-----------------------------------------------------------------------------
Shige bertanya apakah terjadi sesuatu dengan Takuto. Takuto pura-pura tak mengerti, ia hanya menanggapinya dengan senyuman. Sementara Shige tampak memikirkan sesuatu yang licik.
Shige ada di sebuah cafe, menunggu seseorang. Rupanya ia menelpon Megu untuk bertemu dengan alasan pekerjaan. OMG. Licik banged ni orang.
Sementara Takuto masih di rumah sakit, ia tak tahu apa-apa dan hanya termenung.
Shige dan Megu makan bersama. Aku tidak suka melihat wajah Shige yang tersenyum sok polos.
Megu kemudian menanyakan pendapat Shige, misalnya saja shige dan pacarnya pergi ke pemandian air panas, setelah mandi, Shige ingin melihat pacarnya memakai riasan atau tanpa riasan.
Shige menjawab tentu saja tanpa riasan. Megu mengerti. Lalu Shige mulai mengajak Megu bercanda dengan terkejut saat Megu mengatakan kalau bahkan sekarang ia memakai riasan. Shige bahkan mendekatkan wajahnya untuk melihat wajah Megu dengan jelas.
Takuto dalam perjalan keluar dari rumah sakit saat ia menghentikan langkahnya. Ia memutuskan pergi ke departemen Neurologi rumah sakit itu.
Takuto takut-takut untuk melihat kedalam ruang pasien. Tapi akhirnya ia mengintip dan melihat seorang pasien menggunakan alat bantu pernafasan dan tak bisa bicara, hanya bisa mengedipkan mata saat suster bertanya padanya.
Takuto tak berkedip memandanginya. Si pasien sadar ada seseorang di pintu. Mata mereka bertemu.
Takuto ketakutan, Ia seolah melihat masa depannya. Ia segera berlari meninggalkan departemen itu.
Ia berpapasan dengan seorang dokter yang mengenalinya, kayaknya itu dr. Kazushi, ia memanggil Takuto tapi Takuto pura-pura tak mendengarnya dan terus berjalan meninggalkan tempat itu.
Megu dan Takuto pergi ke pemandian air panas. Pemandiannya cantik dan luas.
Sebelum mandi keduanya asyik berkeliling mengambil foto dan juga memainkan berbagai permainan.
Mereka juga sempat berdoa di kuil sebelum ke penginapan.
Megu dan Takuto berendam di pemandian pribadi. Megu mengungkit soal sakit lengan Takuto dan berharap air panas akan menyembuhkannya. Takuto terdiam, tapi kemudian ia berusaha tersenyum dan mulai usil menyiram Megu dengan Air. Keduanya main siram-siraman air dan tertawa bahagia.
Ibu datang ke apartemen Takuto dan memasak. Riku baru saja pulang. Ibu terkejut mengetahui kalau Takuto punya pacar dan bahkan pernah menginap di rumah. Ibu khawatir Riku akan terganggu belajarnya.
Tapi Riku mengatakan kalau mereka tak mengganggu. Ibu bertanya apa Rikuto punya pacar. Riku menjawab ia tak punya dan ibu senang, karena tak semua gadis itu baik.
Ibu bertanya tentang teman Riku. Riku tampak mengubah raut wajahnya. Tapi kemudian ia tersenyum dan mengalihkan pembicaraan.
Dilihat dari karakternya sih, Riku ini ga punya teman.
Malamnya Megu dan Takuto berjalan disekitaran penginapan air panas. Mereka ngobrol. Megu menggenggam tangan kiri Takuto, tapi Takuto pindah posisi dan ia menggunakan tangan kanannya untuk menggenggam tangan kiri Megu.
Ia mengatakan lebih nyaman begitu. Megu bertanya kapan kira-kira kekuatan tangan Takuto akan kembali. Takuto mengatakan sedikit lebih lama. Tangan Takuto kayaknya memang semakin lemah.
Mereka berjalan dan Megu mengatakan ia sudah membuat keputusan. Megu mengatakan ia akan belajar keperawatan dengan benar.
Takuto tertawa karena Megu tiba-tiba tertarik dengan hal itu.
Megu mengatakan baru-baru ini ia membantu seorang nenek yang masih bisa berjalan tapi biasanya duduk di kursi roda. Saat ia melihat nenek berusaha sekuat tenaga untuk berjalan dengan tongkat, aku berfikir bagaimana rasanya berada di posisinya?
Apa yang akan aku rasakan seandainya aku tak mampu lagi melakukan segalanya sendiri.
Takuto perlahan mengubah raut wajahnya. Senyumannya menghilang. Ia kalut dalam pikirannya dan memotong pembicaraan Megu, kalau itu akan terjadi saat menua.
Megu menghentikan langkahnya, ia heran melihat Takuto. Takuto kemudian sadar dengan apa yang ia katakan. Ia menatap Megu dan segera minta maaf. Megu tersenyum dan bertanya ada apa dengan Takuto.
Takuto seperti biasa mencoba terlihat baik-baik saja. Ia berbohong tidak mendengar apa yang dikatakan Megu dan menyuruhnya mengulanginya lagi.
Megu masih bingung dengan Takuto dan akhirnya melanjutkan.
Megu mengatakan kalau ini pertama kalinya ia ingin melakukan sesuatu. Ia ingin merawat seseorang. selama ini ia hanya ingin menjadi pegawai tetap.
Megu menatap Takuto dan mengatakan ia akan berhenti mencari pekerjaan tetap. Ia yakin semakin banyak merawat orang, maka ia akan semakin menyadari betapa sulitnya itu. Tapi ia ingin belajar melakukan berrbagai hal satu persatu.
Takuto menatap Megumi dengan tatapan ingin menangis. Sepertinya Takuto tersentuh.
Kemudian ia memeluk Megumi dengan erat.
Megu bahagia, tapi ia cukup terkejut. Takuto mengatakan tidak apa-apa dan terus memeluk Megu. Takuto menutup matanya dan menahan tangisnya. Sementara Megu tersenyum senang dan memeluknya dengan erat. Kita bisa melihat Takuto memeluknya dengan erat juga, hanya saja tangan kirinya memang tak bisa menggerakkan jarinya.
Takuto sangat mencintai Megumi, itu sebabnya ia menangis mengingat kondisinya.
Megumi kembali ke rumah besok paginya. Ia begitu saja melewati ibuny dan membuat ibunya heran. Ibu memanggil Megumi dan bertanya bagaimana semalam.
Megumi berbalik dan perlahan ia tersenyum dan mengangkat tangannya membuat tanda peace!
Ibunya terlihat bahagia dan memukulnya dengan manja, kau gadis yang beruntung.
Megumi tak bisa menghilangkan senyuman di wajahnya.
Takuto tidak langsung kembali ke rumah. Ia ke rumah sakit menemui dokter. Perawat mengatakan kalau dr. Tanimoto tidak menemui pasien hari ini. Tapi Takuto bersikeras, untungnya dr. Tanimoto lewat disana dan mereka berdua bertatapan.
Takuto dan dr. Tanimoto bicara berdua. Takuto mengatakan seorang tahanan menunggu hukumannya dan tahu pasti kapan akan terjadi, sementara ia, haruskan ia menghabiskan sisa hidupnya tanpa tahu kapan hari itu akan datang? *pertanyaan bodoh kalau menurutku. semua orang juga menghabiskan hidupnya tanpa tahu kapan akan mati. HAHAHA*
Mereka berdua mencoba mengawali pembicaraan dengan bercanda. Tapi Takuto memang kelihatan sangat gugup.
Takuto berkata ia bahkan belum banyak mendapat pujian dalam hidupnya, tapi ia juga tidak pernah melakukan apapun yang mengganggu orang lain. Dokter mengerti kegelisahan Takuto, tapi ia tak bicara. Takuto sengaja bertanya untuk meyakinkan, Mungkinkah ini salah diagnosa?
Ia meyakinkan diri mengatakan saat pemeriksaan kesehatan di kantor ia baik-baik saja.
dr. Tanimoto berusaha menjelaskan dengan tenang. ALS biasanya tidak selalu terdeteksi dalam pemeriksaan biasa.
Takuto bersikeras, ia juga membaca di internet kalau ALS juga sulit di diagnosa. Dalam banyak kasus, dibutuhkan setahun untuk mendiagnosanya. Bukankah aneh jika langsung di diagnosa ALS?
Dokter mengatakan, salah satu alasan kenapa butuh waktu lama mendiagnosa ALS adalah karena tak banyak dokter yang telah melihat kasus ALS. Tapi ia telah menihat banyak pasien ALS.
dokter mengiyakan. Takuto mengatakan, empat hingga enam dari 100.000 orang menurut internet. Dan lagi sangat langka dialami oleh orang muda sepertinya.
Dokter juga mengiyakan. Takuto terdiam dan mengatakan kalau ini tak masuk akal. Dokter membenarkan kalau ini memang tidak masuk akal.
Takuto dan dokter saling bertatapan. Takuto terdiam dan masih tak bisa percaya kalau tangannya tidak akan pernah kembali seperti semula.
Takuto mengatakan, Aku merasa jika aku tidur, semua akan kembali normal saat aku bangun.
Takuto menahan tangisnya. Lagi-lagi ia mencoba bersikap biasa dan tertawa. Ia mengatakan kalau ia melihat pasien dengan alat bantu pernafasan. Pasien itu tak bisa bergerak, tak bisa makan, tak bisa bicara, bernafas dengan mesin, dia tak bisa melakukan apapun tapi sepenuhnya dia sadar.
Dokter mengiyakan semuanya. Ia menambahkan kalau smeuanya tidak terjadi secara instan.
Takuto menaikkan nada suaranya, Tapi bisa saja itu terjadi dalam setahun bukan?
Ia mengatakan, Sawada-san, bahkan selama ALS berkembang dan tubuh anda berhenti bergerak, hidup setiap pasien berbeda adanya. Mereka menjalani hidup mereka masing-masing.
Takuto yang sejak tadi menahan diri akhirnya berteriak, BAgaimana bisa Anda mengatakan bahwa mereka hidup?
Takuto menelan kemarahannya. Ia berusaha tenang dan menahan air matanya.
Saking menyakitkannya mengatakan hal itu, Takuto mengatakannya sambil tersenyum dan tertawa. Pak dokter hanya menatap Takuto.
Takuto menelan ludahnya, kepahitan yang ada dalam hatinya. Ia tersenyum lagi dan pamitan pada dokter.
Takuto ada di bangku taman. Ia duduk sendirian melihat interakhi orang-orang di taman, sepasang kekasih, seorang ibu yang menggendong bayinya, seorang ibu yang bermain dengan anaknya, dan sepasang kakek dan nenek yang duduk di bangku taman sambil tertawa bersama.
Takuto sendirian. Ia merasa sendirian dan sepi.
Takuto kembali ke rumah. Adiknya menyambutnya. Takuto melihat banyak makanan di meja. Riku mengatakan kalau ibu datang kemarin dan membuat banyak makanan. Itu untuk makan malam mereka.
Riku mengatakan ia memakannya karena ibu pikir ia suka ayam goreng. Tapi ia makan obat pencernaan setelah ibu pulang.
Takuto tidak bicara apapun. Ia menaruh jaket di kursi dan mengambil nasi di magicom. Sementara Riku ke kamarnya dan tidak melanjutkan makan karena ia memang tak suka ayam goreng.
Takuto duduk di meja makan, menatap makanan yang dibuat oleh ibunya. Ia mulai makan dan makan tanpa bicara.
Jarum jam bergerak setiap detiknya. Takuto terus mengunyah.
Dalam diam air matanya mulai mengalir.
Takuto terus makan sambil menangis.
Pada akhirnya ia tak tahan dan mulai menangis lebih dalam.
Tangannya gemetaran memegang sumpit, sementara tangan kirinya tetap tak bisa digerakkan.
Takuto menangis sedih.
Ia mulai mengeluarkan suara, menahan tangisannya, ia berkata, Tolong Aku...
Takuto menangis menaha suaranya, ia gemetaran dan terlihat ketakutan.
-Sawada Takuto, 23 tahun, Musim Dingin-
-END-
Komentar :
Aih, di episode berikutnya Takuto bakalan putus sama Megumi, dan si Shige menyebalkan itu langsung ambil tindakan. Pada akhirnya, Takuto sendirian dengan penyakitnya.
Aku tidak bisa terlalu banyak berkomentar kali ini. Aku hanya memikirkan ending drama ini, akan sulit untuk sebuah kebahagiaan. Hanya saja, jika Takuto beneran meninggal, aku berharap Megu akan bahagia dengan seseorang, selain Shige.
Aku sungguh tidak menyukai karakternya. Mereka memang bukan teman. Tapi kenapa dia sejahat itu untuk seseorang yang sering diajaknya makan bersama sih?
Aku sangat menyukai chemistry Megumi dan Takuto. Tentu saja aku jadi ingat movie Kimi Ni Todoke, Tapi kali ini beda banged. Megumi sangat manis dan Takuto kakoi~
Sayang sekali kebersamaan mereka saat pacaran sangat sebentar. Bahkan saat mereka bersama pun Takuto harus memikirkan kesedihannya sendirian.
Melihat Takuto aku sedih sekali. Ia bahkan baru memulai kehidupannya dan sedang menatap masa depan saat ia didiagnosis menderita ALS. Memang sangat sulit untuk menerimanya. Tapi bagaimana pun juga itu yang harus ia jalani. Ia ketakutan dan itu membuatku semakin sedih apalagi ia selalu pura-pura baik-baik saja.
Bukan masalah mati, tapi masalah penderitaan saat mengalami penyakit itu. Aku harap Takuto akan mendapatkan banyak cinta.
by Hazuki Airin @ Clover Blossoms
0 komentar:
Posting Komentar