Boku No Ita Jikan Episode 3 Part 1
Megu menikmati harinya sebagai sukarelawan di panti jompo. Nenek-nenek bahkan memujinya membuat Megu tersenyum. Suster juga mengatakan kalau pijat terapi Megu sangatlah terkenal di panti itu. Suster bahkan memintanya sering datang.
Tapi Megu mengatakan ia sedang mencari pekerjaan tetap dan juga ia sedang bekerja sementara di restoran. Suster mengatakan ia ingin Megu bekerja disana sebagai tenaga paruh waktu, bukannya sukarelawan.
Megu terkejut, ia tersenyum sambil memikirkannya.
Malamnya Megu curhat dengan Takuto, mereka berjalan sambil bergandengan tangan. Megu memutuskan berhenti dari restoran dan kerja part time di panti jompo.
Ia memutuskan begitu karean merasa tak nyaman bekerja di restoran karena banyak yang menggosipkannya. Megu menatap Takuto dan mengatakan kalau sepertinya sejak tadi Takuto gugup. Takuto mengatakan ia tidak gugup. Megu tersenyum dan meminta Takuto tak usah mengkhawatirkannya. Jika Takuto menemuinya sekali, maka Takuto tidak akan khawatir lagi.
Takuto mengiyakan, mereka berdua melanjutkan perjalanan sambil tersenyum.
Rupanya hari itu Takuto berkunjung ke rumah Megu, makanya ia agak gugup.
Ibu Megu memuji ketampanan Takuto dan bertanya kenapa Takuto menyukai Megumi. Ibu bahkan bercanda mengatakan seandainya ia masih muda ia juga ingin dapat pacar kayak Takuto. LOL.
Ia memuji Takuto yang ramping dan tinggi juga. Takuto hanya bisa diam sambil senyum malu-malu.
Ibu meminta Takuto mengambil piring di lemari yang cukup tinggi. Lemari nya cukup tinggi sehingga Takuto agak khawatir, ia minta bantuan Megumi karena ia sedikit kesulitan mengangkat tangan kirinya. Wah, makanya rasanya ada yang aneh dengan tangan kiri Takuto yang sulit digerakkan, pas jalan juga kelihatan.
Takuto mengambil piring di lemari dan Megu membantunya. Ibu senang melihat mereka berdua dan meminta Takuto menjaga puterinya Megumi.
Setelah selesai makan, Megu mengajak Takuto ke kamarnya. Takuto mencium minyak aroma dan rupanya itu untuk pijat refleksi. Ibu mendengar suara aneh dari dalam kamar Megu dan ia diam-diam keluar.
Padahal Megu cuma sedang memijat tangan kiri Takuto.Mereka ngobrol mengenai mami Megu yang terlalu bersemangat dan memasak banyak ayam untuk mereka. Takuto memikirkan sesuatu sambil tersenyum. Megu melihatnya dan bertanya ada apa.
Takuto bicara sambil mengingat masa lalu, dulu waktu ia masih kecil, saat ia merasa terpuruk, ibunya selalu membuatkannya ayam goreng. Setelah memakannya ia akan lupa masalahnya. Ia bahkan sering pura-pura sedih supaya ibunya membuatkan ayam goreng. Mereka berdua tertawa karena Megu menganggap hal itu manis.
Mereka menikmati kebersamaan mereka.
-Sawada Takuto, 23 tahun, Musim Gugur-
Takuto sedang mengayuh sepedanya dan bekerja seperti biasa. Tapi karena melemahnya tangan kirinya, membuatnya mendapat masalah di tempat kerja.
Ia datang lagi ke dokter dan mengatakan keluhannya. Kali ini bukan hanya tangan kiri tapi betisnya juga. dokter itu menyarankan Takuto menemui ahli Neurologi, karena banyak penyakit yang tidak bisa di deteksi oleh ahli tulang sepertinya.
Takuto terkejut, ia teringat lagi mengenai penyakit ALS yang ia baca. Takuto mulai merasa khawatir.
Takuto datang ke RS Universitas Kedokteran Kanto. Dr. Tanimoto Kazushi memeriksa Takuto. Ia menyuruh Takuto mengangkat lengannya setinggi bahu. lalu mereka melakukan pemeriksaan ini itu, seperti pake jaru akupuntur, pake CT scan, dan banyak lagi.
Setelah selesai menganalisis, dokter bicara berdua dengan Takuto. Dokter mengatakan ia akan memberitahukan penyakitnya dan pengobatannya jika Takuto membawa keluarganya. Takuto bohong, mengatakan kalau ia tak punya keluarga, jadi ia akan mendengarkannya sendiri.
Dokter mengambil kertas data penyakit Takuto dan sebelum mengatakannya ia memandang Takuto. Takuto tanpa ekspresi. Dan akhirnya ia setuju untuk mengatakannya.
Dokter mengatakan ada kelainan dengan syaraf motorik yang mengendalikan tubuh Takuto. Hal ini mengakibatkan kesulitan menggerakkan tubuh, yang memicu pada atrofi otot. Dengan teknologi kedokteran saat ini, penyakit ini tidak ada obatnya. Takuto harus berusaha hidup dengan penyakit ini untuk jangka waktu yang lama. Gejalanya akan berubah seiring dengan perkembangan penyakit tersebut. Jadi kita perlu untuk mengusahakannya berdasarkan keadaan tersebut.
Saat ini Takuto hanya memiliki beberapa gangguan pergerakan pada anggota badan. Ketika penyakit ini berkembang, jaringan-jaringan otot seluruh tubuh akan melemah. Takuto akan kesulitan untuk bicara dan menelan makanan. Ketika gejalanya berkembang lagi, akan ada masalah pernafasan. agar bisa terus tetap hidup, Takuto akan perlu menggunakan alat bantu pernapasan. Tanpa alat bantu pernapasan, dalam sebagian besar kasus, tiga sampai lima tahun sejak timbulnya gejala, pasien akan mengalami kelumpuhan otot pernapasan dan meninggal dunia.
Takuto hanya menatap dokter dengan tatapan takut tapi ia menahannya, ia bahkan tidak berkedip dan tiba-tiba berkata. ALS.
Dokter tersenyum dan mengiyakan. Nama penyakit ini disebut ALS. Amyotropic lateral sclerosis.
Takuto terdiam. Jam berdetak dengan sangat cepat.
Dokter mengatakan kalau ini salah satu penyakit yang sulit, ia yakin Takuto sangat ketakutan. Sangat penting memahami penyakit ini dan menerimanya.
Takuto sudah tidak memikirkan apa-apa lagi. Ia kalut dalam pikirannya sendiri, kosong.
Bahkan suara pak dokter terasa semakin kecil. Takuto ketakutan.
Takuto mengayuh sepedanya pulang ke rumah. Bahkan tetangga yang biasa ia sapa, saat menyapanya, ia mengabaikan.
Takuto mengayuh sepedanya dengan pikiran kosong.
Dan kembali, jam dalam hidupnya berdetak semakin cepat.
The Hours of My Life Episode 3
Takuto tak bisa tidur semalaman. Ia terjaga di tempat tidur sampai pagi.
Takuto bekerja seperti biasa. Senior nya menanyakan kondisi lengan Takuto. Takuto berbohong kalau ia sudah menemui dokter dan tidak ada yang serius dengan penyakitnya. Tapi ia tidak bisa mengangkat lengannya sementara waktu. Ia mengatakan kalau sepertinya ia sedang kaku lengan.
Lagi-lagi seniornya itu mengomel dan berkata hal yang menyebalkan. Takuto berusaha sabar.
Saat makan siang, Takuto menjatuhkan makanannya karena tangan kirinya tak bertenaga. Ia hanya bisa menelan ludah.
Lalu Takuto mencoba membuka botol minuman, memutar tutupnya dengan tangan kirinya, sangat sulit. Butuh tenaga dan waktu yang lama hanya untuk membukanya.
Takuto terdiam. Ia minum minumannya dengan tangan bergetar. Takut. Menahan tangis.
Rikuto pulang ke rumah dan melihat Takuto di ruang tamu dengan sekardus botol minuman dimana Takuto berusaha membukanya satu per satu.
Rikuto heran dan bertanya apa yang sedang dilakukan kakaknya. Takuto berusaha bersikap biasa dan tersenyum menyuruh adiknya meminum semuanya dan ia masuk ke kamarnya.
Rikuto heran dengan tingkah kakaknya dan menutup botol itu kembali.
Takuto di kamarnya, searching sesuatu, rupanya ia melihat profil ayahnya, Dr. Sawada Akio.
Takuto melihat profil rumah sakit dan menghela nafas. Sepertinya ia ingin menghubungi ayahnya. Takuto menelpon ayahnya dengan penuh kecemasan. Tangannya gemetaran.
Ayah Takuto mengira Takuto menelponnya karena menerima tawaran bekerja dibagian administratif. Tapi tiba-tiba Takuto bertanya sudah berapa kali ayahnya salah mendiagnosa pasien. Berapa persen peluangnya? 0,1%? 0.01%?
Ayahnya dengan yakin menjawab tidal pernah. nol persen.
Hal ini membuat wajah Takuto mengerut. Ia terdiam. Ia masih tak yakin dan berkata itu tak mungkin 0%.
Ayahnya mengatakan kalau ia memang pernah membuat keputusan yang salah, tapi . . .
Tiba-tiba ayahnya bertanya kenapa?
Takuto gemetaran. Ia berkata tidak ada apa-apa dan memutuskan telpon ayahnya.
Takuto terdiam. Ia memandangi tangan kirinya dan menghela nafas.
Ayah Takuto dan ibunya sedang makan bersama. Ayah mengatakan kalau Takuto menelpon kemarin, tapi ia tak yakin dengan yang dikatakan Takuto.
sementara ibu ingin ke Tokyo lagi karena mengkhawatirkan Rikuto.
Ayah protes karena ibu terlalu mengkhawatirkan Riku. Ayah bertanya apa ibu tak punya hobi lain? Seperti merajut?
Ibu mengatakan ia sudah menghentikannya sejak setahun lalu.
Lalu kita bisa melihat banyak sekali rajutan ibu di rumah itu.
Takuto, Megu, Hina dan Mamoru sedang ngumpul di rumah Takuto. Takuto memberikan selebaran Onsen dan mengajak Megu kesana. Megu sangat senang tapi ia pikir itu buang-buang uang dan lebih baik Takuto menabung saja.
Hina berkomentar kalau Megu haru pergi karena sudah diajak Takuto. Sementara Mamoru tertarik ingin kesana. Lalu Mamoru menyinggung soal asuransi jiwa yang membuat Takuto terdiam. Mamoru bertanya apakah Omura mendatangi Takuto. Omura teman satu kampus mereka yang mendapat pekerjaan di Asuransi Jiwa.
Mamoru mengatakan Omura sampai menangis memintanya membeli asuransi itu, tapi ia tak membelinya karena ia bahkan belum menikan, jadi tak akan ada yang menderita kalau ia meninggal nanti.
Megu mengomentari kalau Mamoru butuh asuransi kesehatan kalau ia sedang sakit. Untuk diri sendiri.
Mamoru bertanya apakah Megu punya. Megu mengatakan ia belum punya, ia harus dapat pekerjaan tetap dulu baru membelinya.
Sementara Takuto hanya mendengarkan mereka sambil membuka-buka majalah.
Mamoru kemudian bertanya apakah Takuto punya asuransi. Takuto menjawab tidak. Mamoru mengiyakan karena mereka masih muda, lagipula mereka tidak berencana untuk sakit.
Takuto hanya mencoba tersenyum dan kemudian mengalihkan pembicaraan dengan menunjukkan tempat pemandian air panas pada Megu. Tapi Megu protes karena itu terlihat mahal.
Keduanya bercanda dan tertawa. mamoru sengaja mengatakan kalau ia sama sekali tidak cemburu.
Lalu mereka mulai makan bersama dan Mamoru tetap menyinggung-nyinggung penyakit membuat Takuto hanya tersenyum pahit.
Hina dan Mamoru pulang bersama. Di jalan, Mamoru berusaha menyatakan perasaannya pada Hina. Sayangnya ia di tolak 3 detik setelah mengajaknya pacaran. LOL.
Tapi Mamoru malah minta lebih, ingin melakukan 'itu' sekali saja. Dan ia mendapat pukulan dengan tas dikepalanya. LOL.
Megu masih di rumah Takuto. Takuto membuatkannya Kopi saat Megu mengeluarkan hadiahnya. Mug couple putih dengan ukiran bentuk hati jika disatukan. Lucu sekali. Mereka berdua tersenyum bersama.
Bel pintu berbunyi. Takuto membuka pintu dan ada Sumire-chan yang ingin main ke rumahnya. Sumire awalnya terlihat ceria sampai ia melihat Megumi ada disana. Sumire bertanya apakah dia pacar Takuto, Takuto mengiyakan dan mereka berdua saling menyapa.
Sumire terlihat kecewa karena Takuto sudah punya pacar. Ia bahkan tak percaya melihat mug couple keduanya. Megu menawari Sumire jus, tapi Sumire mau kopi membuat Takuto dan Megu terkejut. Megu menawari susu tapi Sumire mau sesuatu yang hitam.
akhirnya Megu menyerah dan berbisik pada Takuto kalau Takuto sangat populer.
Takuto ada di klub futsal. Ia dan Shige senpai sedang pemanasan berdua. Aku malas panjang2 membahas Shige. Intinya Takuto menceritakan kalau ia dan Megu akan ke pemandian air panas. Takuto bertanya apakah Shige punya pacar. Shige mengatakan ia tak punya, tapi ada seseorang yang ia sukai, tapi orang itu sudah punya pacar.
Takuto dengan polos mengatakan biasanya Shige tak peduli tentang hal itu. Shige mengiyakan dan bertanya haruskah ia tetap mengejar gadis itu?
Takuto mengiyakan. Shige tersenyum dan mengatakan kalau ia tak akan menahan diri.
Oh Man.
Takuto terjatuh lagi. Ia kram lagi. Shige heran karena akhir-akhir ini Takuto sering kram. Ia ingin membantu Takuto tapi Takuto menolak, ia akan melakukannya sendiri. Shige heran dengan tingkah Takuto.
Megu sedang bekerja part time di panti jompo.
Ia menemani seorang nenek yang berusaha berjalan dengan tongkatnya.
Megu melihat nenek itu mulai kelelahan dan menawarkan untuk duduk di kursi roda. Tapi nenek itu berkata ia ingin berjalan lebih lama dengan kedua kakinya. Megu paham dan menemani nenek berjalan.
Takuto mengikuti pertandingan futsal. Ia satu tim dengan Shige senpai. Mereka kebobolan banyak. Shige keluar sementara untuk istirahat sedangkan Takuto tetap bermain.
Takuto berusaha merebut bola dan ada 2 tim lawan menghadangnya untuk maju.
Ada yang aneh. Shige senpai juga memperhatikan gerakan Takuto yang aneh. Takuto tetao berdiri merebut bola, namun kadang gerakannya melemah. Ia terlihat seperti akan terjatuh karean tak bisa menahan lajunya dan berat badannya. Bahkan saat ia berhasil menedang bola, ia di dorong dengan mudah oleh kiper dan ia tak bisa mempertahankan keseimbangannya, ia terbentur gawang dan terjatuh lunglai dilantai seolah ia tak bisa menopang berat badannya.
Takuto terjatuh lemas dan kehilangan kesadaran saat teman-temannya mengerumuninya.
0 komentar:
Posting Komentar