Drama ini diangkat dari sebuah novel dengan judul sama karya Shoji Yukiya dan naskahnya ditulis oleh Mizuhashi Fumie (Haha ni Naru).
Sesuai dengan judulnya, ini adalah drama keluarga yang menceritakan seorang ayah dan puterinya yang akan segera menikah. Udah bisa ditebak ini drama bakalan sedih banged. Atau lebih tepatnya mengharukan. Aku selalu menangis disetiap adegan pernikahan dalam drama Jepang T_T
Sebenarnya ini bukan drama yang aku tunggu-tunggu. Tapi kebetulan link-nya ada dan subtitlenya juga ada + ini drama juga cuma satu episode, jadi kayak nonton movie, enak diikuti.
Tapi memang harus siap-siap hati menontonnya dan siapin tissu, mengharukan banged.
Kunieda-san bekerja disebuah mall dan ia selalu bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan makanan untuk Miki. Ia berangkat bekerja sebelum Miki bangun. Saat Miki bangun, makanan sudah tersedia di meja dan ia akan bersiap-siap ke kantor.
Bagi Miki, hubungannya dan ayahnya sangat dekat, mereka selalu SMS-an setiap hari dan ia pikir tidak ada anak gadis yang sedekat itu dengan ayah mereka. Sementara bagi ayah Miki sendiri, hubungannya dan puterinya semakin jauh, mereka sudah lama tidak duduk dan bicara bersama. Karena ia berangkat kerja sebelum Miki bangun, saat ia pulang, memasak makan malam, Miki pulang dan sudah kelelahan.
Miki sekarang sudah berusia 25 tahun. Selama membesarkan puterinya sendirian, Kunieda-san mulai melihat perubahan puterinya. Miki sama dengan anak perempuan biasa pada awalnya, suka malas-malasan, mengenakan training di rumah sambil menonton TV sambil ngemil dan tertawa sendiri.
Tapi belakangan ia melihat perubahan puterinya. Entah sejak kapan puterinya mulai berdandan rapi, selalu menelpon seseorang dengan suara manis, kadang suka telat pulang dan lain-lain. Kunieda-san kemudian tahu kalau puterinya sudah punya pacar. Kunieda-san punya prinsip kehidupan puterinya adalah milik puterinya sendiri, jadi apapun keputusan puterinya, ia akan mendukung, apakah puterinya mau melajang seumur hidup, atau menyukai sesama jenis, ia tidak akan ikut campur, tapi tentu saja sebagai orang tua ia ingin puterinya dengan normal menyukai seorang pria.
Sebagai seorang ayah yang tahu puterinya punya pacar, Kunieda-san tahu saat dimana Miki akan membawa seseorang ke rumah mereka akan tiba, dan ia sudah mempersiapkan hatinya.
Suatu hari saat sedang beres-beres rumah karena tahun baru akan tiba, Kunieda-san menemukan sebuah amplop yang tidak pernah ia buka. Judul amplop itu adalah nama apartemen tempat mereka tinggal dulu dan surat itu ditujukan padanya. Karena penasaran, Kunieda-san membukanya dan terkejut melihat isi aplop itu adalah sebuah artikel mengenai orang bunuh diri di gedung apartemen mereka dulu.
Sebelum pindah ke rumah tradisional, Kunieda-san, istrinya dan Miki dulu tinggal di gedung apartemen itu, tapi setelah istrinya meninggal, mereka memutuskan pindah dari sana.
Hari dimana Miki mengatakan kalau ia ingin memperkenalkan seorang pria pada ayahnya akhirnya tiba. Awalnya Kunieda-san pikir dia akan baik-baik saja, karena prinsipnya hidup anaknya adalah milik anaknya. Tapi setelah tahu siapa yang akan dibawa oleh Miki ke rumah, membuat Kunieda-san tidak tenang.
Kunieda-san curhat pada temannya mengenai masalah itu. Pacar puterinya adalah Makoto (Mitsushima Shinnosuke), teman masa kecil Miki saat mereka masih tinggal di gedung apartemen. Dulu Miki memanggil Makoto dengan Mako-chan dan sekarang Miki memanggilnya dengan Makoto-kun. Masalahnya adalah Kunieda-san mengenal keluarga Makoto dan tahu rumor mengenai ibu Makoto.
Amplop yang ia temukan itu juga membawanya ke ingatan masa lalu kalau ibu Makoto adalah si pembuat masalah di apartemen mereka, para ibu yang lain tidak menyukai ibu Makoto. Apalagi ada yang bunuh diri karena dibully ibu Makoto, hal itu membuat Kunieda-san semakin khawatir akan puterinya. Ia ingin puterinya bahagia, tapi kalau ibu mertua Miki kejam begitu, Kunieda-san tidak tenang.
Suatu hari, Kunieda-san bertemu dengan teman kuliahnya dulu atau lebih tepatnya mantan pacarnya dan menceritakan mengenai masalah itu juga. Ternyata mantan pacar Kunieda-san itu sekarang membuka les minum teh dan ibu Makoto adalah salah satu muridnya. Ia memang tak tahu bagaimana sifat ibu MAkoto sebenarnya, tapi satu yang ia tahu adalah Ibu Makoto memang tidak disukai para wanita alias tipe yang dibenci wanita karena mudah akrab dengan pria.
Miki sendiri bertemu lagi dengan Makoto setahun lalu dan sejak itu mereka berdua mulai pacaran dengan serius. Teman Kunieda-san pernah berkata mungkin Miki hanya akan memperkenalkan pacarnya pada Kunieda-san, belum meminta izin menikah, tapi ternyata Makoto memang serius ingin bertemu ayah Miki untuk meminta izin menikah.
Miki sendiri galau karena ayahnya belum menentukan harinya. Saat ia mengatakan pada ayahnya ia ingin memperkenalkan seorang pria, ayahnya mengatakan ia akan mencari waktu libur nanti dan akan memberitahukan pada Miki, tapi 1 minggu berlalu, ayahnya belum membicarakan mengenai masalah itu lagi.
Makoto sendiri khawatir kalau ayah Miki tidak menyukainya, makanya ayah tidak mau bertemu dengannya.
Ayah Makoto sendiri merasa senang karena anaknya pacaran dengan Miki dan ia juga menceritakan kebahagiaan istrinya setelah mendengar hal itu. Istrinya bahkan sudah mencari apartemen baru yang bisa ditinggali oleh 2 keluarga, ibu Makoto ingin Miki tinggal bersama mereka.
Ayah Makoto tahu Kunieda-san khawatir mengenai rumor istrinya, karena orang yang pernah tinggal di apartemen itu juga menerima surat yang berisi artikel bunuh diri itu. Ia menjelaskan bahwa peristiwa bunuh diri itu bukan disebabkan oleh istrinya, tapi karena pertengkaran suami istri. Ia tahu kalau istrinya tidak disukai oleh para istri lain di lingkungan mereka karena itu banyak rumor jelek.
Kunieda-san cukup lega setelah mendengar kebenaran itu dan saat akan pulang, ia kembali teringat kenangan di hari istrinya meninggal. Miki menggenggam tangannya dengan erat dan seseorang kemudian datang menangisi istrinya dan memeluk puterinya. Dia adalah ibu Makoto.
Ibu Makoto dan istrinya dulu adalah teman baik, meski ibu Makoto selalu digosipkan oleh tetangga lain, ibu Miki adalah satu-satunya yang percaya pada ibu Makoto dan terus menjadi temannya. Hubungan mereka sangat dekat. Begitu juga dengan Kunieda-san, dulu ia sangat dekat dengan Makoto, mereka sering bermain catch ball bersama-sama di taman.
Saat Kunieda-san sedang memikirkan masa lalu, tiba-tiba seseorang memanggil namanya. Itu adalah ibu Makoto yang mengejarnya ditengah hujan. Ia menemui Kunieda-san hanya untuk mengatakan kalau ia sangat senang Miki akan menjadi menantunya dan akan memperlakukannya dengan baik.
Ini adegan benar-benar mengharukan, aku menangis banged T_________T
Akhirnya Kunieda-san merasa lega karena ia pikir puterinya sudah memilih orang yang tepat dan akhirnya mengirim pesan pada puterinya kalau Makoto boleh datang besok.
Saat itu Miki sedang makan malam bersama Makoto dan mereka tak sengaja bertemu dengan mantan pacar Kunieda-san. Kunieda-san menitipkan amplop itu pada mantan pacarnya untuk mencari tahu mengenai ibu Makoto dan Makoto melihat amplop itu saat mantan pacar Kunieda-san menyapa mereka. Makoto menjadi khawatir.
Saat Makoto akhirnya bertemu dengan Kunieda-san, ia mulai membahas mengenai ibunya dan mengatakan kalau ia berniat untuk tinggal jauh dari ibunya, jadi Kunieda-san jangan khawatir. Jika Kunieda-san ingin, ia bahkan bisa memutuskan hubungan dengan ibunya demi Miki.
Kunieda-san tentu saja tidak suka bagaimana Makoto menganggap ibunya dan bertanya dimata Makoto apakah ibunya adalah orang yang jahat, apakah ibu Makoto sejahat itu makanya sampai mau memutuskan hubungan.
Kunieda-san menasehati Makoto mengenai pernikahan, pernikahan itu adalah dimana mereka membentuk sebuah keluarga baru dan menjaga keluarga lama mereka. Intinya sih dalam menikah Miki harus menjaga ibu mertuanya dan harus percaya pada ibu mertuanya. Ini membuat Makoto menangis karena Kunieda-san percaya pada ibunya.
Malam itu diakhir dengan Miki yang berterima kasih karena ayahnya sudah membesarkannya dengan baik selama ini. Adegan seorang anak perempuan yang akan menikah dan berterimakasih pada sang ayah selalu membuatku menangis T_T
Miki kemudian menikah dan ayah tinggal sendiri di rumahnya yang luas. Hari-hari ia lalui seperti biasa, bangun pagi, memasak, kerja, pulang kerja singgah di mini market, memasak makan malam, makan dan tidur.
Kunieda-san kembali ke kehidupan single-nya dan ia sering mengundang temannya untuk makan malam disana. Sepertinya temannya aalah photografer saat pernikahan Miki dan ia datang membawa hasil foto itu. Ia protes karena Kunieda-san sama sekali tidak menangis saat pernikahan Miki.
Ayah memang cukup tenang saat pernikahan puterinya tapi tentu saja sebagai seorang ayah yang membesarkan sendiri puterinya, ia merasa sangat sedih. Hal itu diperlihatkan saat ia belanja untuk makan malam, ia bisanya membeli potongan ikan yang isinya 2, tapi kali ini ia membeli yang isinya 1, disitu kelihatan banged Kunieda-san ingin menangis, tapi ia mencoba menahan air matanya.
Dalam perjalanan pulang, Kunieda-san teringat akan mimpinya mengenai istrinya yang memanggil-manggilnya dalam tidur, Itu adalah adegan saat istrinya sangat senang karena Miki pertama kali bicara, Miki memanggilnya Mama dan Mama, jadi ia membangunkan suaminya untuk memberitahunya. Miki adalah harta berharga mereka dan sekarang Miki sudah menikah dan membentuk keluarganya sendiri.
Ini drama benar-benar sangat menharukan, temanya biasa aja, slice-of-life juga, tapi penulisannya bagus, jadi sangat menarik untuk diikuti. Mungkin karena kisah orang tua dan anak kali ya, pasti selalu mengharukan. Sang ayah membesarkan puterinya sendirian setelah istrinya meninggal dunia dan puterinya beranjak menjadi dewasa, dia juga menyadari suatu hari nanti akan ada laki-laki yang meminangnya. Aku rasa sang ayah merasa sangat lega setelah mengetahui dan mengingat kembali kebaikan dari calon mertua puterinya dan aku juga merasa puterinya akan bahagia.
Sangat disayangkan drama-drama seperti ini selalu singkat dan kadang juga hanya movie, jadi rasanya ada sesuatu yang nggak puas, intinya sih kurang panjang gitu ya.
Sang ayah akan hidup sendiri dan aku rasa dia akan sangat kesepian selama beberapa bulan setelah puterinya menikah. Meski ia pasti akan merasakan kesepian di sudut hatinya seumur hidupnya, tapi sang ayah pasti bahagia. aku yakin puterinya bakalan sering main nantinya bareng cucu hehehehehhe.. Ini drama sangat aku rekomendasikan bagi yang menyukai drama singkat dan bertema keluarga. Siap-siap tissu, aku jamin yang menonton akan menangis terharu di ending drama ini T_T
Bangeeeeetttttt bener harunya nonton SP ini.... Padahal premis ceritanya sederhana tapi bisa nancep bener di hati....
BalasHapusUia kaka udah nonton Tonbi?
Itu juga tentang single dad yang berjuang membesarkan anak lelakinya sendirian. Tiap episode haru menguras air mata. Jadi kangen papa..