang kembali tertawa, Aoi tersenyum diam-diam dibelakang Akari.
Aoi kemudian berkata, Ano sa, Akari, Jika kau lulus ujian nanti, ayo kita rayakan bersama-sama.
Akari menjadi ragu, tapi.... aku tidak tahu apakah aku bisa lulus atau tidak.
Aoi menasehati Akari, kalau Akari tidak cocok bersikap tidak yakin seperti itu. Untuk ujian ini, bukankah kau sudah berusaha keras? Kau akan baik-baik saja, bahkan jika kau tida memiliki apapun, kau masih punya semangat.
Akari tersenyum. Aoi mengangguk dan mengatakan bahkan jika akari gagal, tetap akan ada pesta untuk menghibur Akari.
Aoi mengejek, lihat, lihat, lihat, tadi kau bahkan tidak punya kepercayaan diri.
Akari makin sebal, Urusai na! Jika aku gagal, maka itu salahmu karena kau memberikanku jimat yang salah.
Aoi tidak ingin disalahkan dan meminta jimatnya, ia akan menggantinya. Akari tidak mau karena ia menyukai jimat itu.
Keduanya tertawa lagi. Akari senang Aoi mendukungnya.
"Arigato, Aoi."
Akari mengucapkannya sambil tersenyum manis. Aoi tersenyum dan mengiyakan.
Lalu keduanya berpisah.
Akari menghentikan langkahnya dan berteriak, AOI!
Aoi berbalik.
Akari tersenyum dan berkata, Aku akan melakukan yang terbaik.
Akari mengeluarkan 'piece' nya.
Aoi membalas, Ou!!!
Ia juga mengeluarkan 'piece' nya.
Keduanya kali ini benar-benar berpisah dengan senyuman di wajah masing-masing.
Hari ujian kualifikasi Guru.
Akari bersiap-siap untuk berangkat.
Erika panik dan menanyakan apakah Akari sudah membawa sapu tangan dan kertas? pulpen?
Akari tersenyum dan mengatakan kalau ia baik-baik saja.
Erika bertanya lagi, bagaimana dengan tiket masuk?
Akari tersenyum dan mengeluarkan tiketnya.
Erika mengatakan kalau ia seperti ibu yang mengantar anaknya akan ujian.
Erika menyemangati Akari. Akari tersenyum.
Dikantor Aoi sedang mengirim sms saat Mirei mengajaknya rapat.
Akari tiba di gerbang saat ia mendapat sms dari Aoi yang berbunyi 'aku harap kau tidak sakit perut karena terlalu gugup'.
Akari tersenyum memabacanya. Ia kemudian mematikan ponselnya.
Ia mengambil jimat dari Aoi dan menggenggamnya, ia melangkah masuk ke universitas tempat ujian diadakan.
Bersambung ke Part 2
0 komentar:
Posting Komentar