Omedetou, Koinaka. Rating Episode 3 akhirnya dua digit, naik 1,5% menjadi 11,9% (Ep 1 = 9,8% ; Ep 2 = 9,9%)
Sinopsis Koinaka Episode 3 Part 1
Aoi kembali ke rumah setelah seharian berkencan dengan Akari. Begitu ia tiba, Kouhei langsung mengintrogasinya dengan semangat, bagaimana? bagaimana?
Aoi bingung dan mengatakan kalau filmnya menyenangkan.
Kouhei kesal, bukan itu! Apa kau tidak berdebar-debar?
Aoi terkejut, HAH?
Kouhei kembali dengan kata-kata yang menusuknya, Soalnya kau kan seharian bersama Akari, apakah cinta lama muncul kembali?
Aoi terdiam tapi kemudian menyangkal, tidak ada hal seperti itu, ah, bagaimana dengan perutmu?
Kouhei dengan santai menjawab kalau ia hanya konstipasi saja, lega rasanya semua sudah keluar.
Ia kemudian mulai mengemil puding. Ia bahkan memuji kalau puding Tokyo memang enak.
aoi menatapnya, ia kemudian mengatakan itu punya Nanami, kalau Nanami pulang Kouhei pasti mati.
Kouhei shock, apalagi terdengar suara Nanami kembali ke rumah, ia sibuk menyembunyikan pudingnya.
Sementara itu di rumah Akari, Akari sibuk menceritakan tentang film yang ia tonton bersama Aoi. Akari sangat bersemangat, Shota hanya menanggapi sedikit. Ia bertanya, apakah begitu menyenangkannya jalan bersama dia?
Akari tidak terlalu mendengarkan jadi ia bertanya balik, apa?
Shota berkata, ah tidak apa-apa, soalnya dari tadi kau terus membicarakan filmnya, menyenangkan ya?
Akari mengatakan filmnya sangat menyenangkan, ia berharap Shota juga ikut.
Shota minta maaf, lain kali mereka akan pergi bersama.
Akari tersenyum kemudian permisi ke dapur untuk mengambil cemilan.
Setelah Akari pergi, Shota tampak memandangi pamflet film itu, ia menatapnya dengan wajah agak kesal, kemudian menghela nafas.
Sementara itu Aoi sedang berendam di bak mandi, dengan banyak pikiran di kepalanya, Tentu saja bayangan Akari terus menerus ada dibenaknya, kencan pertama mereka berdua setelah 7 tahun.
Tapi kemudian bayangan Shota yang memeluk bahu Akari kembali melintas. Aoi segera mencuci wajahnya untuk menghilangkan bayangan itu. Ia menghela nafas dan menggaruk-garuk kepalanya.
Keesokan harinya di tempat kerja, pelanggan mereka, sepertinya calon pengantin memakai jasa untuk rumah pengantin baru mereka. Mereka bicara pada Mariko-san, bos Aoi.
Sementara itu Aoi sibuk di mejanya dan membereskan meja tempat diskusi tadi, ia melihat payung ketinggalan. Ia mengejar pasangan itu. Pasangan yang kelihatan sangat berbahagia. Aoi tersenyum menatap mereka.
<BTW aku baru nyadar, Ruiko Saeki, mantan Aoi kerja disana juga????>
Akari sedang melakukan sesuatu dengan rak bukunya sambil senyam-senyum membuat Erika menebak pasti ada sesuatu yang bagus terjadi karena sejak tadi Akari sangat ceria.
Akari tersenyum, awalnya ia mengelak tapi akhirnya ia mengatakan alasan kenapa ia bahagia karena ia dan teman masa kecilnya kembali seperti dulu lagi.
Erika tersenyum nakal dan mendekati Akari, apa dia cinta pertamamu?
Akari langsung shock membuat Erika menatapnya, kau mudah sekali ditebak.
Akari kemudian mulai menceloteh dengan cepat kalau Erika juga pasti punya satu atau dua.
Erika mengingatkan Akari kalau tidak ada yang namanya 2 cinta pertama.
Erika kemudian bertanya, jadi orang seperti apa dia?
Akari menjelaskan kalau dulu Aoi itu pendek dan sering diganggu, dia bahkan selalu bersembunyi dibelakangnya.
Erika makin tertarik, Eeeee, lalu apa yang kau suka darinya?
Akari mengatakan awalnya ia sama sekali tidak punya perasaan apa-apa, tapi lama kelamaan ia sadar kalau ia sudah jatuh cinta.
Erika mengangguk, lalu apa yang terjadi.
Dengan cepat, tanpa perasaan Akari menjawa, Aku ditolak.
Erika kecewa.
Akari mengingat kenangan terakhirnya, ia berkata, sebelum aku pergi dari Toyama, kami sama-sama melihat kembang api, tapi aku tidak bisa mengatakan perasaanku. Jadi aku meninggalkan pesan untuknya, untuk bertemu denganku tahun berikutnya, tapi dia tidak pernah datang.
Akari tampak kecewa, tapi kemudian ia meninggikan suaranya, Ahh, tapi itu masa lalu, dia meninggalkanku begitu saja. Ia melanjutkan menyusun buku di rak buku yang ia buat sendiri, bukannya di paku tapi hanya di ikat tali dan di kasih plester???
Erika kemudian berfikir, hey, bukan kah itu gawat? Kau bertemu cinta pertama yang telah menolakmu. Bagaimana jika kau jatuh cinta lagi padanya? Padahal kau punya shota.
Erika membayangkan yang tidak-tidak dan berteriak, aaaa, itu curang!
Akari marah, apa yang kau katakan?! Hal itu tidak akan terjadi!
Dan rak buku langsung rusak seketika, buku berjatuhan. Akari kesal. Erika berkomentar kalau Akari perlu beli rak baru.
Akari menghela nafas, ia tidak punya uang.
Erika mneyuruhnya membuat rak sendiri, tapi Akari mengatakan ia tidak mengerti caranya.
Erika bertanya lagi, memangnya kau tidak punya seseorang yang mengerti cara membuat rak?
Akari menghela nafas tapi kemudian ia teringat seseorang.
Aoi sedang ada di lokasi konstruksi. Ia bertugas mengambil foto.
Aoi kemudian melihat seseorang disana, yang sepertinya ia kenal. Tapi ia tidak melihatnya dengan jelas. Seniornya memanggilnya untuk mengambil foto dari berbagai sudut, jadi ia kehilangan fokus tentang orang itu.
Sepertinya itu ayah Akari.
Malam harinya, Nanami sedang membaca buku, Aoi di dapur. Nanami meminta jus pada kakanya yang kebetulan membuka lemari es. Aoi mengambil dan mengejutkan Nanami karena meletakkannya di leher Nanami. Ia mengingatkan Nanami setidaknya pakai kata 'tolong'.
Kemudian Aoi duduk di meja makan sambil berfikir, ia bertanya, hei, Nanami, apa kau masih ingat ayah akari?
Nanami heran, kenapa kau tiba-tiba bertanya?
Aoi berkata ia hanya penasaran apakah ayah Akari baik-baik saja.
Nanami kembali membuka bukunya, kenapa tidak tanya pada Akari saja?
Aoi terdiam kemudian tertawa, ah, ia juga ya.
Nanami berkata, tadi dia menelponmu.
Aoi terkejut, EHHHH??
Ia berlari mendekati ponselnya, panggilan tak terjawab dari Akari.
Aoi kesal, jangan sembarangan melihat ponsel orang.
Nanami kalem saja, makanya jangan meninggalkannya disini.
Aoi masih mau marah tapi tiba-tiba Akari menelpon lagi, ia segera bangkit dan masuk ke kamarnya.
aoi mengangkat telpon dan hanya bicara singkat, iya, baik, tidak apa-apa, jadi kita ketemu hari minggu.
Nanami yang mendengarnya bertanya, kencan?
Aoi menjawab tidak.
Nanami berdiri menuju kamar dan mengerjai kakaknya dengan menempelkan jus dingin di pipi Aoi, kau harus hati-hati, nanti kau bisa jatuh cinta lagi dengannya.
Aoi kesal, tidak akan!
Tapi kemudian ia tidak bisa menyembunyikan senyuman bahagia di wajahnya. Ia meneguk minumannya lagi sambil menahan senyum.
Hari minggu, Aoi dan Akari bertemu. Tentu saja Akari memintanya membuatkan rak. Mereka berdua sedang menuju toko untuk mencari peralatan yang dibutuhkan sambil ngobrol.
Aoi bahkan sudah menyiapkan designnya dan memberikannya pada Akari. Ia juga mengatakan memilih bahan tertentu supaya lebih murah dan bla bla bla.
Akari memuji design buatan Aoi.
Dan ternyata mereka gak berdua!!!! entah dari mana Erika muncul (atau memang dari tadi ada disana), bahkan ia memeluk lengan Aoi, OMG!!
Erika mengatakan ini seperti kencan, ia bahkan tak percaya Akari menyembunyikan teman setampan Aoi.
Ia kemudian tertarik bertanya bangunan seperti apa yang Aoi buat. Aoi mengatakan ia masih asisten. Erika kecewa dan melepaskan pelukannya, Aoi bahkan shock. HAHAHAHAHAH..
Erika kemudian berttanya lagi, Apa kau punya teman arsitek yang punya gaji 10 juta per tahun?
Aoi bingung, ia memiringkan kepalanya. Erika mengingatkan, gaji bersihnya.
aoi masih mikir saat Akari melihat sesuatu yang lucu dan memanggil Erika, keduanya berlari untuk melihat bangku yang lucu meninggalkan Aoi.
Aoi tak tahu harus bagaimana dan akhirnya hanya bisa tersenyum melihat keduanya.
Koinaka ~Best Friends in Love~ Episode 3
~Truth of the Seventh Year~
Aoi mengajak mereka berbelanja di toko lantai dua, belum apa-apa Erika sudah mengeluh capek.
Saat Akari dan Aoi asyik memilik bahan, Erika malah mondar mandir sambil makan. Ia sama sekali tidak membantu.
Saat Akari dan Aoi bertengkar soal cat, Akari ingin warna merah, Aoi ingin warna putih, Erika malah makan sambil mengikuti pria tampan dan bahkan lewat diantara mereka berdua, LOL.
Akhirnya belanja bahan-bahan pun selesai, tentu saja Aoi yang membawa semuanya sedangkan cewek berdua asyik lari-lari.
Ketiganya istirahat. Aoi memberikan ice cream pada Akari. Erika datang dan mengambil ice cream Aoi membuat aoi kesal, bukannya tadi kau bilang kau tidak mau?!
Erika dan Akari makan ice cream dengan enak sambil bilang enak sekali terus menerus membuat Aoi kesal dan akhirnya membeli satu lagi. HAHAHAHAHAHA
Ketiganya melanjutkan perjalanan, Aoi dibelakang membawa barang dengan susah payah sedangkan Akari dan Erika asyik ngobrol tentang makan siang diluar.
Aoi hanya bisa menghela nafas sambil tersenyum.
Akari dan Aoi di luar rumah, tentu saja membuat rak. Tapi keduanya juga asyik bertengkar karena berbeda pendapat, Akari maunya begini, Aoi maunya begitu. Pertengkaran yang tiada hentinya membuat Akari kepanasan melihat mereka berdua, ia bahkan tak tahu apakah mereka berdua itu akrab atau tidak.
Di rumah sakit, Shota melihat seorang perawat menangis di luar ruangan Kaoru, gadis kecil yang cuek itu.
shota masuk ke dalam dan bertanya pada Kaoru. Kaoru mengatakan perawat bertanya padanya apakah ia ada pertanyaan dan ia menanyakan sesuatu tapi tidak dijawab. Ia mengatakan jika perawat itu tidak bisa menjawab pertanyaan level anak SMP, apakah dia berhak menjaga nyawa orang lain?
Kaoru mengatakan sambil terus menulis sesuatu, bahkan tidak menatap Shota.
Shota tertawa kecil. Kaoru tersinggung, kenapa? Jika kau ingin bicara sesuatu katakan saja!
Shota duduk dan mengatakan JIka itu aku, aku nggak akan menyerahkan hidupku untuk orang yang tidak bisa menjawab pertanyaan selevel anak SMP.
Kaoru berfikir. Shota menyuruhnya berhenti belajar dan istirahat sejenak. Kaoru berkata ia ada ujian tahun depan, ia tidak bisa istirahat. Ia tidak akan bisa jadi murid teladan kalau nilainya turun.
Shota tidak mengerti, murid teladan?
Kaoru agak bete karena Shota ga nyambung, Supaya aku dapat beasiswa dan bebas uang sekolah. aku kan tidak bisa terus jadi beban orang tuaku.
Shota menatap Kaoru dengan baik, sepertinya ia cukup kagum. Kaoru bertanya, apa?
Shota berkata, Tidak, hanya saja aku tidak menyangka kau bekerja keras.
Kaoru diam saja dan melanjutkan belajarnya.
Di rumah Akari, Akari memuji idenya untuk memiringkan rak dibagian tengah, ia puas dengan hasilnya. Tapi Aoi masih saja tidak suka, menurutnya lurus lebih bagus. Akari kesal lagi dan mulai memasukkan buku-bukunya.
Aoi terus berceloteh lalu sadar suasana menjadi sepi. Ia melirik Akari yang terdia menatap sebuah foto. Akari melihat fotonya dan ayahnya. Aoi kemudian mulai bertanya, apa kau tahu dimana ayahmu berada?
Akari tersenyum kecil, aku sudah mencarinya selama ini. Aku kesal, jika aku menemukannya aku akan marah padanya.
Aoi kemudian teringat dengan seseorang yang ia lihat di tempat kerja, ia yakin ia melihat ayah Akari disana.
Aoi menarik nafas, sepertinya ia akan mengatakannya tapi kemudian Akari memotongnya, Aku pasti akan menemukannya, Shota juga sedang mencarinya.
Mendengar itu, Aoi tidak jadi mengatakannya. Kemudian Erika memanggil mereka berdua untuk minum teh. Aoi tidak jadi mengatakannya.
Ketiganya duduk di ruang tamu. Erika menyajikan teh dan mengatakan ia meminjam cangkir yang biasa dipakai Shota. Aoi diam saja, mencoba bersikap biasa. Ponsel Akari tiba-tiba berbunyi, ia keluar untuk mengangkat telpon.
Saat tinggal berdua, Erika mendekati aoi dan mengatakan kalau Akari senang sekali bisa bertemu Aoi lagi. Aoi hanya tersenyum kecil.
Erika mengatakan kalian teman masa kecil, hubungan kalian sangat baik dan akrab, seperti pasangan yang sudah lama menikah saja.
Aoi tertawa dan mengatakan itu karena mereka sering bersama dan lagi mereka juga terlalu sering bertengkar.
Aoi mengatakan Akari memang sangat pandai bicara, ia selalu kalah kalau berdebat dengan Akari. BAhkan setelah 7 tahun, Akari sama sekali tidak berubah.
Erika tersenyum. Ia mengatakan Akari yang sekarang berbeda dengan Akari saat pertama kali datang ke Tokyo. Dulu Akari sangat pemurung dan tatapannya selalu kosong. IA dan Akari menjadi teman karena sama-sama kerja part-time di sebuah pub. Ia menebak Akari menjadi begitu karena Ayahnya.
Aoi mengangguk dan berfikir. Erika melanjutkan, setelah berpacaran denga Shota, Akari mulai berubah, Akari seperti tertolong oleh Shota.
Aoi cukup terkejut, ia tak bisa bicara apa-apa, ia berusaha menyembunyikan raut wajahnya yang berubah.
akari masuk ke dalam rumah kembali dan mengatakan sebentar lagi Shota akan datang. Erika tersenyum mengatakan kalau ia juga akan pergi mengikuti pertemuan.
Aoi tentu saja merasa tidak enak dan mengatakan kalau ia juga harus kembali, ia masih ada pekerjaan. Akari minta maaf karena memanggil Aoi disaat sibuk.
Aoi mengatakan tidak apa-apa.
Aoi akhirnya meninggalkan rumah Akari. Ia berjalan keluar dan memikirkan sesuatu, tapi lagi-lagi tentu saja ia tidak boleh terlalu memikirkan Akari. Ia berjalan pulang.
Aoi tiba di rumah dan melihat ada banyak sepatu, juga suara Kouhei.
Ia melihat Ruiko, Kouhei dan Nanami di rumahnya. Ia bertanya kenapa Ruiko datang, Ruiko mengatakan ia bosan karena hari ini libur, jadi ia datang mengajak Aoi minum.
aoi menghela nafas, tidak menanggapi. Ruiko mengatakan, tidak apa-apa kan? Kita kan teman?
Aoi menatap mereka dan masuk ke kamarnya. Kouhei memanggilnya agar bergabung dengan mereka.
Aoi diam saja, ia menaruh tasnya dan berjalan ke atap rumah, tanpa bicara pada mereka. Ruiko memperhatikan. Sementara Kouhei yang gak peka sibuk dengan tahu goreng buatannya.
Aoi berdiri menatap KOta Tokyo yang dipenuhi lampu. Ruiko membawa minuman dan memberikannya pada Aoi sambil bertanya, ada apa?
aoi mengambilnya dan berterima kasih. Ruiko memeluk lengan Aoi dan berkata, Jika kau ada masalah, sebagai kakak perempuanmu, kau bisa bicara padau.
Aoi menghela nafas dan melepaskan tangan Ruiko, Bisakah kau berhenti seperti ini?
Ruiko diam saja. Aoi berkata, Aku pikir aku tidak bisa berteman dengan orang yang pernah aku sukai.
Ruiko tampak sedih. Aoi terus bertanya, Bagaimana kau bisa bertindak seperti tidak terjadi apa-apa? Aku.... tidak bisa melakukannya.
Ruiko menatap Aoi, ia kemudian berusaha untuk terlihat tidak apa-apa sekaligus bercanda, ah, benar juga ya? Maaf. Maaf. Aku... Tidak akan datang lagi.
Ruiko berjalan meninggalkan Aoi. aoi diam saja, ia menghela nafas.
di rumah akari, Shota berkunjung. Shota mengatakan, karena kau ingin menjadi guru, aku punya pasien SMP di rumah sakit, karena dia merasa jadi beban orang tuanya akibat biaya Rumah Sakit, dia ingin sekolah dengan beasiswa. aku rasa kau bisa menjadi gurunya, bagaimana menurutmu?
Akari terkejut. Aoi mengatakan ia tahu Akari masih harus belajar untuk ujian....
Akari memotong pembicaraan dan mengatakan kalau ia mau, ia ingin melakukannya.
Shota cukup kaget karena Akari setuju, ia mengingatkan lagi kalau anaknya sedikit aneh dan berbeda.
Akari tertawa dan mengatakan kalau ia jadi lebih termotivasi. Akari bersemangat karena ia akan mengajar dan ingin mencari tahu karakter anak SMP, ia masuk ke kamarnya.
Shota tersenyum melihatnya dan ia kedapur untuk membuat teh, tapi posisi gelas berbeda dan ia bertanya, apakah seseorang datang tadi?
Akari yang sibuk dengan komputernya menjawab tanpa melihat, OH, Iya, Aoi.
Shota tiba-tiba menjadi kesal, apa kalian membeli bahan bersama-sama?
Akari yang nggak peka mengiyakan, ia menunjuk rak bukunya, Aoi membuatkannya rak, meskipun jelek. Sambil mencari sesuatu di internet, Akari terus berceloteh tentang Aoi yang ingin raknya lurus ini dan itu makin mmebuat Shota panas.
Dan tiba-tiba dari belakang, Shota langsung menyambar, mencium Akari dengan, wow, keras (?). HAHHAHAHAHA
Akari tentu saja kaget, shota?
Shota menatap Akari dengan tajam, ia menjatuhkan Akari ke tempat tidur. IA kesal, karena Aoi.
Ia menatap Akari dengan tajam dan...........
Di kantor Aoi, sesuatu terjadi, pasangan yang baru menikah, pelanggan itu, sedang bertengkar karena design rumah. Yang cewek mau ini dan yang cowok mau itu.
Mirei mengatakan sepertinya mereka akan putus sebelum memutuskannya. Temannya ikutan bergosip, ada banyak pasangan yang berpisah karena design rumah, pasanganmu bisa jadi teman atau musuh abadimu.
Aoi mendengarkan saja. IA cukup khawatir.
Handphone aoi kemudian bergetar, Shota menelpon.
Aoi cukup kaget karena Shota tumben menelponnya.
Aoi dan Shota bertemu di restoran.
Shota minta maaf karena memanggilnya di saat sibuk. Aoi mengatakan ia tidak apa-apa karena sedang istirahat.
shota tampak menatap Aoi seolah sengaja ingin melihat reaksi Aoi, ia mengatakan, Akari akan ada ujian bulan depan, saat dia lulus, aku berencana untuk melamarnya.
Aoi tampak terkejut, Shota menatapnya, melihat reaksinya. Ia bertanya, Apa kau akan merestuinya?
Aoi yang hanya diperlihatkan punggungnya, dari suaranya mencoba terlihat kalau ia baik-baik saja, tentu saja ia bicara sambil tertawa kecil, ia menyetujui mereka, karena itu adalah hal yang menggembirakan.
Shota bertanya, benarkah? Bukankah dulu kau menyukai Akari?
Aoi terdiam, ia mencoba menjaga ekspresinya dan akhirnya tertawa, HAHAHHAHA, itu kan sudah lama sekali. Sekarang aku tidak punya perasaan padanya, dan aku berharap kalian berdua bahagia.
Shota menarik nafas dan mengatakan ia lega mendengarnya. Aoi mencoba tersenyum. Ia mengatakan menyenangkan sekali, menikah, tapi apakah ini tidak terburu-buru?
Shota mengatakan ia ingin mempermudah hidup Akari, Akari tidak aka sendirian lagi dan ia juga ingin menjadi keluarganya.
Aoi menatap Shota. Ia tidak tahu harus berkata apa, tapi baginya niat Shota adalah baik. Jadi ia memilih diam.
Di tempat konstruksi, Aoi tidak fokus bekerja karena hal itu, ia melamun dan dimarahi seniornya. Saat mengukur sesuatu, ia mendengar salah seorang pekerja memanggil pekerja lain dengan 'Serizawa-san'.
Aoi melihat dan memastikan kalau kali ini ia pasti tidak salah lihat, ia kemudian memanggil pria itu. Dan tentu saja dia benar-benar ayah Akari.
Aoi dan Ayah Akari berbicara berdua. Awalnya hanya pembicaraan ringan tentang Aoi yang menjadi arsitek, tapi tentu saja akhirnya Aoi bertanya, apa yang dilakukan paman sekarang dan kenapa dia meninggalkan Akari?
Ayah Akari tidak menjawab, ia hanya menghela nafas. Aoi melihatnya dan tidak bertanya lebih jauh. Ia kemudian mengatakan kalau akari sekarang tinggal di Tokyo. Dan Akari benar-benar ingin mencari ayahnya. Aoi meminta sekali saja ayah bertemu dengan Akari, karena Akari sangat ingin bertemu ayahnya.
Ayah Akari hanya mengatakan kalau ia tidak berhak bertemu dengan Akari, ia meminta Aoi meninggalkannya dan jangan memaksanya.
Ayah Akari meninggalkan Aoi. Aoi belum menyerah dan akhirnya mengatakan kalau Akari akan menikah. Ayahnya terkejut mendengar hal itu, ia berbalik.
Bersambung Ke Part 2
0 komentar:
Posting Komentar